Mengapa Air Laut Asin - Tentu saja lazim apabila kita bertanya-tanya, mengapa air laut asin? Padahal, air laut notabene berasal dari air sungai yang terasa tawar. Kebanyakan orang akan menjawab bahwa laut asin karena adanya garam. Namun, tahukah kamu bahwa tidak semua garam berasa asin? Bahkan ada yang terasa manis.
Membongkar Rahasia 4 Penyebab Mengapa Air Laut Asin
Pada dasarnya, rasa asin yang terdapat pada air laut terjadi karena mineral yang larut bersama air dan terkumpul di laut. Larutnya mineral tersebut bisa terjadi karena beberapa hal, yaitu:
1. Ventilasi Hidrotermal, adalah Alasan Mengapa Air Laut Asin
Fenomena ini adalah fenomena keluarnya panas di dasar laut yang menyebabkan mineral di bawah laut larut bersama air dan naik ke permukaan. Mineral-mineral tersebut menghasilkan natrium klorida yang berasa asin.
2. Vulkanisme Bawah Laut, Adalah Mengapa Air Laut Asin
Letusan gunung di bawah laut juga akan menghasilkan panas yang menyebabkan mineral-mineral larut bersama air. Hampir sama dengan ventilasi hidrotermal, namun fenomena ini hanya terjadi beberapa kali atau tidak setiap waktu.
3. Siklus Air di Bumi
Jawaban dari Mengapa air laut asin dapat kita telaah melalui siklus air yang terjadi di bumi. Secara sederhana, siklus air dimulai ketika air yang berasal dari sumber mata air di daratan mengalir melalui sungai menuju laut. Selama melalui sungai, air akan mengikis bebatuan dan tanah yang mengandung mineral.
Mineral-mineral yang ada pada bebatuan dan tanah akan terbawa hingga ke laut bersama air. Setelah sampai di laut, air akan menguap dan meninggalkan mineral-mineral di laut. Air yang menguap tersebut akan menjadi hujan dan kembali masuk ke sungai untuk mengikis mineral lagi.
Siklus tersebut akan berulang-ulang. Dalam pengulangan beberapa tahun, air laut belum berasa asin. Namun setelah 200/300 tahun, mineral yang terdapat dalam laut menjadi lebih pekat dan terasa asin seperti yang kita rasakan sekarang.
Baca Juga : Cara Menghapus Akun Instagram, Secara Sementara dan Permanen 2023
Meskipun jumlah mineral yang dikirimkan oleh sungai dari hasil kikisan nya di daratan terus bertambah, namun air laut tidak mengalami perubahan yang signifikan setiap tahunnya. Hal itu karena mineral-mineral yang larut di dalam air laut juga mengendap di dasar. Uniknya, jumlah yang mengendap tersebut hampir sama dengan jumlah yang masuk melalui sungai.
Meskipun begitu, ada juga beberapa fenomena yang menyebabkan air bertambah asin setiap waktu. Fenomena ini biasanya terjadi di danau, seperti Laut Mati. Ribuan sungai yang masuk ke dalamnya tanpa dapat tercampur dengan air dari kawasan lain membuat Laut Mati memiliki kandungan mineral yang lebih pekat dari waktu ke waktu.
4. Ekstrak Sungai
Air sungai yang terasa tawar sebenarnya sudah mengandung cikal bakal rasa asin. Akan tetapi, kandungan mineral yang ada di dalamnya masih cukup sedikit sehingga tidak kasat lidah. Tapi hal tersebut akan berbeda ada cerita apabila ribuan sungai bergabung menjadi satu dan melakukan siklus berulang-ulang ribuan tahun.
Karena ribuan sungai yang masuk ke laut dan berulang-ulang selama ribuan tahun, maka air laut yang berasal dari air sungai tersebut berubah menjadi asin. Oleh karena itu, dapat dibayangkan bahwa air laut sebenarnya merupakan ekstraksi dari air sungai.
Lalu, Mengapa Rasa Asin yang Muncul?
Air sungai tentu mengikis banyak sekali kandungan mineral. Namun, faktanya mineral-mineral tersebut akan cenderung menghasilkan senyawa natrium klorida. Senyawa tersebut akan memunculkan rasa asin.
Maka, jawaban yang lebih tepat mengenai pertanyaan mengapa air laut asin adalah karena adanya senyawa natrium klorida dan bukan semata-mata karena garam.
Garam sendiri memiliki 5 rasa, yaitu rasa asin yang dihasilkan natrium klorida, rasa manis yang dihasilkan oleh timbal asetat, rasa asam yang dihasilkan oleh kalium bitartrat, rasa pahit yang dihasilkan cium sulfat, rasa gurih yang dihasilkan oleh monosodium glutamat.
- yandex browser video bokeh museum - November 21, 2024
- bokeh lights yandex bebas 2021 - November 21, 2024
- Videos Yandex Browser Video Bokeh Museum Indonesia - November 21, 2024