Perkembangan Teknologi dalam Sepak Bola
Evolusi Teknologi di Dunia Sepak Bola Sepak bola sebagai sebuah olahraga yang paling populer sejagat tidak bisa lepas dari teknologi. Contoh yang paling mudah tentu saja siaran langsung melalui jaringan televisi. Tanpa adanya televisi, sebuah pertandingan sepak bola tidak bisa dinikmati oleh penggemar yang berada di lokasi yang jauh. Jangankan yang jauh, mereka yang tidak mendapatkan tiket masuk ke stadion saja tidak akan dapat menikmatinya. Sejarah masuknya teknologi informasi ke dalam lapangan sepak bola dimulai ketika sebuah pertandingan disiarkan secara langsung melalui siaran radio. Arsenal adalah yang beruntung tercatat sebagai tim tuan rumah pertama yang pertandingannya disiarkan melalui radio. Lawan Arsenal saat itu adalah Sheffi eld United. Pertandingannya sendiri berlangsung di Highbury pada tanggal 22 Januari 1927. Stasiun radio yang menyiarkannya adalah British Broadcasting Company Ltd atau lebih dikenal dengan BBC. Pertandingan itu berakhir dengan skor 1-1. Hari ini, setelah lebih dari sembilan puluh tahun semenjak siaran radio mengudara pertama kali dari lapangan sepak bola, sudah begitu banyak evolusi teknologi informasi yang berkembang di lapangan sepak bola. Apa sajakah itu? Kami akan menyajikan beberapa di antaranya untuk Anda.
Papan Skor
Salah satu perkembangan yang paling mudah terlihat di lapangan sepak bola adalah papan skor. Ketika teknologi informasi belum berkembang dengan baik, papan skor benar-benar hanya berupa papan besar yang diberi papan kecil berisi huruf dan angka. Setiap kali skor pertandingan berubah, papan angka yang berisikan skor diambil dan diganti dengan papan angka lain. Ketika zaman mulai maju dan berbagai perangkat elektronik mulai dikembangkan, papan skor tersebut mulai diganti dengan papan elektronik seven segment display. Seven segment display adalah tujuh buah lampu LED yang disusun sedemikian rupa membentuk angka 8 dan bisa menyala sebagian atau semua untuk membentuk formasi angka 0 sampai 9. Di era informasi ini, tak tanggung-tanggung, papan skor berevolusi menjadi sebuah monitor LCD raksasa yang terhubung ke komputer layaknya monitor komputer biasa. Fungsinya tak lagi hanya menampilkan skor, melainkan juga foto pemain, formasi tim, bahkan menampilkan tayangan ulang saat terjadi gol, pelanggaran, atau kejadian seru lainnya
Teknologi Garis Gawang
Final Piala Dunia 1966 antara Inggris melawan Jerman selalu menjadi perdebatan sampai kini. Karena pertandingan berakhir dengan skor 2 – 2, diadakanlah perpanjangan waktu. Pada perpanjangan waktu babak pertama, pemain Inggris Geo? Hurst melakukan tembakan ke arah gawang Jerman. Bola mengenai tiang gawang bagian atas, jatuh tegak lurus ke bawah, lalu memantul keluar menjauh dari gawang. Hakim garis memutuskan bahwa tendangan Geo? Hurst tersebut masuk dan skor berubah menjadi 3 - 2. Pada akhirnya Inggris memenangi pertandingan dengan skor 4 - 2. Akibat keterbatasan teknologi pada saat itu, termasuk tayangan televisi yang tak mampu memberikan sudut pandang secara luas, kejadian sebenarnya tidak dapat dijelaskan. Kejadian tersebut kemudian mendorong para peneliti di dunia teknologi untuk mengembangkan sebuah teknologi yang bisa mendeteksi apakah sebuah bola sudah masuk gawang atau belum. Kriterianya mudah saja sebenarnya, yaitu apakah seluruh badan bola telah melewati garis gawang atau belum. Meski awalnya tak setuju, FIFA sebagai induk organisasi sepak bola sedunia akhirnya tak