Ide Bisnis Sukses di Bidang Konveksi - Bermula dari pinjaman Rp400 juta, setelah 4 tahun bersama Danamon, saat ini Roni Herdianto dipercaya mengelola pinjaman sebesar Rp10 miliar. Dana sebesar itu sejalan dengan penetrasi usahanya yang telah menembus Arab Saudi. Perkembangan sebuah perusahaan, bisa dilihat melalui luasnya ruang tempat produksi. Inilah kesan yang tertangkap mata saat mengunjungi Roni Herdianto, pengusaha bordir pakaian muslim di Purwakarta, Jawa Barat. Siapa pun yang bertandang, tak bakal mengira, di belakang toko yang terlihat seperti gerai biasa, terdapat pabrik pakaian yang berkembang pesat. Jajaran manekin plastik langsung menyergap mata sesaat kita masuki Toko Bordir Baju Kencana, milik Roni, begitu ia biasa disapa. Beberapa karyawan terlihat sibuk mengukur kain. “Itu tempat usaha yang pertama kali saya miliki. Bentuknya masih asli seperti dulu,” papar pengusaha yang dikaruniai 4 orang putra itu.
Berbisnis Sedari Muda
Ketika kita memasuki ruang berikutnya, tampak aktivitas produksi yang luar biasa sibuk. Terlihat karyawan yang sedang menyeterika baju siap kemas. Ruang tersebut bersebelahan dengan ruang finishing dan ruang mesin bordir. Deru mesin bordir terdengar 24 jam. Dari mesin itu, Roni menghasilkan fulus yang mengalir terus ke pundipundinya.“Sejak kuliah semester 2 saya sudah mencoba belajar berwiraswasta. Saat itu saya berjualan baju muslim. Barang dagangan saya bawa dari kampung halaman, kemudian saya jual di kampus,” tuturnya. Sebelum memproduksi baju muslim bermerek Arroyan, awalnya ia menerima pesanan dari pabrik. Setelah menikah pada 2006, Roni bertekad memproduksi pakaian sendiri.
“Lebih enak memproduksi sendiri. Harga dan pemasarannya bisa diatur sendiri,” tutur Roni. Bagaimana bisa seperti itu? Tahun 2010, ia memberanikan diri meminjam pinjaman uang dari Bank Danamon sebesar Rp400 juta. Dana tersebut dialokasikan untuk membeli sebuah toko di kawasan Thamrin City, Jakarta. Sebelum mendapatkan pinjaman dari Bank Danamon, Roni mengontrak toko di Tanah Abang, Jakarta. Saat itu ia belum memiliki tenaga memasaran. “Semuanya masih saya lakukan sendiri bersama istri,” papar pria kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat itu. Guna menyokong usahanya tersebut, Roni membangun pabrik produksi di atas lahan seluas 2.500 meter persegi yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat. Hasil produksi akan disebar ke beberapa toko yang dimilikinya. Di antaranya yaitu yang berlokasi di Tanah Abang dan kawasan Thamrin City. Untuk mempercepat laju perkembangan usahanya itu, Roni mengaku, sangat terbantu oleh Danamon. “Danamon memperlakukan kami seperti kawan. Sangat akrab, sehingga kami bisa leluasa berkonsultasi masalah usaha. Banyak masukan yang kami peroleh. Danamon punya kepedulian besar. Berbeda dengan bank lain, ketika kita sudah mengambil pinjaman lalu tidak diperhatikan lagi,” kata Roni.
Ceruk Pasar Lebar
Bukan tanpa alasan Roni berani berinvestasi untuk usahanya ini. Menurut pandangannya, pangsa pasar busana muslim, akan terus berkembang. “Masih terus mengalami kekurangan pasokan dari tahun ke tahun. Setiap tahun saya selalu mengalami pertambahan permintaan sebesar 100%. Tahun ini saya menambah kapasitas produksi dari 40.000 pcs menjadi 60.000 pcs tiap bulan,” tutur Roni, begitu ia biasa disapa. Selain menyebar ke seluruh Indonesia, produk busana muslim besutan Roni yang ia beri label Arroyan ini, telah merambah hingga ke Arab Saudi. Segmen pasarnya yakni kelas menengah ke atas. Berapa harganya? Cukup ramah di dompet. Roni menjualnya dengan harga Rp60.000 – Rp80.000/pcs. Agar produksnya bisa mudah terserap pasar, Roni memasarkannya secara online dan o!ine. Kedua cara pemasaran tersebut saling bersinergi. Dengan adanya toko o!ine, calon konsumen online menjadi lebih mudah percaya.
“Fungsi dari toko online itu untuk mengarahkan konsumen yang posisinya jauh di luar kota,” kata Roni. Cara di atas terbukti efektif. Bahkan Roni mengaku selalu kewalahan memenuhi permintaan baju muslim Satu-satunya musim paceklik, hanya pada masa Idul Adha. Selepas itu, orderan terus menggunung. Menurut pengakuan Roni, setiap tahun permintaan busana muslim selalu bertambah. Bahkan ia senantiasa mengalami kekurangan sekitar 30% setiap tahun.Untuk mengatasi lonjakan permintaan, Roni melakukan strategi plasma. Ia membantu plasma dengan memberi modal usaha berupa mesin dan kendaraan transportasi. Untuk bidang bordir, sistem pembayaran dilakukan dengan cara sistem bagi hasil. Karyawan mendapatkan 1/3 dari penghasilan, sedangkan Roni mendapatkan porsi penghasilan sebesar 2/3. “Keterbatasan mereka pada umumnya adalah jumlah modal minim. Padahal mereka punya keterampilan yang bagus,” imbuh Roni. Sementara itu, untuk merekrut karyawan, Roni menggunakan referensi karyawan yang sudah dikenal.
“Perekrutan saya lakukan dengan cara mencari (pegawai) dari mulut ke mulut. Melalui cara seperti ini, kualitas kepercayaan bisa lebih dijamin,” katanya. Tambahan informasi, jumlah total karyawan saat ini tembus hingga ratusan orang. Tenaga kerja tersebut bisa diperinci sebagai berikut: di bidang pemotongan ada sebanyak 3 orang, Di bidang bordir ada sebanyak 29 orang mengoperasikan 12 mesin bordir ditambah 1 orang untuk supervisor. Untuk bidang jahit dikerjakan oleh karyawan sebanyak 120 orang, finishing sebanyak 30 orang dan sekretaris ada 3 orang. Selain menambah jumlah tenaga kerja dan plasma, guna mengimbangi laju permintaan, anak sulung dari 7 bersaudara ini juga menambah mesin produksi dan jumlah toko. Baginya, semakin banyak toko yang dimiliki, upaya pemasaran bisa lebih bagus. “Ketika pemasarannya bagus, secara otomastis proses produksinya juga akan menjadi semakin bagus pula,” kata Roni.
- yandex browser video bokeh museum - November 21, 2024
- bokeh lights yandex bebas 2021 - November 21, 2024
- Videos Yandex Browser Video Bokeh Museum Indonesia - November 21, 2024