Cara Menghindari Kemacetan Saat Mudik Lebaran
Di akhir bulan Ramadan, biasanya akan terjadi lonjakan pergerakan lalu lintas manusia di Indonesia. Terutama di pulau Jawa dan di sekitar kota-kota besarnya. Untuk itu, adanya aplikasi seperti Waze akan sangat membantu perjalanan mudik Anda. danya aplikasi seperti Waze yang dapat memberikan informasi lalu lintas tentunya akan sangat membantu warga dalam menavigasi lalu lintas untuk menghindari kemacetan saat mudik. Namun, seperti apa sih caranya Waze bekerja? Dan bisa untuk apa sajakah aplikasi yang diakuisisi oleh Google ini? Belum lama ini, CHIP berkesempatan untuk bincang eksklusif dengan Amir Mirzaee selaku Head of Business Development Waze Asia dan Christian Iskandar selaku Waze Community Manager yang juga merupakan Waze Global Champion. Amir ini adalah orang yang bertanggung jawab untuk pengembangan aplikasi Waze di Asia, sedangkan Christian adalah salah satu pengelola komunitas map creator Waze di Indonesia. Sehingga mereka berdua adalah orang yang tepat untuk menjelaskan bagaimana sih sebenarnya Waze itu bekerja? Ternyata Waze adalah sebuah aplikasi yang cukup rumit, dan memiliki potensi lain yang lebih besar lagi. Untuk itu, mari kita telaah satu per satu mengenai aplikasi ini.
Apa yang membedakan Waze dengan aplikasi lain?
Waze adalah aplikasi yang baru bisa bekerja optimal jika didukung oleh para usernya. Dengan kata lain, Waze adalah aplikasi user based yang tanpa input dari para penggunanya, maka aplikasi ini tidak akan jauh berbeda dengan aplikasi penunjuk peta lainnya. Untungnya, Waze memiliki jumlah user sebanyak 1,5 juta orang hanya untuk di Indonesia saja. Sedangkan, cukup 10% dari 1,5 juta orang itu saja yang aktif maka aplikasi Waze sudah dapat bekerja dengan maksimal. Setelah memahami bahwa Waze itu sangat tergantung dari aktifnya para penggunanya, maka mari kita telaah lebih dalam lagi. Waze bekerja berdasarkan dari dua jenis data yang berbeda. Yang pertama adalah data yang berdasarkan dari Map Community dan yang kedua adalah data yang berdasarkan dari User Report. Setelah itu kedua data tersebut digabungkan dengan data mentah dari Google Map dan GPS.
Baca Juga : HP 1 Jutaan Desain Mewah Baterai Awet dan Ga Lemot
Map Editor adalah nyawa dari Waze
Map Community adalah para user yang aktif memberikan update terhadap peta yang ada di daerahnya. Jadi, awalnya Waze memberikan data peta yang berdasarkan dari Google Map, dan kemudian para Map Editor memberikan tambahan-tambahan ke dalam peta dari Google Map tersebut. Menurut Christian, di sinilah betapa pentingnya peranan para Map Editor. Karena bisa dibilang, awalnya Google Map itu ibarat kata seperti sebuah peta buta yang masih kosong dan hanya berisikan data mentah saja, kemudian setelah diolah oleh para Map Editor, peta tersebut menjadi peta kaya yang berisikan data-data yang lebih detail. Tanpa Map Editor, maka mustahil bagi Waze untuk bisa mengenali jalanan hanya berdasarkan dari imaji satelit saja. Tugas para Map Editor lah yang menggambar jalanan berdasarkan dari gambar satelit yang disediakan oleh program map editor Waze. Bukan hanya menggambar jalan besar saja, tapi juga jalan-jalan tikus (dirt road) pun digambar oleh mereka. Karena jika Anda berkendara dengan motor, maka jalanjalan pintas yang hanya bisa dilewati oleh motor pun akan diberikan oleh Waze.
Meski demikian, tidak semua jalanan dimasukkan ke dalam Waze, seperti misalnya jalan di sekitar area militer ataupun areaarea sensitif lainnya. Selain itu menurut Christian, terlalu banyak memberikan data jalanan juga bisa berakibat negatif dan justru bisa membuat bingung algoritma Waze dalam menentukan arah yang efisien. Dengan kata lain, semua yang dilakukan oleh para Map Editor itu harus bertujuan untuk mempermudah pengguna Waze (Wazer). Bukan hanya sekadar menggambar jalan, Map Editor juga memberikan informasi penting seperti info jalan yang diportal, atau info jalan tol, sampai ke informasi jalan rusak. Termasuk jalan-jalan yang memiliki batasan waktu untuk dapat dilewati. Sedangkan User Report adalah informasi data yang diberikan oleh para pengguna. Data ini bersifat real time, atau aktual berdasarkan dari data langsung di lapangan. Data-data yang dikumpulkan dari para Wazer ini seperti informasi kemacetan, posisi polisi, kondisi jalan, kecelakaan, hambatan cuaca, sampai dengan laporan kendaraan mogok. Data-data inilah yang sangat diandalkan oleh Waze untuk memberikan saran navigasi untuk menghindari kemacetan. Kedua hal tersebut di atas yang membuat Waze menjadi lebih dapat diandalkan untuk memberikan navigasi yang akurat dibandingkan aplikasi lain, bahkan Google Map sekalipun. Padahal Google Map juga mengambil data lalu lintas dari Waze, namun karena Waze selalu mengupdate data secara real time sedangkan Google Map tidak, maka Waze lebih unggul.
