menurut

Aspek yang Tak termasuk dalam Definisi Budaya: Panduan Para Ahli

Follow Kami di Google News Gan!!!


Aspek yang Tak termasuk dalam Definisi Budaya: Panduan Para Ahli

Dalam khazanah keilmuan, budaya merupakan suatu konsep yang kaya dan kompleks. Terdapat beragam definisi budaya yang dikemukakan oleh para ahli, namun secara umum budaya dapat dipahami sebagai seperangkat nilai, kepercayaan, kebiasaan, dan praktik yang dianut dan diwariskan oleh suatu kelompok masyarakat.

Namun, di antara berbagai definisi tersebut, terdapat beberapa aspek yang tidak termasuk dalam pengertian budaya. Salah satunya adalah aspek biologis. Budaya merupakan fenomena sosial yang dipelajari dan diturunkan melalui interaksi antar manusia, bukan melalui faktor genetik atau biologis.

Selain itu, budaya juga tidak mencakup perilaku atau tindakan individu yang bersifat sementara atau spontan. Budaya merupakan pola perilaku dan nilai yang relatif stabil dan berkelanjutan, yang dibentuk melalui proses sosialisasi dan diwariskan dari generasi ke generasi.

berikut yang tidak termasuk pengertian budaya menurut para ahli adalah

Memahami esensi budaya mengharuskan kita untuk mengetahui aspek-aspek yang tidak termasuk dalam pengertiannya. Berikut adalah 10 aspek penting:

  • Biologis
  • Perilaku spontan
  • Tindakan individual
  • Preferensi pribadi
  • Mode
  • Tren
  • Norma sosial yang menyimpang
  • Perilaku patologis
  • Kepercayaan sesat
  • Praktik berbahaya

Aspek-aspek ini tidak termasuk dalam pengertian budaya karena bersifat sementara, individualistik, atau menyimpang. Budaya, sebaliknya, adalah seperangkat nilai, kepercayaan, dan praktik yang dianut bersama, relatif stabil, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Memahami perbedaan-perbedaan ini sangat penting untuk menghargai kompleksitas budaya dan peran pentingnya dalam membentuk identitas dan pengalaman manusia.

Biologis

Dalam menelaah aspek-aspek yang tidak termasuk dalam pengertian budaya, aspek biologis memegang peranan penting. Biologi mengacu pada karakteristik dan proses yang ditentukan secara genetik, sedangkan budaya adalah seperangkat nilai, kepercayaan, dan praktik yang dipelajari dan diwariskan secara sosial.

  • Sifat bawaan: Sifat-sifat bawaan seperti warna mata, tinggi badan, dan kelompok darah ditentukan oleh faktor genetik dan bukan merupakan bagian dari budaya.
  • Insting: Perilaku naluriah seperti makan, tidur, dan reproduksi adalah bawaan dan tidak dipelajari melalui interaksi sosial.
  • Karakteristik fisik: Ciri-ciri fisik seperti ras, etnis, dan jenis kelamin adalah bawaan dan tidak termasuk dalam ranah budaya.
  • Penyakit genetik: Kondisi medis yang disebabkan oleh kelainan genetik, seperti sindrom Down atau fibrosis kistik, tidak terkait dengan budaya.

Dengan memahami perbedaan mendasar antara aspek biologis dan budaya, kita dapat lebih menghargai sifat unik dan kompleks dari budaya manusia. Budaya bukanlah sesuatu yang statis dan ditentukan secara biologis, melainkan sebuah fenomena dinamis dan adaptif yang dibentuk oleh interaksi sosial dan pengalaman bersama.

Perilaku spontan

Perilaku spontan mengacu pada tindakan yang dilakukan secara tiba-tiba, tanpa perencanaan atau pertimbangan sadar. Perilaku ini bersifat impulsif dan tidak dipengaruhi oleh norma atau nilai sosial. Sebaliknya, budaya adalah seperangkat nilai, kepercayaan, dan praktik yang dipelajari dan diwariskan secara sosial, yang memandu perilaku manusia dalam konteks sosial.

