Ini Impas Perang Dagang Amerika dan China
Genderang proteksio- nisme perdagangan yang ditabuh Amerika Serikat (AS) makin kencang. Bagaimanakah dampaknya ke ekonomi dan pasar saham Indonesia? Bagaimana sebaiknya investor bersikap? Ada beberapa kemungkinan dampak perang dagang. Pertama, perang dagang bisa menyebabkan krisis dan pelemahan ekonomi dunia. IMF menyebut, efek perang dagang ini bisa memperlambat ekonomi dunia hingga 0,8%. Mengapa? Karena perang dagang akan menyebabkan kenaikan tarif dagang. Imbasnya infl asi juga naik. Jika infl asi naik, maka suku bunga juga akan dinaikkan. Karena harga menjadi naik, maka permintaan barang akan turun pelan-pelan. Dampaknya PDB juga akan turun secara perlahan. Kedua, produsen barang yang dikenakan tarif tinggi, baik oleh AS maupun China, akan mencari pasar baru. Hal ini akan membuat persaingan makin tinggi dan mengakibatkan volatilitas harga yang tak terkendali, sehingga merugikan emiten, baik di negara tersebut, maupun di negara lainnya. Pasar baru yang bakal jadi sasaran adalah negara-negara yang sudah jadi partner dagang, termasuk Indonesia. Perlu waspada juga bila China gagal mencari pasar ekspor baru. Hal ini bisa mengakibatkan melambatnya ekonomi China.
Jika ekonomi China melambat, maka ekspor Indonesia juga akan tergerus dan berdampak pada emiten-emiten yang mengekspor ke negeri tirai bambu ini. Ketiga, ketidakpastian perang dagang membuat investor menghindari risiko dan menanamkan modalnya di instrumen investasi yang dianggap safe haven, misalnya emas, USD dan beberapa obligasi, terutama surat utang negara (SUN). Hal ini akan menekan indeks saham dan meningkatkan volatilitas indeks di negara tersebut. Keempat, pelemahan mata uang domestik. Perang dagang tentunya akan membuat kurs dollar. Hal ini mengakibatkan mata uang berbagai negara di seluruh dunia kompak melemah belakangan ini. Rupiah sempat melemah hingga menyentuh Rp 14.400 dan masih berpotensi melemah ke Rp 14.700. Pelemahan rupiah ini akan berdampak negatif untuk pergerakan saham-saham berkapitalisasi besar. Yang harus diperhatikan juga adalah perubahan kebijakan ekonomi AS akibat perang dagang tersebut. Adanya perang dagang tersebut tentunya akan membuat bank sentral Amerika lebih agresif dalam mengatur kebijakan suku bunga, untuk menjaga kondisi ekonomi di Amerika. Hal ini bisa berakhir pada kenaikan suku bunga The Fed, yang akan memaksa BI untuk turut menaikkan suku bunganya. Tentunya ini akan berdampak negatif untuk pergerakan bursa, terutama di sektor keuangan. Lalu bagaimana kondisi bursa ke depannya? Setelah sempat tertekan pada bulan Juni lalu, IHSG berpotensi untuk mengalami rebound teknikal pada awal Juli ini. Rebound teknikal ini juga didukung oleh rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Juni 2018 yang menggembirakan. Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK periode tersebut sebesar 128,1.
Naik dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu 125,1. Nilai IKK bulan Juni merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Kenaikan IKK ini tentunya memberi harapan bahwa konsumsi masyarakat Indonesia akan terus membaik dan mendorong kenaikan harga saham di bursa. Meski begitu, Trump pada 10 Juli kemarin kembali mengumumkan tarif impor Amerika senilai US$ 200 miliar terhadap sejumlah produk China, yang rencananya akan diberlakukan pada bulan ini. Jadi tensi perang dagang masih tinggi. Oleh karena itu, kami melihat perang dagang dan juga penurunan cadangan devisa yang merosot sebesar US$ 3,1 miliar dibanding bulan sebelumnya menjadi US$119,8 miliar, bisa jadi akan mendorong IHSG untuk kembali terkoreksi dalam jangka menengah. Meskipun dalam jangka pendek selalu pasti ada rebound teknikal, namun dalam jangka menengah IHSG masih ada potensi melemah dengan target koreksi sekitar 5.500, bahkan bisa ke 5.000, hingga September–Oktober. Jadi apa yang sebaiknya kita lakukan sebagai investor dan trader saham? Jika Anda long term investor saham, ada dua hal yang bisa Anda lakukan.
Yang pertama, Anda bisa tetap nabung saham alias membeli saham secara konsisten. Naik turunnya harga saham tidak mempengaruhi strategi ini. Yang kedua, jika Anda suka strategi lumpsum alias beli sekaligus banyak, maka sebaiknya Anda menunggu pasar saham berada di level bottom hingga beberapa bulan ke depan. Saya masih mengantisipasi koreksi harga saham atau penurunan harga saham di bulan Agustus, yang akan mencapai level bottom sekitar September–Oktober 2018 ini. Saham yang bisa Anda pilih antara lain BBRI, UNVR, BBCA, TLKM, GGRM, HMSP. Jika Anda seorang trader, maka sebaiknya pilih saham dengan tren naik. Saham dengan tren naik pada kondisi seperti ini sangatlah minim. Namun tetap masih ada satu atau dua pilihan. Biasanya saham-saham seperti ini adalah saham-saham berkapitalisasi menengah dan kecil, seperti contohnya
- Fungsi Handycam Vs Kamera, Pilih yang Mana ? - December 16, 2024
- Kamera DSLR Canon dengan Wifi | SLR Termurah Fitur Lengkap - December 16, 2024
- Kamera Saku Layar Putar Murah Berkualitas Resolusi 4K Untuk Vlog & Selfie - December 15, 2024