Bagaimana cara Waze bekerja saat User Reporting?
Selain data-data mengenai peta dan lalu lintas yang didapat secara real time, Waze pada dasarnya adalah aplikasi yang memanfaatkan teknologi GPS sebagai dasarnya. Waze menggunakan GPS untuk mengambil lokasi dari seluruh Wazer dan kemudian memasukkannya ke dalam sistem otomatis yang bekerja di balik layar. Setiap kali ada Wazer yang memberikan informasi data, maka data tersebut akan dianalisa secara otomatis untuk menentukan tingkat akurasinya. Sebagai contoh, ada seorang Wazer yang memberikan laporan bahwa di posisinya terjadi kemacetan dengan tingkat kemacetan Heavy. Maka sistem Waze akan segera melakukan ping lokasi GPS di posisi Wazer tersebut untuk menandai lokasi yang dikatakan mengalami kemacetan. Reputasi si Wazer tersebut juga kemudian akan diperiksa, apakah dia adalah Wazer yang kompeten atau tidak. Semakin kompeten, maka semakin dipercaya pula data yang diberikan, sehingga proses otomatisasi akan berjalan lebih cepat. Berdasarkan dari data GPS jugalah, si Wazer tersebut kemudian ‚diamati‘ melalui satelit GPS untuk menentukan kecepatan pergerakannya di dalam kemacetan. Dari sana maka juga bisa ditentukan sebenarnya Wazer tersebut berada di tingkat kemacetan seperti apa, apakah benar berada di Heavy Traffic. Sementara Waze memantau Wazer tersebut lewat GPS, apabila ada Wazer lain yang memberikan reportase yang sama, maka sistem juga akan secara otomatis menyebarkan informasi tadi ke semua Wazer. Sehingga proses konfirmasi kemacetannya pun akan menjadi semakin cepat. Dengan kata lain, proses pemberitahuan kemacetan akan menjadi lebih efektif jika ada 2 atau lebih Wazer yang berada di lokasi yang sama.
Apa yang terjadi setelah laporan Wazer diterima?
Setelah laporan kemacetan tersebut dikonfirmasi lewat sistem, maka informasi tersebut akan langsung disebarkan ke seluruh Wazer di region tersebut. Jika, Anda menggunakan Waze untuk navigasi ke suatu tempat, maka sistem Waze akan mendeteksi bahwa Anda melalui kemacetan. Maka sistem Waze akan mencarikan alternatif jalan yang lain untuk menghindari macet tersebut. Namun, jika ternyata Anda tidak bisa menghindari kemacetan tersebut, maka Waze akan menampilkan waktu yang dibutuhkan untuk melewati kemacetan tersebut, sekaligus menambah waktu prediksi kedatangan di tujuan. Tidak hanya itu, sistem Waze juga akan terus memonitor lokasi kemacetan. Jika kemudian ada Wazer yang melewati posisi kemacetan tersebut dengan kecepatan normal, maka sistem Waze juga akan menghilangkan notifikasi kemacetan tersebut dari sistem dan menandai bahwa jalan tersebut sudah kembali normal. Namun, sama seperti proses report, butuh 2 atau lebih Wazer untuk benarbenar dapat memastikan kondisi jalan tersebut telah kembali normal.
Kelemahan Waze sampai saat ini?
