Daftar Startup Indonesia yang Sukses Saat ini
Beberapa startup di Indonesia mencoba fokus menawarkan produk-produk yang menyasar umat muslim. Potensinya ada pada jumlah penganut agama Islam di tanah air serta nilai perekonomian umat muslim global yang relatif cukup besar Karena Hari Raya Lebaran memang identik dengan hal-hal yang baru, termasuk pakaian dan barang pribadi yang juga baru, sebagian besar umat muslim memanfaatkan momen Ramadhan untuk berbelanja. Maka wajar saja jika para pelaku bisnis turut menyambut kebutuhan ini dengan menggelar aneka pesta belanja yang menargetkan umat muslim sebagai pasar utamanya. Sudah menjadi pemandangan umum jika kita melihat toko-toko di pusat perbelanjaan sangat gencar menawarkan beragam promo dan diskon besar-besaran. Dengan bertumbuhnya kebiasaan konsumen di Indonesia untuk bertransaksi online, semarak belanja online juga dihadirkan oleh pelaku e-commerce tanah air.
Baca Juga : Inilah Flashdisk OTG untuk iPhone dan iPad
Sebagai bukti nyata, digelarnya program Jakarta Great Online Sale mulai Juni lalu yang bertepatan dengan ulang tahun Jakarta dan bulan Ramadhan, ditambah dengan kampanye Lebaran Online Sale yang diprakarsai Lazada dan Zalora Indonesia. Para pemain e-commerce ini tampaknya belajar dari hasil riset yang diadakan aCommerce pada Ramadhan tahun lalu. Dalam riset tersebut, ditemukan bahwa terjadi kenaikan volume transaksi sebesar 96% dan kenaikan pemasukan sebesar 84% pada penjualan online produk-produk yang menyasar umat muslim di Indonesia. Sementara itu, dari hasil riset Thomson Reuters dan DinarStandard berjudul “Global Islamic Economy Report 2014/15”, disimpulkan bahwa pengeluaran yang dihabiskan umat muslim secara global diperkirakan mencapai US$2 triliun pada 2013 dan akan terus tumbuh rata-rata 10% per tahun hingga US$3,7 triliun pada 2019. Pengeluaran paling besar ditujukan untuk sektor makanan dan minuman sebesar US$1,292 triliun, disusul pakaian dan busana sebesar US$266 miliar, media dan hiburan sebesar US$185 miliar, perjalanan (travel) senilai US$140 juta, serta kecantikan dan kesehatan senilai US$72 miliar. Tidak mengherankan kalau di Indonesia, bermunculan beberapa startup yang melihat peluang besar di pasar ini dan terjun di segmen yang sekilas terlihat niche, tapi nyatanya berjumlah masif di Indonesia sebagai negara dengan umat muslim terbanyak di dunia. Inilah lima startup di antaranya.
HijUp
HijUp.com bisa dibilang sebagai pionir dalam bisnis e-commerce yang mengkhususkan diri di pasar busana muslimah. Didirikan di tahun 2011, HijUp merupakan buah pemikiran Diajeng Lestari yang menangkap potensi dari bertumbuhnya kesadaran diri untuk berhijab dari kaum muslimah di Indonesia. Mulai dari remaja putri sampai ibu-ibu. Mereka ingin menutup aurat, tapi tetap tampil modis dan fashionable HijUp menjual koleksi busana muslimah dari sedikitnya 100 desainer lokal. Termasuk di antaranya rancangan dari desainer-desainer muslimah terkemuka, seperti Dian Pelangi dan Jenahara. Dalam waktu empat tahun, HijUp berhasil menjadi tolok ukur kesuksesan dalam bisnis e-commerce yang membidik pasar muslim. Setiap tahun, mereka mencatat peningkatan dua kali lipat dalam jumlah transaksi. Pada tahun 2014, jumlah pengunjung HijUp mencapai 1,4 juta, dengan 20 persen di antaranya berasal dari luar Indonesia,seperti Malaysia, India, dan Amerika Serikat. Di bulan Februari lalu, mereka bahkan telah menuai dana investasi dari pemodal asing, yaitu 500 Startups, Fenox Venture Capital, dan Skystar Capital. Dana tersebut akan digunakan untuk mengakselerasi pertumbuhan HijUp sampai ke pasar internasional. Sebagian dana tampaknya digunakan untuk berpromosi lebih aktif selama bulan Ramadhan ini. Terlihat dari langkah mereka untuk memasang iklan televisi dan mensponsori salah satu acara sahur di stasiun TV nasional.
Hijabenka
Masih ingat dengan situs fashion e-commerce Berrybenka yang kami bahas proflnya di edisi Juni 2015? Nah, Hijabenka merupakan sempalan (spinoff) dari situs itu. Kebanyakan pebisnis fashion e-commerce umumnya menjadikan hijab/busana muslimah sebagai salah satu kategori di situsnya. Langkah berbeda diambil Jason Lamuda (CEO, Berrybenka). Ia rupanya sangat yakin dengan potensi besar pasar muslimah sehingga memutuskan untuk memisahkan antara bisnis busana umum dan hijab miliknya. Seperti halnya Berrybenka, Hijabenka menampilkan koleksi busana muslimah dari aneka merek dan desainer dengan bermacam jenis, mulai dari atasan, bawahan, jilbab, mukena, sampai aksesoris. Strategi menggandeng desainer muslimah terkemuka pun mereka lakukan, dengan memasarkan produk-produk rancangan Ria Miranda dan Restu Anggraini. Untuk lebih menginspirasi pelanggan tentang fashion, Hijabenka juga menyediakan rubrik khusus “Inspirasi Gaya” dan “Tutorial Hijab” yang diperbarui setiap minggu. Di samping busana muslimah, saat ini Hijabenka menawarkan pula subkategori untuk pria, yaitu koleksi baju koko. Tapi, lini produk ini tampaknya masih sekadar tambahan karena jenis produknya masih sangat terbatas.
