Trend Pertumbuhan Penikmat Kopi di Indonesia - MESKI kopi di Indonesia tampak tumbuh selintas bisnis pesat, ditandai dengan membaiknya pasar kopi kemasan dan menjamurnya kedaikedai kopi, hasil-hasil survei menunjukkan bahwa tingkat konsumsi kopi Indonesia selama lima tahun terakhir ini konstan, berada di angka kurang dari 0,5 kilogram/ kapita/ tahun. Maraknya kopi-kopi sachet berbagai merek, telah menggeser pola konsumsi kopi. Di satu pihak, rakyat bisa menyeduh kopi di mana saja, tanpa harus menyangrai biji kopi dan menumbuknya. Alhasil, pola konsumsi kopi rakyat dengan terlebih dahulu menyangrai biji kopi, menumbuk, dan menyeduhnya, pelan-pelan tergusur.
Di lain pihak, secara diam-diam sesungguhnya rakyat juga dimiskinkan. Sebab keuntungan dari bisnis kopi itu sebagian besar hanya dinikmati oleh para pemilik modal. Mulai dari produsen kopi sachet, distributor, dan pemilik jasa franchise penjual kopi atau kafe. Para petani kopi itu menjual produk mereka dengan harga sangat rendah, untuk membeli kopi kemasan dengan harga tinggi. Petani kopi menjual biji kopi mentah dengan harga paling tinggi Rp 10.000 - Rp 20.000 per kg, atau Rp 100 sampai Rp 200 per 10 gram. Mereka kemudian membeli kopi sachet (dengan gula tanpa susu) seharga Rp 1.000 per 25 gram. Padahal bobot kopinya sendiri hanya 10 gram.
PROSES MANUAL DITINGGALKAN
Dewasa ini di kalangan masyarakat menengah atas, tumbuh pula trend mengonsumsi kopi menggunakan mesin penyeduh . Baik di rumah tangga maupun di perkantoran. Mesin penyeduh ini dijadikan sarana pemasaran kopi bubuk dalam kemasan 100, 250, dan 500 gram. Warung, yang mengandalkan kopi sebagai menu utama, juga menyediakan mesin kopi, baik untuk menyeduh kopi regular, cappuccino, maupun espresso. Mereka biasanya juga menggunakan penggiling (grinder) untuk membuat kopi bubuk dari biji kopi yang telah disangrai (di-roasting). Sangat jarang co ee shop yang juga menyangrai kopi sendiri. Ada beberapa alasan, mengapa para pengelola co ee shop, jarang yang menyangrai biji kopi mentah (green beans) hingga menjadi biji kopi matang siap tumbuk.
Selain menyangrai biji kopi memerlukan keterampilan khusus, pekerjaan ini juga merepotkan. Sebenarnya ada mesin kopi dengan input berupa green beans, dan output mulai dari kopi biasa (regular co ee), cappuccino, sampai ke espresso. Kapasitasnya mulai dari satu cangkir sampai ke puluhan cangkir. Aroma kopi yang telah disangrai, terlebih telah digiling, akan bertahan paling lama satu minggu; tanpa penyimpanan dalam kemasan vakum. Kopi tersangrai yang dijual di pasar umumnya telah tersimpan selama beberapa bulan, bahkan kadang beberapa tahun, hingga aromanya sudah hilang. Apabila ingin merasakan kopi dengan aroma yang masih utuh, biji yang sudah disangrai, harus langsung digiling, dan diseduh pada saat itu juga. Aroma kopi akan keluar optimal, apabila bubuk kopi dilewati uap panas, sambil diberi tekanan tinggi. Sampai sekarang, di Ethiopia, negeri tempat asal-usul kopi, masih terpelihara “upacara minum kopi”. Sekelompok orang berkumpul, kopi disangrai dalam wajan gerabah, dengan api arang. Setelah masak langsung ditumbuk, dan direbus dalam cerek khusus, lalu dituang ke cangkir.
ROBUSTA, ARABIKA, DAN LIBERIKA
“Ritual minum kopi” ini menyebar pula sampai ke Aceh. Akan tetapi, di Aceh hanya tinggal merebus bubuk kopi. Sementara menyangrai dan menumbuknya di tempat lain. Cara ini masih lebih baik, dibanding dengan menyeduh kopi seperti yang umum dilakukan di masyarakat kita, yakni bubuk kopi ditaruh dalam cangkir atau gelas, kemudian ke dalamnya dituangkan air panas. Di co ee shop, terutama di Eropa, kopi yang akan diseduh pagi atau sore, disangrai dan digiling pada saat itu juga. Maka aroma kopi dari co ee shop tercium ke mana mana. Aroma kopi itu menjadi semakin kuat, karena kebanyakan yang diseduh campuran antara kopi robusta (Co ea canephora), arabika (Co ea arabica), dengan liberika (Co ea liberica).
Saat ini robusta merupakan kopi yang paling banyak dibudidayakan. Ciri khas robusta, rasa pahitnya sangat kuat, dengan kandungan kafein tinggi, dan aroma lemah. Arabika bercirikan aroma sangat kuat, kandungan kafein rendah, dengan rasa masam. Kopi liberika menghasilkan harum buah nangka, dengan kafein dan rasa pahit sedang. Kualitas kopi, pertamatama ditentukan oleh faktor budidaya. Arabika terbaik di dunia, dihasilkan oleh Ethiopia dan Vietnam. Di Indonesia, arabika terbaik dihasilkan oleh Kab. Manggarai, di Pulau Flores, NTT. Faktor kedua seleksi waktu panen, meliputi keseragaman ukuran dan tingkat kemasakan buah. Faktor ketiga pengolahan dari buah kopi menjadi biji kopi kering, melalui proses fermentesi. Berikutnya faktor penyangraian, dan penyeduhan. Ketika salah satu dari faktor-faktor ini tak terpenuhi, kopi akan berasa hambar.
- Fungsi Handycam Vs Kamera, Pilih yang Mana ? - December 16, 2024
- Kamera DSLR Canon dengan Wifi | SLR Termurah Fitur Lengkap - December 16, 2024
- Kamera Saku Layar Putar Murah Berkualitas Resolusi 4K Untuk Vlog & Selfie - December 15, 2024