Apa itu Rolling Shutter ?
Kemampuan merekam video dengan kamera digital bukanlah hal baru, tetapi membawa persoalan unik yang mempengaruhi video, biasa dikenal sebagai efek “Rolling Shutter”. Kami mengerti masalah ini dan cara meminimalisirnya. Ketika berbicara kamera dan shutter, umumnya akan berfikir tentang shutter pada DSLR tradisional yang tertutup dengan cepat untuk mencegah cahaya berlebihan masuk ke film, hal tersebut memberikan gambar yang sebagaimana mestinya. Namun dengan hadirnya digital, sensor gambar telah menggantikan film, dan hal ini membawa serangkaian kelebihan dan kekurangan – di antaranya sangat terlihat saat kita merekam video.
CMOS OR CCD?
Ada dua tipe utama sensor: CMOS dan CCD, masing-masing memiliki pendekatan berbeda saat menangkap cahaya. Sensor CMOS umumnya menggunakan metode Rolling Shutter yang membaca informasi eksposur per baris. Artinya informasi dibaca baris demi baris ke bawah sensor selama durasi eksposur. Ketika seluruh sensor mengumpulkan cukup cahaya, baris piksel sekali lagi berhenti secara berurutan, dengan demikian memberikan tampilan “rolling (bergelombang)”.
Sementara itu, CCD sensor cenderung menggunakan motode Global Shutter, yang mana seluruh sensor diaktifkan dan dimatikan bersama. Tidak ada shutter fisik yang menutupi sensor, seluruh proses dilakukan sesuai waktu. Kedua tipe sensor tersebut memiliki kekurangannya masing-masing akan artifak. Sensor CCD cenderung mengalami noda cahaya vertikal (vertical smearing) di sumber cahaya terang, sedangkan CMOS cenderung berbentuk condong (skew), tidak beraturan (wobble), dan partial exposure karena cara sensor membaca data.
MASALAH DAN SOLUSI:
Vertical Smearing Vertical smearing terjadi saat cahaya gambar mencapai tingkat maksimal sensor, dengan demikian menghasilkan tampilan seperti sekumpulan cahaya putih. Hal ini terjadi ketika memotret matahari, atau ketika obyek gelap secara keseluruhan dan satu atau dua sumber cahaya lebih terang dibandingkan yang lain. Masalah artifak ini hanya ada di sensor CCD. Masalah tersebut mudah ditangani karena Anda dapat mengatur eksposur dengan aperture yang lebij tinggi. Kemudian Anda dapat pula menambahkan lampu tambahan atau menggunakan filter kepadatan netral untuk mengatur perbedaan kontras pada obyek. Opsi lainnya adalah mengganti dengan kamera bersensor CMOR, lantaran sensor ini kebal terhadap efek smearing.
Skew dan Wobble
Gangguan skew pada video sama seperti di foto – subyek tampak condong ke satu sisi. Hal tersebut hanya terlihat saat pelakukan panning atau dengan frame rate lambat, namun dapat menjadi masalah serius jika Anda ingin menggabungkan ke rekaman lain. Efek wobble mungkin menjadi efek yang paling nyata, garis gambar menjadi tidak beraturan saat kamera bergerak. Anda dapat menganggapnya sebagai gambar condong ke berbagai arah, atau dapat disebut dengan “efek jello”, tetapi apa yang terjadi adalah bukannya miring ke satu sisi atau yang lain, gambar jadi membentang saat kamera bergerak ke bawah, dan berhimpitan saat kamera bergerak ke atas. Efek wobble dan skew adalah masalah yang lebih serius yang tidak dapat diperbaiki sepenuhnya tanpa melakukan pengeditan setelah pemotretan, namun untungnya kebanyakan software pengeditan video memiliki filter yang mampu membenarkannya. Yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi efek adalah dengan memotret menggunakan kecepatan shutter rendah dan secara spesifik, dengan memperlambat pengambilan panning. Jika tidak, usahakan untuk melakukan perubahan komposisi video sehingga obyek yang bermasalah tidak ada di frame, atau coba menggunakan depth of field guna menyembunyikan efek skew.
Partial Exposure
Partial exposure adalah masalah terakhir pada sensor CMOS, dan menjadi sesuatu yang mungkin Anda tidak sering lihat di hasil rekaman. Masalah ini terjadi ketika Anda mendapatkan cahaya kilat tiba-tiba yang mengubah eksposur. Dalam kasus ini, Anda akan melihat pita hitam bergerak di bawah video secara singkat karena kilatan cahaya yang menerangi gambar lebih cepat dibandingkan gerakan shutter. Hal yang sama dapat terjadi ketika merekam di area dengan pencahayaan dari lampu neon dengan refresh rate rendah. Intensitas cahaya tersebut dapat bervariasi selama sekitar 1/60 detik, dan ini akan terjadi garis di hasil rekaman. Solusinya adalah mengatur kecepatan shutter untuk menyamakan refresh rate lampu. Di daerah NTSC gunakan 1/60 detik (atau kelipatannya) untuk menyetarai refresh rate 60 Hz. Di daerah PAL gunakanlah kecepatan shutter 1/50 untuk menyamai refresh rate 50 Hz. Jika tidak, cukup matikan lampu bersangkutan dan menggantinya dengan yang cocok. Dengan demikian, merekam video dengan kamera digital terkadang memberikan hasil tidak terkira, namun dengan mengetahui masalah dan solusi, atau meminimalisirnya, Anda dapat membuat video sesuai selera.
- Japanese Video Bokeh Museum Yandex APK 2024 - December 2, 2024
- Komik Indo, Link Download Apk Baca Komik Sub Indo 2023 - December 1, 2024
- Nonton Film Streaming Selain Indoxx1 dan LK21 Link 2023 - December 1, 2024