Hanya saja, seperti halnya dengan aplikasi lain, Waze juga masih memiliki beberapa kelemahan. Sampai artikel ini ditulis, Waze masih belum dapat membedakan antara jalan yang berada di ketinggian yang berbeda. Seperti misalnya jalan yang berada di bawah jalan tol, atau di bawah jalan layang (flyover). Karena sistem GPS yang ada saat ini masih memetakan dari satu sudut pandang 2D saja. Meskipun, teknologi GPS juga terus berkembang, dan menurut Amir bahwa mereka juga sedang mengembangkan Waze terus agar dapat membedakan ketinggian. Terutama karena sistem navigasi kini tidak lagi hanya mengandalkan data GPS saja, melainkan data-data yang dikumpulkan dari Smart City juga dapat memperkaya informasi yang dikembangkan di Waze. Selain ketinggian, map editor Waze juga masih belum bisa menandai jalanan yang memiliki restriksi khusus. Seperti misalnya jalur 3 in 1, atau nantinya ERP berdasarkan waktu tertentu yang akan diterapkan di Jakarta. Waze juga tidak bisa menandai area-area yang dianggap ‚berbahaya‘. Seperti kasus di Brazil yang konon ada orang yang terbunuh akibat Waze mengarahkan mereka ke dalam area konflik. Menurut Amir, Waze tidak bisa menandai area-area tersebut karena Waze mencoba untuk tidak diskriminasi. Namun, Amir mengakui mungkin ke depannya Waze dapat memberikan warning atau catatan khusus saat mengarahkan ke area tertentu.
Untuk di Indonesia sendiri, user interface reporting masih harus menggunakan input manual atau dengan menggunakan tangan. Padahal di beberapa negara, Waze sudah dapat dioperasikan dengan hanya menggunakan suara. Misalnya untuk melaporan kemacetan, kita cukup melambaikan tangan di depan smartphone, lalu ucapkan laporan tersebut dengan suara. Indonesia masih belum dapat menggunakan feature ini karena kesulitan akibat aksen dari tiap negara yang berbeda-beda. Karena masih ada kendala ini maka Waze memutuskan untuk tidak menyertakan feature tersebut di Indonesia. Namun, Amir berjanji akan segera memberikan feature ini dalam waktu secepatnya.
Peran Komunitas di Waze
Untuk hal ini Christian bercerita awal mulanya dirinya bergabung dengan komunitas Waze yang dimulai dari forum tempat berkumpulnya pengguna Waze dari seluruh dunia di tahun 2010 lalu. Di forum ini dirinya sangat aktif, sehingga akhirnya para petinggi Waze kemudian menghubunginya dan diminta untuk menjadi salah satu perintis komunitas Map Editor di Indonesia. Awalnya hanya terdiri dari segelintir orang saja, namun kini sudah mencapai 300-an anggota yang selalu aktif untuk mengupdate data jalanan ke dalam Waze. Berkat peran aktif dari komunitas ini, Indonesia yang terdiri dari banyak kepulauan dan ribuan kota kini data-datanya sudah masuk ke dalam Waze. Bahkan hampir semua kota besar di Indonesia sudah dapat menggunakan Waze untuk mengantisipasi kemacetan. Hal ini menjadi penting saat mudik nanti yang akan melakukan perjalanan lintas kota atau bahkan lintas daerah. Karena pentingnya peranan Map Editor, Christian berharap akan makin banyak pula Map Editor yang bergabung dari Indonesia.
Potensi Waze selain untuk menghindari kemacetan?
Sebagaimana aplikasi yang mengumpulkan banyak data, tentunya Waze bisa saja mengambil keuntungan dari BIG data yang dikumpulkannya. Namun, Amir mengatakan bahwa Waze tidak tertarik untuk monetizing BIG data yang dikumpulkan oleh Waze. Karena menurutnya, data-data tersebut sebenarnya adalah milik bersama. Karena tanpa input dari para user, maka Waze tidak akan dapat bekerja. Meski demikian, Amir juga mengatakan bahwa monetizing yang bisa dilakukan di Waze ada beberapa cara. Seperti misalnya ia memberikan contoh di Amerika, aktor Arnold Schwarzenegger dan Morgan Freeman memberikan suara mereka ke dalam Waze untuk mempromosikan film yang mereka bintangi. Untuk hal itu, mereka justru membayar Waze untuk memperdengarkan suara mereka yang khas untuk memberikan petunjuk arah. Selain itu, Amir juga mengatakan ada monetizing secara B2B di mana brand atau produk bisa tampil di dalam peta yang diberikan oleh Waze. Ada banyak potensi B2B, bisa jadi berbentuk seperti mini game di mana kita dapat mengumpulkan point saat melewati lokasi tertentu, dan point tersebut bisa ditukarkan menjadi sesuatu dari partner B2B tadi. Amir juga mengatakan bahwa mereka akan lebih aktif untuk memberikan konten lokal ke dalam Waze. Seperti misalnya mereka berencana akan memberikan suara komedian terkenal sebagai penunjuk jalan. Harapannya, maka selain berguna untuk menghindari macet, Waze juga dapat menghibur di kala terjebak di tengah macet. Semoga mudik menjadi lancar.
- Fungsi Handycam Vs Kamera, Pilih yang Mana ? - December 16, 2024
- Kamera DSLR Canon dengan Wifi | SLR Termurah Fitur Lengkap - December 16, 2024
- Kamera Saku Layar Putar Murah Berkualitas Resolusi 4K Untuk Vlog & Selfie - December 15, 2024