Oleh karena itu, perilaku spontan tidak termasuk dalam pengertian budaya karena beberapa alasan:

  • Tidak dipelajari atau diwariskan: Perilaku spontan tidak dipelajari melalui interaksi sosial atau diwariskan dari generasi ke generasi. Perilaku ini muncul secara tiba-tiba dan tidak dipengaruhi oleh pengaruh budaya.
  • Tidak mengikuti norma sosial: Perilaku spontan seringkali menyimpang dari norma sosial yang diterima. Perilaku ini tidak sesuai dengan nilai-nilai atau harapan budaya.
  • Bersifat sementara: Perilaku spontan bersifat sementara dan tidak berkelanjutan. Perilaku ini tidak menjadi bagian dari pola perilaku atau praktik budaya yang stabil.

Memahami perbedaan antara perilaku spontan dan budaya sangat penting untuk menghargai kompleksitas perilaku manusia. Budaya menyediakan kerangka kerja untuk perilaku yang dapat diterima dan diharapkan, sementara perilaku spontan mewakili penyimpangan dari norma-norma tersebut. Kedua aspek ini bersama-sama membentuk dinamika perilaku manusia.

Tindakan Individual

Dalam kajian budaya, tindakan individual memegang posisi yang unik. Di satu sisi, tindakan individual tidak termasuk dalam pengertian budaya karena bersifat spesifik dan tidak diwariskan secara sosial. Setiap individu memiliki pengalaman, nilai, dan motivasi unik yang membentuk tindakan mereka.

Namun, di sisi lain, tindakan individual dapat membentuk dan dipengaruhi oleh budaya. Ketika tindakan individu yang sama diulangi oleh banyak orang dalam jangka waktu yang lama, tindakan tersebut dapat menjadi kebiasaan dan norma sosial. Kebiasaan dan norma sosial ini, pada gilirannya, membentuk budaya suatu kelompok. Jadi, sementara tindakan individual itu sendiri tidak termasuk dalam budaya, tindakan tersebut dapat berkontribusi pada pembentukan budaya dari waktu ke waktu.

Memahami hubungan ini penting karena menyoroti sifat dinamis budaya. Budaya bukan hanya seperangkat nilai dan praktik yang statis, tetapi juga terus dibentuk dan diubah oleh tindakan individu. Tindakan individu dapat menantang norma sosial, memperkenalkan ide-ide baru, dan mengarah pada perubahan budaya yang signifikan.

Baca Juga  Klasifikasi Hak Anak: 4 Golongan Utama dan Pengecualian

Preferensi pribadi

Preferensi pribadi merupakan pilihan, kesukaan, atau keinginan yang unik bagi setiap individu. Preferensi ini didasarkan pada pengalaman, nilai, dan motivasi pribadi, serta dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti latar belakang, kepribadian, dan lingkungan. Preferensi pribadi tidak diwariskan secara sosial dan tidak mengikuti norma budaya yang diterima.

Oleh karena itu, preferensi pribadi tidak termasuk dalam pengertian budaya. Budaya adalah seperangkat nilai, kepercayaan, dan praktik yang dianut dan dibagikan oleh suatu kelompok masyarakat. Preferensi pribadi, sebaliknya, bersifat individual dan tidak dianut bersama oleh suatu kelompok.

Namun, preferensi pribadi dapat memberikan wawasan tentang budaya. Misalnya, preferensi makanan dapat menunjukkan kebiasaan makan dan nilai-nilai kuliner suatu kelompok. Preferensi musik dapat mencerminkan identitas dan nilai-nilai estetika suatu kelompok. Dengan mempelajari preferensi pribadi, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang keragaman budaya dan pengalaman manusia.

Mode

Mode adalah fenomena sosial yang berkaitan erat dengan aspek-aspek yang tidak termasuk dalam pengertian budaya. Mode mengacu pada tren atau gaya yang berubah dengan cepat dalam bidang seperti pakaian, aksesori, dan hiburan.

Mode tidak termasuk dalam pengertian budaya karena beberapa alasan:

  • Tidak diwariskan secara sosial: Tren mode bersifat sementara dan tidak diwariskan dari generasi ke generasi. Tren ini muncul dan menghilang dengan cepat, didorong oleh faktor-faktor seperti pengaruh media dan budaya populer.
  • Tidak mengikuti norma sosial: Mode seringkali menantang norma sosial dan nilai-nilai budaya yang ada. Tren mode dapat mempromosikan ekspresi individual dan penyimpangan dari standar yang diterima.
  • Tidak bersifat universal: Tren mode sangat bervariasi dari satu budaya ke budaya lain dan dari satu periode waktu ke periode waktu lainnya. Tren ini tidak mencerminkan nilai-nilai, kepercayaan, atau praktik yang dianut bersama oleh suatu kelompok masyarakat.

