Cara Mengetahui Bakat Anak
Mama Papa, yakinkah kalau si buah hati mempunyai bakat? Harus yakin, dong! Soalnya, untuk bisa menemukan bakat anak, orangtua harus yakin dulu.. Apalagi, setiap anak pada dasarnya lahir dengan membawa potensinya masing-masing. Jadi, jangan pernah meragukan kalau si buah hati mempunyai bakat. Nah, apakah bakat si buah hati? Inilah yang harus kita gali untuk kemudian kita kembangkan dan salurkan. Namun, sebelumnya kita perlu paham bahwa bakat anak bisa berbeda-beda, tak terkecuali dengan saudara kandungnya. Jika bakat anak tidak terlihat menonjol, umumnya hal itu disebabkan tidak adanya kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi bakat yang dimilikinya. Apakah itu di lingkungan rumah maupun di sekolah. Di sisi lain, untuk dapat menemukan bakat anak diperlukan pengamatan yang telaten dari orangtua.
TIDAK MEMAKSA
Tentu akan lebih baik apabila Mama Papa bisa dengan cepat menemukan ”APA YA BAKAT ANAKKU?” bakat si buah hati di masa kecil. Jikapun tidak, tak masalah. Seiring usia beranjak, dengan preferensi yang beragam, anak remaja lebih bisa mengeksplorasi bakatnya. Toh, anak masih bisa diikutkan dalam berbagai macam kegiatan yang disukainya tanpa paksaan. Lain ceritanya jika orangtua memaksa anak untuk menekuni hal yang tidak disukainya (apalagi bukan bakatnya). Tentu, rasa terpaksa akan menyebabkan anak stres. Terlebih jika ia tidak berbakat di situ dan harus berproses sedemikian keras hingga stres. Jika memang kemampuan anak didasari bakat yang besar, maka akan terlihat konsistensi dan bahkan perkembangannya. Dibandingkan anak-anak lain yang tidak berbakat, kemampuannya tampak lebih dari biasa. Jadi, bakat itu bersifat ajek alias konsisten, tidak timbul tenggelam alias anginanginan, serta di mana pun dan kapan pun, bakat ini akan selalu tampak.
Nah, setelah bakat anak ditemukan, apa pun itu (sekalipun tidak sesuai dengan harapan orangtua), yang pertama-tama harus Mama Papa lakukan adalah menghargainya dengan positif. Kemudian, berikan fasilitas untuk mengasah bakatnya. Jika melukis adalah bakatnya, mengajak anak bergabung dengan klub melukis yang sesuai adalah pilihan bijak. Namun, tak perlu menyesal jika anak enggan ikut kursus ataupun ajang perlombaan, sebab bakat pun bisa dikembangkan secara otodidak, bukan? Begitu pun jika bakat anak ada di bidang akademis. Seiring dengan itu, buatkan program untuk anak aga kita bisa mengukur bakatnya. Cara paling mudah memang dengan mengikutkannya dalam lomba dan pentas. Namun, Mama dan Papa bisa melakukan evaluasi rutin dengan program sedemikian rupa yang bahannya bisa dicari dari mana-mana. Contoh, setiap minggu anak diminta memperlihatkan sejauh mana perkembangan teknik menggambarnya. Berikan masukan positif pada anak supaya perkembangan bakatnya terus meningkat.
BAKAT VS MINAT
Satu hal yang perlu Mama Papa ketahui, tak jarang orangtua dibuat bingung antara bakat dan minat. Akibatnya, orangtua salah dalam menentukan keputusan mengenai bakat anaknya dan menyalurkannya. Nah, supaya tidak bingung, inilah penjelasannya! Minat itu sebenarnya arah dari bakat, sedangkan bakat lebih bersifat bawaan. Biasanya anak yang berbakat pada bidang tertentu, ia memiliki minat pada bidang tersebut. Memang, belum tentu juga anak yang berminat pada suatu bidang pasti berbakat pada bidang tersebut. Begitu pula sebaliknya, ada kemungkinan anak berbakat, namun ia kurang berminat pada suatu hal sehingga orangtua menjadi kurang peka terhadap bakat anak yang ini. Contoh, ada anak yang ingin sekali bernyanyi karena melihat ajang pemilihan penyanyi cilik. Ia dapat dikatakan berminat. Akan tetapi, apakah ia berbakat? Perlu diobservasi dahulu. Ketika ia bisa dengan cepat mempelajari lagu dan menyanyikannya dengan baik, bisa dikatakan ia berbakat. Namun bila sudah diikutkan les vokal sampai jangka waktu lama, ternyata ia tak kunjung terampil dalam menyanyi, bisa jadi ia hanya berminat namun tidak berbakat. Sebaliknya, ada anak yang kurang begitu berminat pada menyanyi, namun setelah dicoba untuk menyanyi, ternyata ia memiliki suara yang bagus, mampu mengikuti iringan musik, dan kemampuannya terus meningkat saat dilatih, maka itu tandanya si anak berbakat di bidang olah vokal. Nah, di usia sekolah (6—12 tahun), sering kali bakat anak tertukar dengan minat. Pasalnya, pemikiran anak masih dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya teman sebaya atau peergroup-nya. Jadi, jika si usia sekolah merasa berbakat pada suatu hal karena temannya juga melakukan hal yang sama, itu namanya minat alias belum tentu berbakat. Walau baru terlihat sebatas minat, Mama Papa sebaiknya terus mengeksplorasi kemampuan anak dengan cara memfasilitasinya. Jika anak cepat tanggap dan semakin terampil, juga tidak pernah bosan menggeluti minatnya hingga berbulan-bulan atau satu tahun lebih, bisa jadi minat itu didasari bakat. Nah, bagaimana dengan anak Mama dan Papa? Mulailah mengeksplorasi dengan lebih telaten, karena menemukan bakat dapat menjadi kebanggaan yang menaikkan self-esteem anak.
BERBAKAT TAPI TIDAK BERPRESTASI
Tak jarang terjadi, anak tidak berprestasi pada bakatnya. Mengapa bisa begitu? Perlu dipahami, untuk bisa berprestasi ada banyak faktor yang menentukan. Salah satunya, latihan terus-menerus hingga menjadi mahir atau ahli. Jadi, agar anak dapat berprestasi di bakatnya, maka ia harus terus dilatih dan harus mampu meningkatkan kualitas diri, serta memiliki motivasi kuat untuk berprestasi, juga selalu mendapat dukungan terbaik/positif dari lingkungan. Namun demikian, sejatinya prestasi bukanlah fokus utama untuk menumbuhkembangkan bakat anak. Bakat diasah dan disalurkan lebih agar anak bahagia dalam menjalani hidupnya dan lebih siap dalam bertahan hidup.
- yandex browser video bokeh museum - November 21, 2024
- bokeh lights yandex bebas 2021 - November 21, 2024
- Videos Yandex Browser Video Bokeh Museum Indonesia - November 21, 2024