Bahaya Big Data, Akankah Menghasilkan Data Palsu Seperti Pilpres Sebelumnya
ingar bingar pilpres Amerika yang dimenangkan oleh Trump berbuntut panjang. Pemanfaatan big data yang disinyalir sudah digunakan oleh Obama kali ini menjadi sorotan. Namun kali ini sisi yang menjadi sorotan adalah sisi negatif pemanfaatan big data atau lebih tepatnya eksploitasi big data yang dibungkus dengan hoax, berita bohong atau plintiran guna mengcounter media berita konvensional yang mayoritas dikuasai oleh lawan Trump Yang yang menjadi sorotan adalah pemanfaatan data pengguna Facebook yang secara cerdik dieksploitasi oleh Cambridge Analytica untuk memengaruhi pemilih sehingga terjadi hasil akhir yang mengejutkan dan mengantarkan kemenangan Trump. Mirip seperti yang terjadi di Brexit, yakni masyarakat Inggris yang memilih keluar dari European Union mengejutkan banyak pihak.
Pasalnya lembaga survei memperkirakan masyarakat Inggris akan tetap memilih bertahan di European Union. Sontak hal ini mengangkat kesadaran masyarakat tentang potensi data media sosial yang mereka gunakan terutama Facebook. Kenapa Facebook? Karena Facebook memiliki basis pengguna terbesar dengan jumlah pengguna aktif bulanan sebanyak 2,2 miliar di kuartal akhir 2017. Ada baiknya juga hal ini memantik kesadaran pengguna internet bahwa sebenarnya dalam aktivitas digital yang mereka lakukan sehari-hari terjadi aktivitas pengumpulan data, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Pemanfaatan big data terkadang memang bisa memberikan manfaat yang sangat besar dan secara tidak terduga bisa mengubah lanskap bisnis, seperti aplikasi peta yang tadinya statis menjadi dinamis. Masuknya data real time dari seluruh pengguna aplikasi peta membuat penggunanya bisa mendapatkan informasi kondisi lalu lintas real time termasuk kemacetan, kerusakan jalan, banjir, sampai demonstrasi, yang kemudian digunakan untuk mengarahkan pengguna jalan menggunakan jalan alternatif. Big data yang lain dimanfaatkan untuk mempertemukan para pemilik kendaraan yang menganggur dan ingin mendapatkan penghasilan tambahan dengan para pengguna layanan transportasi yang membutuhkan layanan yang cepat, aman, dan efsien. Hal ini bahkan berhasil mengubah tatanan transportasi konvensional yang rupanya selama ini berjalan tidak efsien sehingga menimbulkan biaya transportasi yang lebih tinggi.
Seberapa besar big Data?
Jika Anda mempertanyakan, sebenarnya seberapa besar sih data yang dimaksudkan dengan big data itu? Satu cara yang cukup mudah untuk mengetahui ukuran big data adalah data tersebut sedemikian besarnya sehingga tidak bisa diolah oleh aplikasi spreadsheet Anda. Secara gambaran, menurut IBM pada tahun 2013 saja, setiap hari data sebesar 2,5 quintillion (2,5 juta triliun) byte tercipta dan 90% data yang ada saat ini tercipta dalam 2 tahun terakhir.
Manfaat big data
Selain mengubah tatanan industri yang sudah mapan, sebenarnya big data sangat banyak digunakan pada e-commerce. Pemanfaatan big data yang efektif akan menjadi faktor penentu dalam keberhasilan e-commerce seperti:
- Prediksi tren yang dapat memberikan informasi produk atau jasa apa yang sedang diminati berdasarkan data dari media sosial, mesin pencari, dan peramban.
- Optimalisasi harga membantu identifkasi harga terbaik untuk produk berdasarkan pelacakan transaksi, harga kompetitor, harga modal, dan variabel lainnya.
- Prediksi permintaan yang akurat dapat membantu menekan biaya persediaan barang dan menghemat overhead.
- Personalisasi toko untuk setiap pengunjung. Situs toko yang dinamis akan dimunculkan sesuai dengan data historis belanja konsumen dan kecenderungan belanja mereka. 1 Optimalisasi layanan pelanggan dengan kompilasi data dari interaksi online dan ofine, informasi media sosial, dan histori belanja. Perusahaan bisa mendapatkan gambaran yang sangat baik atas pelanggan.
- Menciptakan lebih banyak penjualan. Analisis big data memungkinkan identifkasi mengapa produk yang sudah dimasukkan ke dalam keranjang belanja tidak terbeli. Salah satu contoh adalah kasus di Indonesia, konsumen rupanya lebih memilih pembayaran COD (Cash on Delivery) dan transfer bank daripada kartu kredit.
Bahaya big data
Penetrasi internet yang sangat tinggi dipadukan dengan kemudahan dan murahnya biaya penyimpanan data mengakibatkan banyak data sensitif pengguna internet yang tersimpan dalam banyak tempat dan jangka waktu yang sangat panjang. Tidak hanya data yang sifatnya online seperti alamat e-mail dan situs, tetapi informasi nomor telepon genggam sudah menjadi komoditi yang disebarluaskan secara bebas di kalangan telemarketer. Sebenarnya SMS sangat berpotensi untuk memberikan manfaat besar dalam implementasi big data yang etis dan benar. Jika kita mengunjungi satu mal/area tertentu akan bermunculan penawaran-penawaran khusus/diskon dari tenant di mal/area tersebut. Namun karena penyalahgunaan SMS, telemarketer menggunakannya untuk memborbardir/spamming penawaran KTA, penyelesaian kartu kredit bermasalah, penipuan menang undian, dan spam SMS lainnya, menyebabkan pengguna ponsel memilih menghindari penggunaan SMS. Aplikasi yang harusnya bisa berguna dan memberikan manfaat tambahan bagi perusahaan menjadi tidak berguna karena digunakan untuk sarana spamming dan penipuan. Harusnya provider telekomunikasi dan pemangku kepentingan berperan aktif mencegah hal ini. Pasalnya dalam jangka panjang pihak provider dan pemerintah juga yang akan menderita kerugian dari penyalahgunaan SMS ini. Selain itu, dengan adanya data sensitif pengguna yang tersebar di banyak tempat, seperti nomor NIK atau KK yang dikelola oleh Dukcapil, yang bisa diakses oleh pihak tertentu, harus dipastikan adanya standar pengamanan dan penyimpanan data yang baik dan tersertifkasi yang diimplementasikan dengan baik oleh semua pihak pengguna data tersebut. Karena jika terjadi kebocoran maka data tersebut sangat berpotensi disalahgunakan dan merugikan pemilik data
- Laptop Acer Touch Screen dengan Harga Murah - October 15, 2024
- Pertemuan Romantis dalam “Siapa Takut Jatuh Cinta” Episode 16 - October 14, 2024
- Siapa yang Berhak Menerima Fidyah - October 14, 2024