Meskipun mode tidak termasuk dalam pengertian budaya, mode dapat memberikan wawasan tentang perubahan sosial dan budaya. Tren mode dapat mencerminkan nilai-nilai dan aspirasi masyarakat pada suatu periode waktu tertentu. Mode juga dapat berfungsi sebagai alat bagi individu untuk mengekspresikan identitas dan kreativitas mereka.

Tren

Dalam khazanah budaya, tren merupakan fenomena sosial yang menarik dan memegang peranan penting dalam membentuk masyarakat. Tren dapat dipahami sebagai pola atau kecenderungan yang berubah-ubah dalam berbagai bidang kehidupan, seperti mode, seni, musik, dan teknologi.

  • Sifat Sementara: Tren bersifat sementara dan terus berubah seiring berjalannya waktu. Tidak seperti budaya yang diwariskan secara turun-temurun, tren muncul dan menghilang dengan cepat, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti media massa, budaya populer, dan inovasi teknologi.
  • Variasi Kultural: Tren tidak bersifat universal dan dapat sangat bervariasi dari satu budaya ke budaya lainnya. Apa yang dianggap tren di satu masyarakat mungkin tidak populer di masyarakat lain, menunjukkan bahwa tren dipengaruhi oleh nilai-nilai, kepercayaan, dan praktik budaya setempat.
  • Ekspresi Individual: Tren juga dapat menjadi sarana bagi individu untuk mengekspresikan diri dan identitas mereka. Dengan mengikuti atau menantang tren, individu dapat mengomunikasikan afiliasi kelompok, nilai-nilai pribadi, dan aspirasi mereka.
  • Dampak Sosial: Tren dapat memiliki dampak sosial yang signifikan. Tren dalam teknologi dapat merevolusi cara kita hidup dan bekerja, tren dalam mode dapat memengaruhi persepsi kita tentang kecantikan dan gaya, dan tren dalam seni dan musik dapat memengaruhi nilai-nilai estetika dan etika masyarakat.

Dengan memahami hubungan antara tren dan budaya, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang sifat dinamis budaya dan peran tren dalam membentuk masyarakat. Tren mungkin tidak termasuk dalam pengertian budaya secara tradisional, tetapi tren tetap menjadi aspek penting dari pengalaman manusia dan memberikan cerminan yang berharga tentang nilai-nilai, aspirasi, dan perubahan sosial yang sedang berlangsung.

Norma sosial yang menyimpang

Norma sosial yang menyimpang mengacu pada perilaku atau tindakan yang melanggar aturan, nilai, dan harapan yang diterima dalam suatu masyarakat. Norma-norma ini membentuk kerangka kerja untuk perilaku yang dapat diterima dan membantu menjaga ketertiban dan harmoni sosial. Norma yang menyimpang, di sisi lain, menantang atau melanggar norma-norma ini, sehingga menimbulkan reaksi negatif atau sanksi dari masyarakat.

Dalam konteks “berikut yang tidak termasuk pengertian budaya menurut para ahli adalah”, norma sosial yang menyimpang memainkan peran penting karena tidak mencerminkan nilai-nilai, kepercayaan, dan praktik yang dianut dan diwariskan oleh suatu kelompok masyarakat. Norma yang menyimpang bersifat sementara, individualistik, dan menyimpang dari standar budaya yang ditetapkan. Oleh karena itu, norma yang menyimpang tidak termasuk dalam pengertian budaya karena tidak memenuhi kriteria sebagai fenomena sosial yang dipelajari dan diwariskan secara kolektif.

Memahami hubungan antara norma sosial yang menyimpang dan pengertian budaya sangat penting karena menyoroti sifat dinamis dan adaptif budaya. Norma yang menyimpang dapat berfungsi sebagai katalisator perubahan budaya, menantang norma-norma yang ada dan membuka jalan bagi nilai-nilai dan praktik baru. Namun, norma yang menyimpang juga dapat mengancam stabilitas dan kohesi sosial jika tidak dikelola dengan tepat.