enggan lagi untuk mencoba penerapan teknologi garis gawang. Ini akibat kejadian serupa di Piala Dunia 2010. Pada prinsipnya, teknologi garis gawang ini menanamkan microchip di dalam bola yang digunakan. Kemudian di sekeliling gawang ditanam kabel tipis berdiameter dua milimeter dengan kedalaman 15 sampai 20 cm di dalam tanah. Fungsi kabel tipis ini adalah untuk menciptakan medan magnet di “dalam” gawang. Medan magnet ini akan berubah tatkala microchip yang ada di dalam bola memasukinya. Dengan perubahan itu, komputer bisa mengkalkulasi apakah terjadi gol atau tidak. Informasi keberadaan bola di dalam gawang ini nantinya diteruskan ke unit penerima, misalnya berupa aplikasi tertentu pada jam tangan yang digunakan oleh wasit. Aplikasi bersangkutan akan memberi tanda bila badan bola sudah seluruhnya melewati garis gawang. Saat tayangan ulang, biasanya data posisi bola diolah oleh komputer dan divisualisasikan, kemudian ditampilkan di papan skor. Teknologi ini kemudian dikembangkan lebih lanjut dan microchip bukan hanya dipasang di dalam bola, melainkan juga di sepatu pemain. Sensornya pun dipasang hampir di sepanjang keliling lapangan. Tujuannya adalah untuk menampilkan statistik gerakan dan area jelajah pemain.
Teknologi untuk Menjaga Kebugaran Atlet
sepak bola bisa dibilang merupakan atlet dengan jadwal bertanding yang paling padat. Karena itu, sangat penting untuk menjaga kebugaran agar senantiasa siap bertanding. Ini termasuk juga untuk menghindari kasus kematian mendadak di lapangan sepak bola yang telah beberapa kali terjadi. Menu latihan kini tak lagi hanya diisi dengan latihan fsik tradisional, namun melibatkan kemajuan teknologi. GPS contohnya, alat yang sejatinya digunakan untuk menentukan posisi di permukaan bumi ini, seringkali dilibatkan juga dalam latihan untuk menentukan daya jelajah seorang pemain. Dengan demikian, pemain sepak bola bisa berlatih lebih intensif. Ini karena daya jelajah optimalnya bisa diketahui dalam suatu cakupan area tertentu, dibandingkan harus berlatih lari jarak jauh misalnya. Kostum yang digunakan pada saat latihan, bahkan mungkin juga pada saat bertanding, kini dilengkapi pula dengan sensor khusus yang dapat memonitor kondisi fsik pemain, misalnya soal tingkat hidrasi dan detak jantung. Kostum semacam ini disebut dengan techno wear dan asal mulanya justru digunakan oleh atlet renang. Data yang berhasil dihimpun oleh sensor tersebut dikirimkan ke sebuah komputer yang akan terus memonitor tingkat kebugaran pemain. Di dunia sepak bola, secara spesifk pengembang techno wear ini adalah seorang bernama David Evans dari jurusan Desain Industri Universitas Northumbria dan dibantu oleh pakar olah raga Liverpool John Moores. Evans termotivasi mengembangkan alat ini setelah salah satu pemain yang diidolakannya, Marc Vivian Foe asal Kamerun, meninggal mendadak saat sedang bertanding. Meninggalnya Marc Vivian Foe ternyata disebabkan oleh hypertrophic cardiomyopathy, yaitu pembengkakan otot jantung yang penyebabnya belum diketahui dan umumnya memang tidak disadari oleh penderitanya. Dengan menggunakan techno wear, diharapkan gangguan jantung maupun organ lainnya dapat dideteksi secara dini untuk menekan risiko kematian mendadak saat bertanding
- Fungsi Handycam Vs Kamera, Pilih yang Mana ? - December 16, 2024
- Kamera DSLR Canon dengan Wifi | SLR Termurah Fitur Lengkap - December 16, 2024
- Kamera Saku Layar Putar Murah Berkualitas Resolusi 4K Untuk Vlog & Selfie - December 15, 2024