News

Cara Kerja dan Penerapan Printer 3 Dimensi di Sektor Manufaktur

Follow Kami di Google News Gan!!!

Cara Kerja dan Penerapan Printer 3 Dimensi di Sektor Manufaktur

pemakaian teknologi 3D printing pada sektor manufaktur mempercepat proses dan menurunkan biaya produksi Printer 3D di berbagai sektor industri, seperti penerbangan, energi, semakin dibutuhkan otomotif, elektronik, kesehatan, farmasi, konstruksi, dan, bahkan, kuliner. Di sektor manufaktur, teknologi 3D printing berdampak besar, terutama dalam menghemat biaya dan memangkas waktu proses produksi. Pengembangan material-material baru untuk bahan “cetak” pada printer 3D juga ikut memperluas pemakaiannya di sektor manufaktur maupun sektorsektor industri lainnya secara umum. Pasar 3D printing juga semakin membesar.

Baca Juga : HP Murah 4G LTE Terbaru Di Bawah 2 Juta dengan Kamera Bagus

Menurut perusahaan riset Markets and Markets, seperti dikemukakan dalam rilis persnya, pasar 3D printing mencapai nilai US$32,78 miliar pada tahun 2023, dengan pertumbuhan rata-rata 25,76% per tahun antara tahun 2017 sampai dengan 2023. Menurut Markets and Markets, pertumbuhan tersebut akibat kemudahan pengembangan produk-produk custom, penurunan biaya manufaktur, dan investasi pemerintah pada proyek 3D printing untuk pengembangan dan deployment teknologi. Jajaran produk printer 3D sangat luas, mulai dari yang skala desktop, industri, hingga ukuran besar untuk membuat jembatan, bangunan, dan lain. Printer 3D skala desktop digunakan oleh hobbyist dan profesional . Selain untuk pencetakan action f gure atau mainan, para profesional juga menggunakannya untuk mencetak komponen terutama untuk produkproduk consumer. Menurut Markets and Markets, segmen dekstop ini diperkirakan akan mengalami pertumbuhan lebih besar per tahunnya dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Pertumbuhan ini didorong oleh inovasi produk, kustomisasi, harga yang semakin murah, dan pengenalan jenis material baru. Material cetak terus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Selain plastik yang masih mendominasi dan logam di tempat kedua, dalam kurun waktu lima tahun mendatang, akan ada peningkatan permintaan untuk biomaterial yang digunakan di industri kesehatan, termasuk material khusus seperti laywood (f lamen dengan bahan 40% kayu), lilin, dan kertas.

Merevolusi Proses Manufaktur

Teknologi 3D printing telah merevolusi proses manufaktur. Teknologi ini telah mempercepat pembuatan prototipe produk, pembuatan tooling pada manufaktur, serta memudahkan pembuatan suku cadang sebagai pengganti yang rusak. Pembuatan suku cadang dan komponen tersebut juga jauh lebih murah bila dibandingkan dengan cara konvensional. Selain itu, material atau “bahan cetak” yang baru memungkinkan pembuatan suku cadang mesin lebih ringan dan awet. Pada proses pembuatan prototipe produk biasanya diperlukan komponen berdesain baru. Pihak manufaktur biasanya melibatkan pihak luar untuk membuatnya. Namun dengan teknologi 3D printing, komponen dapat dibuat sendiri, selain murah prosesnya juga lebih cepat. Para desainer bebas merancang komponen baru untuk mengubah desain mereka. Kemudian mereka dapat mencetaknya dan segera mengujinya. Dengan cara ini proses desain produk baru hingga siap dimanufaktur secara massal dapat dipercepat. Ujungnya adalah akselerasi proses inovasi. Ford Motor Company mulai menguji coba pembuatan prototipe dengan teknologi 3D printing. Dengan printer 3D buatan Stratasys, Ford membuktikan bahwa proses pembuatan prototipe bisa jauh lebih cepat daripada menggunakan cara konvensional. Misalnya, dalam pembuatan intake manifold konvensional, seorang insinyur harus membuat model di komputer.

Baca Juga  Jumlah Pengguna Android Tahun Ini

 

Kemudian dibutuhkan waktu bulanan untuk pembuatan komponen prototipe tersebut. Dengan 3D printing, komponen dapat dibuat dalam hitungan hari, dan biaya pun berkurang secara signif kan. 3D printing juga dimanfaatkan untuk pembuatan suku cadang. Untuk mesin yang rumit biasanya susah mencari suku cadang pengganti sehingga mesin tidak dapat segera dioperasikan kembali. Butuh waktu relatif lama untuk pengadaan suku cadang pengganti sehingga pada akhirnya akan berdampak pada kerugian bisnis. Pengganti bagian yang rusak itu biasanya harus dirancang dari awal. Dibutuhkan jig dan tool untuk mempermudah proses pembuatannya. Tool bantu tersebut harus dibuat lebih dulu sebelum membuat suku cadang. Menurut pengalaman General Electric (GE), proses pembuatan suku cadang pengganti tersebut bisa makan waktu 3-5 bulan. Namun dengan 3D printing, dibutuhkan waktu hanya satu minggu. Teknologi 3D printing memang belum mampu untuk produksi produk dengan volume besar atau massal. Meski demikian teknologi ini telah dimanfaatkan untuk pembuatan suku cadang mesin atau produk yang diproduksi secara terbatas. Menguji coba printer 3D, Stratasys Infnite-Build 3 Demonstrator, Ford berencana memanfaatkan teknologi ini untuk pembuatan komponen yang digunakan oleh seri produk Ford Performance, produk yang dibuat dengan jumlah terbatas.