Perilaku patologis

Dalam kajian antropologi dan sosiologi budaya, memahami fenomena perilaku patologis memegang peranan penting dalam membedakannya dari pengertian budaya. Perilaku patologis merujuk pada pola perilaku yang menyimpang secara signifikan dari norma-norma yang berlaku dalam suatu masyarakat dan umumnya dikaitkan dengan gangguan kejiwaan atau kondisi medis tertentu.

  • Sifat Individualistik: Perilaku patologis seringkali bersifat sangat individualistik dan tidak mencerminkan nilai-nilai atau praktik budaya yang dianut bersama. Perilaku tersebut muncul dari kondisi internal individu, seperti gangguan mental atau trauma, dan tidak dipelajari atau diturunkan secara sosial.
  • Penyebab Biologis: Tidak seperti budaya yang merupakan fenomena sosial, perilaku patologis seringkali memiliki akar penyebab biologis. Gangguan kejiwaan, ketidakseimbangan neurokimia, atau kondisi medis lainnya dapat memicu perilaku yang menyimpang dari norma-norma budaya.
  • Dampak Sosial Negatif: Perilaku patologis dapat menimbulkan dampak negatif yang signifikan pada individu dan masyarakat. Perilaku tersebut dapat mengganggu fungsi sosial, hubungan interpersonal, dan kesejahteraan secara keseluruhan, bertentangan dengan tujuan budaya yang umumnya menekankan harmoni dan kesejahteraan kolektif.
  • Stigma dan Marginalisasi: Individu yang menunjukkan perilaku patologis seringkali menghadapi stigma dan marginalisasi sosial. Masyarakat cenderung memandang perilaku tersebut sebagai penyimpangan atau kelemahan, yang dapat menyebabkan isolasi dan diskriminasi, bertentangan dengan nilai-nilai budaya yang menjunjung tinggi inklusi dan dukungan.
Baca Juga  Prediksi Tepat Jodohmu Menurut Ramalan Islam

Dengan memahami karakteristik dan implikasi perilaku patologis, kita dapat lebih menghargai perbedaan mendasar antara budaya dan fenomena individualistik yang menyimpang dari norma-norma sosial. Budaya adalah seperangkat nilai, kepercayaan, dan praktik yang dipelajari dan diwariskan secara kolektif, sedangkan perilaku patologis adalah kondisi yang seringkali disebabkan oleh faktor biologis atau psikologis dan memiliki dampak negatif pada individu dan masyarakat.

Kepercayaan sesat

Dalam khazanah budaya, kepercayaan sesat memegang peranan krusial dalam memahami apa yang tidak termasuk dalam pengertian budaya. Kepercayaan sesat merujuk pada keyakinan atau praktik yang tidak didukung oleh bukti atau fakta yang dapat diverifikasi dan sering kali bertentangan dengan norma dan nilai sosial yang berlaku.

  • Sifat Tidak Rasional: Berbeda dengan budaya yang dibentuk oleh proses rasional dan pengalaman kolektif, kepercayaan sesat didasarkan pada keyakinan yang tidak masuk akal dan tidak didukung oleh bukti objektif. Kepercayaan ini sering kali didorong oleh ketakutan, prasangka, atau kebutuhan akan kepastian.
  • Penyebaran Terbatas: Kepercayaan sesat cenderung dianut oleh sekelompok kecil individu atau komunitas tertentu, dan tidak menjadi bagian dari sistem kepercayaan yang lebih luas yang dianut oleh masyarakat secara keseluruhan. Hal ini membedakannya dari budaya yang ditandai dengan nilai dan praktik yang dibagikan secara luas.
  • Dampak Negatif: Kepercayaan sesat dapat menimbulkan konsekuensi negatif bagi individu dan masyarakat. Kepercayaan ini dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang buruk, konflik sosial, dan bahkan kekerasan. Misalnya, kepercayaan pada teori konspirasi dapat merusak kepercayaan publik terhadap institusi dan mengarah pada tindakan berbahaya.
  • Tantangan bagi Budaya: Kepercayaan sesat dapat menantang norma dan nilai budaya yang mapan. Hal ini dapat menciptakan perpecahan dalam masyarakat dan menghambat kemajuan sosial. Misalnya, kepercayaan sesat tentang peran gender dapat mengabadikan kesenjangan dan diskriminasi.

