Jenis Diet untuk Menurunkan Berat Badan dengan Cepat
Dari berbagai jenis program penurunan berat badan, diet rendah karbohidrat dan diet rendah lemak tergolong diet yang paling sering diikuti. Tapi apakah kedua jenis diet ini begitu bermanfaat? Jika keduanya dibandingkan, kirakira siapa pemenangnya? Pemenangnya tentu akan ditentukan di akhir “pertandingan” nanti. Sebab pada kenyataannya, kedua jenis diet itu masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Soalnya, baik diet rendah karbohidrat maupun diet rendah lemak, sama-sama berhubungan dengan nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh. Kalau dilakukan asal-asalan, hasilnya bukan sehat, malah mendatangkan sengsara.
Sepasang kembar identik di Inggris, dr. Xand Van Tulleken dan dr. Chris Van Tulleken pernah melakukan pengujian. Demi menjawab manfaat dari kedua diet itu, Xand dan Chris terjun langsung sebagai subjek penelitian. Selama sebulan mereka melakukan diet ekstrem terhadap lemak dan karbohidrat. Proses dan pengujian ini pun ditayangkan di saluran TV dunia, BBC, 2014. Bagaimana hasilnya? Xand yang melakukan diet rendah karbohidrat selama sebulan mengalami penurunan berat badan hingga 4 kg. Sedangkan Chris hanya seperempat darinya, yaitu 1 kg dalam jangka waktu yang sama. Rupanya hasilnya jauh berbeda. Kita tentu tahu, saat mengonsumsi karbohidrat, kadar gula darah akan meningkat.
Saat itu, hormon insulin akan dibebaskan dari pankreas untuk memasukkan karbohidrat tadi ke dalam sel. Itu yang menjadi sumber energi. Jika karbohidrat yang dimakan berlebihan, maka tidak semuanya akan diubah menjadi energi. Sehingga insulin akan menyimpan makronutrien itu sebagai cadangan energi. Selain itu, ada pula sebagian cadangan karbohidrat yang disimpan dalam bentuk cadangan lemak. Itulah sebabnya, kebanyakan konsumsi karbohidrat pasti bikin gemuk. “Kalau seseorang kekurangan energi, kebutuhan energi akan diambil dari cadangan glikogen, cadangan lemak, bahkan cadangan protein yang tersimpan dalam tubuh,” jelas dr. Inge Permadhi, dokter spesialis gizi klinik di Jakarta. Dari penjelasan itu, tak heran kalau Xand mengalami penurunan berat badan lebih banyak dari Chriz. Sebab sedikit karbohidrat, membuat tubuh Xand kekurangan energi, sehingga cadangan lemak dan protein terpaksa digunakan untuk menghasilkan energi. Sedangkan Chris yang hanya kehilangan 1 kg saja dengan diet rendah lemak itu, masih makan porsi karbohidrat yang cukup tinggi.
Akibatnya insulin juga banyak dikeluarkan sehingga terbentuk cadangan makronutrien. Sehingga untuk penurunan berat badan, hasilnya tidak signifi kan. Bukan diet jangka panjang Sebenarnya, kalau ditilik dari dunia kesehatan, kedua jenis diet ini tidaklah terlalu disarankan. Masalahnya, keduanya, baik lemak maupun karbohidrat merupakan nutrisi yang tidak bisa tidak dipenuhi. Tapi rupanya bisa dilakukan sedikit kompromi, asalkan mengikuti syarat. “Boleh-boleh saja dilakukan sebagai diet modifi kasi atau alternatif, apabila penurunan berat badan terasa stagnan. Tapi pastikan dalam waktu yang dibatasi,” ujar Inge. Kadang-kadang orang bisa saja bosan terhadap pola makan yang itu-itu saja. Maka sah saja melakukan modifi kasi, asal jangan sampai kekurangan salah satu nutrisi berkepanjangan.
