News

Perbedaan Baterai HP Palsu dengan Baterai Asli Original

Follow Kami di Google News Gan!!!

Perbedaan Baterai HP Palsu dengan Baterai Asli Original

Modus Tipu Baterai Palsu

 

Baterai menjadi hal penting bagi sebuah ponsel. Ketika teknologi ponsel makin maju dan makin cepat, teknologi baterai mandek alias jalan di tempat. Padahal smartphone masa kini sangat haus daya, akibat makin lengkapnya fitur yang dijejalkan dan makin cepatnya kinerja. Tak heran jika baterai drop menjadi keluhan utama pengguna smartphone, terutama Android. Maka, banyak terjadi kasus ponsel masih bagus, tapi baterai sudah nge-drop, gembung dan tidak bisa di-charge. Seperti dialami Nandang, seorang pengguna ponsel merek lokal dari Bogor. Baterai ponselnya gembung, sehingga ponsel tak bisa dipakai. Repotnya, mencari baterai asli (original) seperti itu bukan perkara mudah.

Apalagi kalau tipe yang dimiliki sudah lama beredar. Di outlet resmi pun juga tak mudah ditemui, kalau ada pun mahal pula harganya. Ya, outlet resmi memang hanya punya sedikit stok baterai untuk unit ponsel yang dipasarkannya. Itu pun harus dibagi-bagi ke dealer-dealer di seluruh Indonesia, karena jatahnya memang terbatas. Dalam edisi kali ini S INYAL menelusuri peredaran baterai di pasar secara langsung. Bertemu narasumber utama di pusat perdagangan ponsel ITC Roxy Mas, banyak hal menarik yang bisa dicermati. Sumber SINYAL kali ini, sebut saja Roy, sudah bertahun-tahun menggeluti bisnis baterai. Fokus hanya menggeluti baterai bertahun-tahun – tak pernah tergoda untuk berbisnis produk lain – membuatnya sangat menguasai detil produk baterai untuk ponsel ini.

Mulai dari proses impor baterai, servis baterai, hingga merakit baterai ponsel bisa dilakukannya. Baterai ponsel di pasaran Kondisi tersebut memicu munculnya baterai alternatif . Istilah yang muncul beragam, ada baterai asli, baterai ori, ori 99 persen, hingga KW. Namanya juga beragam, sesuai strategi marketing. Di pasaran Indonesia, kini hanya beredar dua jenis baterai ponsel, yaitu Lithium Ion (Li-Ion) dan Lithium Polymer (Li-Po). “Kalau baterai Li- Po itu sebenarnya berbahan Lithium juga, tapi hanya pembungkusnya yang diubah menjadi plastik agar bisa mendapatkan ketipisan yang diperlukan” tutur Roy. Maka kapasitas baterai bisa lebih besar, dengan ukuran yang terbatas.

Seperti kita ketahui, tempat baterai di sebuah ponsel atau tablet memang sangat terbatas, karena harus berbagi dengan spare part dan LCD. Belum lagi tuntutan desain yang mengharuskan ponsel dan tablet yang tipis. Makin tipis, makin keren, dan biasanya makin mahal harganya. Padahal, teknologi baterai tak ada perkembangan. Lithium masih menjadi andalan saat ini untuk semua perangkat gadget, karena masih yang paling efisien. Teknologi lain yang baru dalam taraf prototype, seperti berbahan hidrogen cell, belum bisa dinikmati hingga sekarang. Baterai kapasitas tinggi Di pasaran, beberapa tahun belakangan mulai marak baterai non original berkapasitas besar.

Namanya beragam. Ada High Capacity, Double Power, Super High Capacity atau ada pula yang diklaim ‘Compatible dengan‘ jenis ponsel tertentu. Mereknya juga sangat beragam. Ada merek Vizz, Grace, MS-1, KLT, CS-2, Transformer, Delcell, Hippo, Unisco, Pisen, Yobaoo, Samko, Idol, DSBC dan masih banyak lagi lainnya. Ada pula yang bermerek sama dengan nama ponselnya, misalnya Blackberry atau smartfren. Sementara untuk tablet, banyak beredar baterai universal, yang bisa dipakai untuk beragam tablet merek lokal. Kapasitas yang tertulis di kotak maupun baterai non ori sangat menggoda, jauh lebih besar dari kapasitas baterai original bawaan pabrikan. Sebut saja misalnya baterai alternatif untuk Andromax U yang berkapasitas 3600 mAh, padahal kapasitas aslinya 1800 mAh.