Dengan memahami karakteristik dan implikasi kepercayaan sesat, kita dapat lebih menghargai perbedaan mendasar antara budaya dan sistem kepercayaan yang tidak rasional dan tidak didukung oleh bukti. Budaya adalah seperangkat nilai, kepercayaan, dan praktik yang dianut bersama dan diturunkan dari generasi ke generasi, sementara kepercayaan sesat adalah fenomena yang lebih individualistik dan menyimpang yang dapat merusak tatanan sosial dan menghambat kemajuan manusia.

Praktik berbahaya

Dalam khazanah kajian budaya, memahami praktik berbahaya sangat penting untuk mengetahui aspek-aspek yang tidak termasuk dalam pengertian budaya menurut para ahli. Praktik berbahaya merujuk pada tindakan atau perilaku yang menimbulkan risiko besar bagi kesehatan, keselamatan, atau kesejahteraan individu atau masyarakat.

  • Melanggar Norma Sosial: Praktik berbahaya sering kali melanggar norma dan nilai sosial yang berlaku. Tindakan ini tidak didukung atau diterima oleh masyarakat secara luas dan dianggap sebagai penyimpangan dari standar perilaku yang diharapkan.
  • Tidak Diwariskan Secara Budaya: Tidak seperti budaya yang dipelajari dan diturunkan dari generasi ke generasi, praktik berbahaya sering kali bersifat individual dan tidak menjadi bagian dari sistem kepercayaan atau praktik budaya yang lebih luas.
  • Dampak Negatif yang Jelas: Praktik berbahaya memiliki konsekuensi negatif yang jelas dan dapat membahayakan individu atau masyarakat. Tindakan ini dapat menyebabkan cedera fisik, masalah kesehatan, atau kerusakan lingkungan.
  • Tantangan bagi Pembangunan: Praktik berbahaya dapat menghambat pembangunan sosial dan ekonomi. Tindakan ini dapat menguras sumber daya, merusak infrastruktur, dan menciptakan hambatan bagi kemajuan masyarakat.

Memahami hubungan antara praktik berbahaya dan pengertian budaya memungkinkan kita untuk menghargai perbedaan mendasar antara praktik yang dianut dan diwariskan secara kolektif dan tindakan yang menyimpang dan berbahaya. Budaya adalah seperangkat nilai, kepercayaan, dan praktik yang berkontribusi pada kesejahteraan dan kemajuan masyarakat, sementara praktik berbahaya adalah fenomena yang merugikan dan tidak didukung secara budaya.

Tips Memahami Pengertian Budaya

Memahami pengertian budaya secara komprehensif membutuhkan pemahaman yang jelas tentang aspek-aspek yang tidak termasuk di dalamnya. Berikut adalah beberapa tips untuk membantu Anda dalam hal ini:

Tip 1: Bedakan Aspek Biologis

Budaya tidak mencakup aspek biologis seperti karakteristik bawaan, insting, atau ciri fisik. Aspek-aspek ini ditentukan secara genetik dan tidak dipelajari atau diwariskan secara sosial.

Tip 2: Identifikasi Perilaku Spontan

Perilaku spontan, seperti tindakan impulsif atau tidak direncanakan, tidak termasuk dalam budaya karena tidak dipelajari atau dipengaruhi oleh norma sosial. Perilaku ini bersifat individual dan tidak mengikuti nilai-nilai budaya.

Tip 3: Kenali Tindakan Individual

Meskipun tindakan individual dapat berkontribusi pada pembentukan budaya dari waktu ke waktu, tindakan tersebut tidak termasuk dalam pengertian budaya itu sendiri. Tindakan individual bersifat spesifik dan tidak diwariskan secara sosial.

Baca Juga  Arti Mimpi Melihat Orang Membunuh Orang Lain dalam Islam Terlengkap

Tip 4: Perhatikan Preferensi Pribadi

Preferensi pribadi, seperti pilihan dan keinginan individu, tidak termasuk dalam budaya karena tidak dianut bersama atau diwariskan dari generasi ke generasi. Preferensi ini unik bagi setiap individu dan tidak mencerminkan nilai-nilai budaya.