Lihat saja Xand, diet rendah karbohidrat memang menurunkan berat badannya, tapi malah mengganggu fungsi otaknya. Ketika kedua kakak beradik ini ditantang untuk menyelesaikan sebuah game asah otak. Chris yang jadi pemenangnya. Xand menjadi kurang konsentrasi akibat tubuhnya kurang karbohidrat. Apalagi bagi otak, satu-satunya sumber energi utamanya, ya karbohidrat. Tanpa itu, otak tidak bisa berfungsi optimal. Untuk orang normal, minimal 130 g karbohidrat diperlukan setiap harinya. Sama halnya ketika mereka diminta untuk bersepeda, Xand jauh tertinggal dari Chris. Lagilagi karena apa? Karena Xand tidak mempunyai energi yang cukup untuk melakukan olahraga yang menuntut stamina itu. Dan tubuhnya juga belum terbiasa menghasilkan energi selain dari karbohidrat. Kalaupun ingin melakukan diet rendah karbohidrat maupun lemak, yang penting jangan semuanya sampai dimusuhi.
Kedua jenis diet ini tidak terlalu berbahaya kalau konsepnya “dikurangi” bukan “tidak dikonsumsi sama sekali”. Setidaknya, untuk diet rendah karbohidrat, caranya dengan mengurangi atau menghindari karbohidrat simplek atau makanan yang bergula. “Makanlah karbohidrat kompleks seperti bahan makanan pokok yang berserat, termasuk sayur dan buah. Sebab kandungan karbohidrat juga terdapat di situ,” kata Inge lagi. Bagi mereka yang melakukan diet rendah lemak, berarti mengurangi atau menghindari makanan yang digoreng dan makanan berlemak tinggi. Namun bukan berarti harus memusuhi sumber lemak baik, seperti ikan dan biji-bijian. Yang membuat miris, banyak orang yang melakukan diet dengan memusuhi jenis-jenis nutrisi itu. Misalnya, diet yang menganjurkan untuk mengonsumsi apel/pir saja atau satu jenis makanan tertentu saja. Kalau makanan yang mengandung nutrisi karbohidrat dan lemak dihilangkan sama sekali, justru berbahaya. Apalagi kalau cuma makan satu jenis makanan tertentu. Tubuh tidak lagi mendapatkan kebutuhan zat gizi lengkap seperti karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin, dan mineral.
Kurus sih, tapi kalau tidak sehat, buat apa? Kurang dan lebih sama-sama merugikan Karena itulah para dokter selalu menganjurkan diet rendah kalori gizi seimbang kalau mau menurunkan berat badan, yaitu dengan menurunkan asupan makanan 500-1.000 kalori per hari. Misalnya, seorang perempuan dewasa, kebutuhan kalorinya 1.200 kalori. Sesuaikan asupan dengan kebutuhannya. Kalau ia makan 3.000 kalori, pastilah jadi gemuk. Sebaliknya, seorang laki-laki dewasa, membutuhkan 2.500 kalori per hari. Jika yang terpenuhi hanya 1.000 kalori, pastilah dia kurus. Bahkan kurang nutrisi. Kalau kurang nutrisi seimbang, daya tahan tubuh juga pasti menurun. Khususnya penyakit-penyakit infeksi seperti flu dan demam gampang menyerang. Sama halnya dengan kelebihan nutrisi, bisa bikin kegemukan.
Masalahnya, risiko penyakit tidak menular akibat kegemukan justru lebih tinggi ketimbang mereka yang kurus. Misalnya, hipertensi. Lalu berkembang lagi menjadi stroke, diabetes, dsb. Intinya, kalau bertujuan untuk menurunkan berat badan, diet rendah karbohidrat bisa menjadi pilihan. Tapi jangan berlamalama. Perlu diingat bahwa untuk melawan penyakit, sumber energi sangat diperlukan. Itulah sebabnya, orang yang daya tahan tubuhnya menurun, pertolongan pertamanya bukan dari obat dulu, tapi makan dulu. Pola makannya yang perlu dibetulkan demi peningkatan daya tahan tubuh. Diet rendah lemak juga boleh, tapi jangan menolak lemak sama sekali. Sebab tanpa lemak, tidak akan ada pelarut vitamin yang dibutuhkan tubuh. Apalagi jika sudah diterpa masalah kesehatan, justru perbaikan nutrisi jadi esensi menuju hidup sehat
- videos yandex 2020 bokeh full - November 21, 2024
- yandex com vpn video full bokeh lights s1 - November 21, 2024
- yandex browser video bokeh museum - November 21, 2024