Atau baterai Double Power untuk BlackBerry Bold/Onyx 1/ Onyx 2 yang berkapasitas 3000 mAh, sementara baterai original hanya berkapasitas 1500 mAh. Ya, rata-rata kapasitas yang ditawarkan memang mencapai dua kali lipat. Masalahnya, benarkah klaim dua kali lipat kapasitas ori itu? Yang menarik, meski kapasitas yang tertulis begitu besar, harganya masih lebih murah dari baterai original. Perbedaanya juga cukup jauh. Baterai-baterai berlabel ‘High Capacity’ seperti itu di pasaran dibanderol antara Rp75-180 ribu, tergantung kapasitas dan tipe pon sel yang didukungnya. Sementara, baterai original rata-rata mencapai harga Rp250 ribu. Yang disebut original ini adalah baterai yang disediakan oleh dealer resmi merek ponsel yang bersangkutan.

Baca Juga  Chrome Valley Customs Mod Apk Tanpa Iklan dan Uang Tak Terbatas

Jadi, bisa dikatakan, baterai yang dijual di toko-toko selain dealer resmi itu, bukan original. Di pasaran, baterai alternatif ini diberi dua tingkatan, yaitu ‘Baterai Ori 100 persen’ dan ‘Baterai Ori 99 persen’. Harganya tentu lebih mahal yang jenis pertama, meskipun selisihnya hanya puluhan ribu rupiah saja. Kalau konsumen membeli ke toko selain dealer resmi, pasti dikatakan baterainya Ori. Bisa jadi, penjaga tokonya tidak mengerti, tapi bisa juga karena ingin menutupi kondisi yang sebenarnya.

Asal Baterai

Sumber utama baterai ponsel yang beredar di Indonesia adalah Cina. Jadi urutannya, pemilik merek memesan ponsel berikut baterainya ke pabrikan di Cina. Di pabrikan, tentu ada Quality Control (QC). Barang yang bagus tentu disatukan dengan ponsel yang akan dipasarkan. Nah, baterai yang tidak lolos QC ini ternyata ada yang ‘rembes’ ikut juga diedarkan di pasar. Tentu saja baterai reject tersebut diedarkan bukan lewat dealer resmi, tapi lewat toko-toko ponsel di seluruh Indonesia. Nah, dalam hal ini konsumen bisa dikatakan mengalami kondisi ‘untung-untungan’.

Kalau bernasib baik, baterainya bisa berkapasitas sesuai, bila tidak akan sengsara, karena mudah drop. Sumber lain tentu saja dari importir yang memesan baterai jadi di Cina. Caranya, dengan memberi merek sendiri dan dipasarkan, seperti telah disebut di atas. Di Indonesia, ada juga produsen baterai misalnya merek Idol di Malang atau DSBC di Solo. Pabrik lokal seperti ini hanya mengimpor bahan saja, lalu merakitnya di pabrik sendiri. Keuntungan pabrik lokal seperti ini tentu saja adalah bisa mengontrol sendiri kualitas baterai yang dihasilkannya. Sementara baterai impor dari Cina seringkali berubah kualitasnya, alias tidak standar kapasitasnya.

Beda Kapasitas

Perbedaan kapasitas baterai ini adalah masalah utamanya. Yang terjadi, beda kapasitas ini bisa terjadi antara data pesanan awal dan baterai yang dikirim ke Indonesia. Nah perbedaan pertama ini murni karena kecurangan pihak pengirim atau pabrikan di Cina. “Saya pernah beli baterai untuk PDA di China. Awalnya kapasitas bagus, sesuai dengan yang dijanjikan. Karena puas saya pesan lagi dong. Nah di pengiriman kedua ini, saat dites kapasitasnya sudah menurun jauh. Padahal pihak pengirim sama, tampilannya juga sama persis,” kata Roy.

Perbedaan kapasitas yang kedua terjadi antara kapasitas di label baterai, dengan kapasitas baterainya sendiri. Misalnya di labelnya tertulis kapasitas 3000 mAh, saat dites dengan alat ternyata hanya 1400 mAh. “Itu sih banyak terjadi. Kalau yang ini adalah strategi marketing importir baterai. Konsumen di Indonesia ini lebih suka yang kapasitasnya besar-besar. Ya, penyebabnya tentu karena ponsel Android kan memang boros baterai,” tuturnya. Masalah mulai timbul saat baterai dipakai. “Banyak pembeli baterai High capacity yang mengeluh. Loh saya kan baru beli baterai kok sudah nge-drop lagi,” lanjut Roy. Sebenarnya ada satu dua pemilik merek baterai, yang mencoba jujur dengan menjual baterai yang kapasitasnya bernilai sebenarnya sesuai label, tapi malah kurang laku. Pembeli tetap menyukai baterai yang dilabeli kapasitas jauh lebih besar dari baterai originalnya.