Tip 5: Pahami Tren dan Mode

Tren dan mode bersifat sementara dan tidak diwariskan secara sosial, sehingga tidak termasuk dalam pengertian budaya. Fenomena ini dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti media dan budaya populer, dan tidak mencerminkan nilai-nilai atau praktik yang dianut bersama.

Dengan mengikuti tips ini, Anda dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang aspek-aspek yang tidak termasuk dalam pengertian budaya. Hal ini akan membantu Anda dalam menganalisis dan mengapresiasi budaya secara lebih komprehensif.

Dengan memahami pengertian budaya secara komprehensif, Anda dapat lebih menghargai keragaman budaya di dunia dan berkontribusi pada dialog antarbudaya yang lebih efektif dan saling menghormati.

Pertanyaan Umum tentang Pengertian Budaya

Berikut adalah beberapa pertanyaan umum beserta jawabannya untuk membantu Anda memahami pengertian budaya secara lebih mendalam:

Pertanyaan 1: Aspek apa saja yang tidak termasuk dalam pengertian budaya?

Jawaban: Aspek yang tidak termasuk dalam pengertian budaya meliputi aspek biologis, perilaku spontan, tindakan individual, preferensi pribadi, tren, dan mode.

Pertanyaan 2: Mengapa aspek biologis tidak termasuk dalam budaya?

Jawaban: Aspek biologis seperti sifat bawaan dan insting ditentukan secara genetik dan tidak dipelajari atau diwariskan secara sosial, yang merupakan ciri khas budaya.

Pertanyaan 3: Bagaimana membedakan antara budaya dan tren?

Jawaban: Tren bersifat sementara dan dipengaruhi oleh faktor eksternal, sementara budaya diwariskan secara sosial dan mencerminkan nilai-nilai dan praktik yang dianut bersama.

Pertanyaan 4: Apakah tindakan individual dapat memengaruhi budaya?

Jawaban: Meskipun tindakan individual itu sendiri tidak termasuk dalam pengertian budaya, tindakan tersebut dapat berkontribusi pada pembentukan budaya dari waktu ke waktu jika diulangi oleh banyak orang dan menjadi kebiasaan.

Pertanyaan 5: Mengapa preferensi pribadi tidak termasuk dalam budaya?

Jawaban: Preferensi pribadi bersifat unik bagi setiap individu dan tidak dianut atau diwariskan secara sosial, yang merupakan karakteristik utama budaya.

Pertanyaan 6: Apa pentingnya memahami aspek yang tidak termasuk dalam budaya?

Jawaban: Memahami aspek yang tidak termasuk dalam budaya membantu kita untuk menganalisis dan mengapresiasi budaya secara lebih komprehensif, serta berkontribusi pada dialog antarbudaya yang lebih efektif.

Dengan memahami pertanyaan umum ini, Anda dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang pengertian budaya dan perannya dalam membentuk masyarakat di seluruh dunia.

Lanjutkan membaca untuk bagian selanjutnya:

Kesimpulan

Dengan mengeksplorasi aspek-aspek yang tidak termasuk dalam pengertian budaya, kita memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang sifat budaya dan perannya dalam membentuk masyarakat manusia. Aspek-aspek seperti biologis, perilaku spontan, tindakan individual, preferensi pribadi, tren, dan mode tidak termasuk dalam budaya karena tidak dipelajari atau diwariskan secara sosial, tidak mencerminkan nilai-nilai budaya, atau bersifat sementara.

Memahami perbedaan antara budaya dan aspek-aspek yang dikecualikan sangat penting untuk analisis budaya yang mendalam, dialog antarbudaya yang efektif, dan apresiasi terhadap keragaman budaya dunia. Dengan mengakui aspek-aspek yang tidak termasuk dalam budaya, kita dapat memperoleh wawasan yang lebih kaya tentang bagaimana budaya dibentuk, ditransmisikan, dan terus berkembang dari waktu ke waktu.

Youtube Video:


Tech.id Media ( Aldy )

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Hy Guys

Tolong Matikan Adblock Ya. Situs ini biaya operasionalnya dari Iklan. Mohon di mengerti ^^