 

Walaupun tidak dapat digunakan untuk produksi massal, teknologi 3D printing dapat digunakan untuk mempercepat dan membantu menurunkan biaya proses manufaktur produksi massal. Seperti yang dilakukan oleh produsen otomotif Volkswagen Autoeuropa, printer 3D dimanfaatkan untuk pembuatan alat bantu manufaktur seperti tool, fxture, dan jig. Menggunakan printer 3D Ultimakers, Volkswagen tidak lagi tergantung pada pihak lain untuk pembuatan tool manufaktur tersebut. Printer 3D memampukan pembuatan desain yang sangat kompleks, revisi dan perubahan juga dapat dilakukan dengan cepat, tanpa pengorbanan biaya atau waktu. Kini Volkswagen Autoeuropa memiliki 7 printer 3D yang memproduksi 93% tool yang sebelumnya dibuat oleh pihak ketiga. Penggunaan printer 3D telah menghemat biaya pembuatan tool hingga 91% dan mempersingkat waktu pengembangan hingga 95%. Volkswagen mencontohkan, untuk pembuatan jig pelindung roda, biaya per suku cadang bila dipesan ke supplier luar mencapai 800 Euro, tetapi bila dicetak dengan printer 3D hanya dibutuhkan biaya 21 Euro. Ada penghematan biaya sebesar 97%. Waktunya pun jauh lebih singkat. Bila memesan ke pihak luar makan waktu hingga 56 hari, tetapi bila dibuat sendiri dengan printer 3D hanya butuh waktu 10 hari.

Baca Juga  Sedimentasi: Pengertian, Jenis, Proses, dan Cara Mengatasi

Pembuatan Cepat dan Awet

Selain diuntungkan oleh proses pembuatan suku cadang yang cepat dan murah, manufaktur yang menerapkan teknologi 3D printing juga diuntungkan oleh adanya temuan material-material baru. Suku cadang dari material tersebut terbukti lebih ringan, bahkan awet. Nozzle bahan bakar yang dibuat GE dengan printer 3D memiliki bobot 25% lebih ringan dan lima kali lebih awet bila dibandingkan dengan komponen yang dibuat dengan cara konvensional. Oleh printer 3D, nozzle tersebut dibuat dengan satu material, bandingkan dengan metode konvensional yang memerlukan 20 komponen berbeda. Ford juga membuktikan hal yang sama. Salah satu komponen mobil, yaitu spoiler, dibuat oleh printer 3D. Hasilnya, spoiler 50 persen lebih ringan daripada bila dibuat melalui proses tradisional, menggunakan bahan besi tuang. Menurut Ford, hal tersebut berakibat pada penggunaan bahan bakar kendaraaan yang lebih efsien.

 

Sektor Penerbangan Meningkat

Menurut Markets and Markets, sektor penerbangan dan pertahanan paling banyak memanfaatkan 3D printing tahun lalu. Industri penerbangan masih merupakan pasar yang besar untuk waktu mendatang. Di sektor ini, 3D printing terutama digunakan untuk membuat suku cadang penting pada pesawat terbang atau untuk produksi skala kecil atau permintaan komponen yang berkinerja tinggi dan berkualitas. Boeing mulai menggunakan empat part titanium yang dicetak pada printer 3D untuk pesawat 787 Dreamliner. Mungkin suatu saat nanti Boeing akan menggunakan 1000 part yang dibuat dengan teknologi 3D printing. Boeing bekerja sama dengan vendor printer 3D, Norsk Titanium AS dari Norwegia, untuk membuat komponen mesin jet tersebut. Pembuatan komponen dengan printer 3D lebih murah, sehingga bila Boeing kelak dapat menggunakan 1000 part hasil “cetakan” printer 3D, ia dapat menghemat biaya produksi hingga US$3 juta untuk setiap pesawat 787 Dreamliner. Selain Norsk Titanium AS, GE Additive, dan Stratasys juga berlomba berebut pasar printer 3D di industri penerbangan. Barubaru ini mereka meluncurkan sistem 3D printing yang ditujukan untuk industri penerbangan. Peluncuran produk yang hampir bersamaan tersebut berkaitan dengan dikeluarkannya sertifkat perijinan pemanfaatan teknologi 3D printing dalam skala yang luas oleh regulator keselamatan Amerika Serikat dan Federal Aviation Administration

Baca Juga  Rekomendasi Laptop Tipis Core i7 Cocok untuk Mahasiswa
Tech.id Media ( Aldy )
Latest posts by Tech.id Media ( Aldy ) (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Hy Guys

Tolong Matikan Adblock Ya. Situs ini biaya operasionalnya dari Iklan. Mohon di mengerti ^^