Kondisi ini menyebabkan importir baterai memilih cara kedua, melabeli baterai dengan kapasitas yang jauh dari kapasitas sebenarnya. Sialnya, selama ini pembeli percaya saja dan terus menerus memilih baterai yang berlabel kapasitas sangat tinggi seperti itu. “Konsumen sih mudah percaya, atau gampangnya lebih suka dibohongi ya karena baterai seperti itu yang malah laku,” ujar Roy.

Tanpa Aturan

Bisa dikatakan, saat ini di pasar baterai ponsel berlaku tanpa aturan. Siapa saja boleh mengimpor atau membuat baterai ponsel. Siapa pun boleh menjual baterai ponsel, jujur atau menipu, bahkan meniru sama persis juga sulit diketahui. Hanya Samsung yang sesekali melakukan razia bersama Polri, itu pun sudah makin jarang. Wajar, karena mereka pemimpin pasar saat ini. Dulu saat Nokia sedang jaya, mereka juga melakukan razia.

Baca Juga  Android Baterai Tahan Lama, Harga Murah, 1 Jutaan, Doogee S6000

Sementara baterai merek terkenal lain memang tak banyak ditiru, sehingga mereka lebih terlihat diam dengan kondisi yang ada. Saat ini belum ada standar yang berlaku untuk baterai ponsel. Maka di pasaran, merek baterai non ori ini bebas memasang label kapasitas. Strategi memberi label lebih besar dari baterai ori ini makin marak, dan menjadi andalan utama importir baterai untuk berbohong ke konsumen. Padahal, bateri yang dipasarkan tetap boros bila digunakan pada smartphone. Pasalnya, perangkat smartphone lazimnya memiliki layar sentuh yang makin besar dan tajam, prosesor yang makin cepat, fitur lengkap, internet cepat dan aplikasi online, adalah penyedot daya baterai yang utama.

Beda Baterai Ori dan ‘Ori-Orian’

Secara fisik, sulit membedakan baterai original dan non ori yang bermerek sama. Sebut saja Samsung misalnya. Nah, hologram ini yang membedakan. Hologram baterai original Samsung berlogo SEIN, sementara hologram baterai non ori berlogo Samsung. Kalau diperhatikan dengan teliti, kilau warna hologram baterai ori dan non ori juga berbeda, tapi memang kurang kentara. Yang terakhir ini untuk mengantisipasi razia yang terkadang digelar oleh pihak Samsung dan Polri. Dengan logo yang berbeda, mereka tentu saja bisa berkelit. Lain halnya dengan baterai non ori yang memiliki merek sendiri, seperti disebut di atas. Baterai non ori bermerek lain seperti ini, tentu saja bebas dari razia dan penuntutan. Hanya kejujuran kapasitasnya yang perlu dicermati.

Cara pengujian

Bagaimana bisa disimpulkan kalau kapasitas baterai yang tertera di labelnya tak benar? Tentu saja dengan cara ilmiah, yaitu diuji dengan alat. Namanya ‘Mobile Phone Battery Analyzer, sebuah alat yang bisa menguji kapasitas sebenarnya dari sebuah baterai ponsel. Proses pengujian memakan waktu 3 – 5 jam, tergantung kapasitas baterai. Alat ini juga bisa menguji ada tidaknya IC Protection, yang bisa melindungi baterai dari short circuit (koslet), over charge (kelebihan charge) dan over discharge (kelebihan pengosongan). Jika ada IC Protection ini, maka tak ada masalah jika ponsel di-charger semalaman. Baterai otomatis akan memutus arus listrik ketika baterai sudah penuh.

Baterai yang baik juga memiliki kemampuan Discharge Protection, artinya baterai tak akan benar-benar kosong ketika lama tak di-charge. Sampai tegangan tertentu (biasanya 3 Volt), baterai akan menghentikan pemakaian daya. Fungsinya, agar baterai tetap bisa dicharge. Jika baterai tak punya proteksi tersebut, baterai akan gembung, dan kemampuan menyimpan akan baterai berkurang drastis atau bahkan tak bisa lagi dicharge. Cara pengujian paling mudah adalah dengan menimbang dan dibandingkan dengan berat baterai ori bawaan ponsel. Dari data itu, dengan mudah bisa diketahui kapasitas normal dari sebuah baterai yang sudah diketahui beratnya.