Saqina
Ada cerita menarik di balik kisah sukses Saqina. Saat awal didirikan pada tahun 2007 di Mojokerto, bisnis busana muslim milik Mohammad Rosihan, yang pernah menjadi Presiden Komunitas Tangan Di Atas (TDA), ini sebenarnya berwujud toko of?ine. Toko ini malah sudah membuka lima cabang. Rosihan yang memang akrab dengan dunia TI, kemudian membuka toko Saqina versi online pada tahun 2008. Niat asalnya hanya untuk ajang promosi toko of?ine-nya. Tapi, lamakelamaan justru penjualan via toko online-nya jauh melesat daripada toko of?ine. Sampai akhirnya pada tahun 2013, Rosihan memutuskan untuk menutup seluruh gerai toko of?ine dan berfokus membesarkan toko online Saqina. Pada Januari 2013, Saqina memperoleh investasi pertamanya dari Ideosource. Dana tersebut digunakan untuk membentuk badan hukum serta mengembangkan bisnis Saqina. Salah satu langkah terbesarnya yaitu melakukan rebranding pada Oktober 2014 dengan melepas identitas “toko busana muslim” dan mengusung konsep baru sebagai “platform belanja online untuk kebutuhan muslim terlengkap”. Saat ini, Saqina menjual berbagai produk kebutuhan muslim yang terdiri dari 25 kategori, mulai dari pakaian, kecantikan, alat ibadah, edutainment, hingga produk-produk home living.
Ikhram.com
Dari sekian banyak situs online marketplace di Indonesia, baru Ikhram. com yang mengkhususkan diri di segmen perjalanan umrah. Mereka bukan berperan sebagai biro travel, melainkan penghubung antara biro travel umrah dan calon jamaah yang ingin berangkat umrah. Dalam situsnya, Ikhram.com menyatakan bahwa setiap tahun, tidak kurang dari 700 ribu orang asal Indonesia menunaikan ibadah umrah dengan peningkatan sekitar 15% per tahun. Nilai bisnis umrah pada tahun 2014 mencapai US$1,3 miliar. Di sisi lain, terdapat 570 biro travel umrah yang terdaftar di Kementerian Agama, di samping ribuan agen resmi maupun tidak resmi. “Banyaknya agen tidak resmi ini menimbulkan potensi banyaknya terjadi penipuan umrah di Indonesia. Ikhram. com ingin memberi solusi masalah tersebut dengan menghadirkan hanya biro travel umrah yang resmi dan bisa dipercaya,” kata Robbi Baskoro (CoFounder & CEO, Ikhram.com) Saat ini, Ikhram.com menawarkan 5000-an paket umrah dari sekitar 150 biro travel umrah di seluruh Indonesia. Calon jamaah dapat mencari dan membandingkan paket-paket umrah yang sesuai dengan kebutuhan mereka, sekaligus melakukan pemesanan langsung di situs ini. Ikhram.com menjanjikan harga paket yang lebih murah dan kemudahan pembayaran, mulai kartu kredit sampai internet banking. Dalam setahun terakhir, Ikhram. com mampu membukukan rata-rata nilai transaksi US$150 ribu dan jumlah pengunjung 10 ribu per bulan.
Kodelokus
Banyak pengembang yang membuat aplikasi mobile bertema Islam, tapi hanya sedikit yang benarbenar mampu menghasilkan aplikasi yang berkualitas, bermanfaat, dan diunduh sampai jutaan kali. Salah satunya adalah Kodelokus, pengembang asal Bandung yang didirikan oleh Muhammad Ikhsan dan Yogie Adrisatria. Nama Kodelokus sempat diulas oleh sejumlah media teknologi karena aplikasi buatan mereka, Kamusku (Kamus Bahasa Inggris – Indonesia), berhasil mencapai lebih dari 10 juta unduhan di Google Play Store. Tapi, selain itu, aplikasi besutan Kodelokus lainnya ternyata juga populer di kalangan pengguna Android dan ratarata menargetkan umat muslim. Misalnya saja Prayer Time. Aplikasi penanda jadwal salat dan disertai penunjuk arah kiblat ini sudah diunduh lebih dari 1 juta kali. Ada pula aplikasi Hijri Calendar yang diunduh lebih dari 400 ribu kali, Kamus Arab Indonesia lebih dari 320 ribu kali, serta Doa Harian Muslim lebih dari 240 ribu kali. Sejak awal didirikan, Kodelokus memang memilih pendekatan pragmatis dengan membuat aplikasiaplikasi yang dianggap memunyai demand tinggi. “Banyak pengembang yang pragmatis banget; membuat aplikasi yang demand-nya banyak tapi tidak bisa men-deliver aplikasi yang bagus. Atau kebalikannya, idealis banget dengan membuat aplikasi sesuai visinya, tapi sayang pasarnya sedikit. Kodelokus mencoba bersikap pragmatis, tapi tetap punya visi untuk bisa membuat company branding. Jadi, kami selalu membuat aplikasi dengan tidak asal-asalan dan selalu di-maintain,” papar Ikhsan.
- yandex com vpn video full bokeh lights s1 - November 21, 2024
- yandex browser video bokeh museum - November 21, 2024
- bokeh lights yandex bebas 2021 - November 21, 2024