Baterai Jadul Bisa Diperbaiki

Baterai original memang mahal, sulit pula didapat karena stoknya seringkali kosong. Tjandra Lianto selaku Direktur Marketing Advan menyatakan,sparepart yang dibawa masuk ke tanah air hanya sejumlah 2% dari jumlah unit yang dipasarkan. “Itu termasuk baterai di dalamnya,”terangnya. Dengan kondisi demikian bukan berarti Anda langsung membeli baterai seadanya. Tetap harus cermat, karena banyak baterai yang kapasitasnya tak sesuai labelnya. Nah, jika baterai original tak didapat, padahal baterai non ori yang bagus juga tak diperoleh, lantas bagaimana? Ada jalan lain, yaitu dibongkar dan diperbaiki.

Salah satu gerai di Roxy Mas bisa melakukannya, yaitu Kalapa Cell di lantai 2. Baterai ponsel tipe apapun bisa diperbaiki, termasuk PDA jadul dan baterai ponsel China merek apa saja. Benny, pemilik tempat servis baterai ini hanya akan memakai rangka baterainya saja – tentu juga komponen IC yang melekat di dalamnya – membuang isinya, lalu mengisinya dengan bahan baru. Kapasitasnya tentu akan mendekati kapasitas baterai ori bawaan pabrik, bahkan bisa sedikit lebih besar kalau tempatnya masih memungkinkan.

Tanggapan Vendor Global Soal Baterai Palsu

Secara umum, para pemegang merek ponsel branded tampak membentengi diri dari isu baterai palsu di pasar tersebut. Tak ada strategi khusus yang diterapkan untuk memeranginya. Secara diplomatis, mereka selalu mengarahkan konsumen untuk membeli ke outlet resmi mereka, yang mereka jamin kualitas dan keasliannya. Hanya saja harganya relative lebih tinggi. Erwin Setiawan, Nokia Care Channel Manager Indonesia, menjelaskan baterai asli Nokia sebenarnya tidak mahal mengingat komponennya berkualitas dan tentu saja aman untuk baterai, sehingga kemungkinan untuk baterai menggelembung atau meledak akan sangat minimal. “Jadi kalau dibandingkan dengan harga baterai yg tidak asli, maka konsumen akan jauh lebih hemat dengan membeli baterai Nokia karena akan bisa bertahan hingga 3 tahun dan tentu saja aman. Selain itu, semua baterai Nokia dilengkapi masa garansi selama 6 bulan,” ungkap Erwin.

Baca Juga  9 Rekomendasi Sandal Wanita untuk Lebaran (Anak dan Dewasa)

Ditambahkan Erwin, secara kasat mata, pembeli tetap bisa membedakan antara baterai asli Nokia dan baterai yang tidak asli. Kemasan baterai Nokia memakai bahan yang ramah lingkungan dan juga warna biru pada kemasan sangat khas dan tidak bisa disamakan dengan baterai yang tidak asli. Dari nomor serial pada baterai bisa di track di system Nokia, apakah baterai tersebut asli atau tidak. “Apabila di NCC, kami menemukan konsumen yang memakai baterai Nokia tidak asli, maka kami akan selalu merekomendasikan konsumen untuk menggantinya dengan Baterai Nokia,” ujarnya. Tentang hal ini, Edwin Nataatmadja, HTC Indonesia Head of Sales, juga angkat bicara, katanya sebelum dipasarkan baterai harus melewati berbagai tes untuk memastikan baterai berkinerja baik serta sesuai dengan kebutuhan tiap negara.

Bagi konsumen yang merasa ragu akan keaslian baterai yang mereka beli, Edwin menyarankan untuk membawanya ke service center HTC. “Untuk memastikan keaslian, baterai lebih baik dibeli di tempat resmi. Di Indonesia, tempat resmi untuk membeli baterai asli hanyalah service center resmi HTC,” ujar Edwin. HTC juga menawarkan layanan bagi mereka yang bermasalah dengan baterai di ponsel HTC-nya, dengan memberikan nomor hotline bebas pulsa HTC di nomor telepon 001 8034 43482 untuk pengguna Indosat atau 007 8030 110243 untuk pelanggan Telkom.

Tech.id Media ( Aldy )
Latest posts by Tech.id Media ( Aldy ) (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Hy Guys

Tolong Matikan Adblock Ya. Situs ini biaya operasionalnya dari Iklan. Mohon di mengerti ^^