Tips Investasi Saham Jangka Panjang
Lo Kheng Hong Berinvestasi Dengan Kesabaran
Lo Kheng Hong tahu benar arti peri bahasa itu. Malah bukan sekadar pa ham, ia sudah mempraktikkan dalam kehidupannya se hari-hari sebagai investor saham. Investasi baginya adalah menanam modal pada saham yang tepat, menunggu dengan penuh kesabaran, lalu memetik hasilnya di kemudian hari. Urusannya memang saham, tapi pria kelahiran Jakarta, 58 tahun silam ini bukan seorang trader. Jadi jangan dibayangkan ia selalu mencermati layar monitor laptop yang menampilkan pergerakan har ga saham detik per detik.
Sehari-hari, aktivitasnya cuma mencermati berita-berita di media massa tentang situasi perekonomian, saham-sa ham yang potensial serta kinerja perusahaan di bursa efek. Pada saat-saat yang tepat, Kheng Hong akan membeli saham-saham yang diincarnya, sedikit demi sedikit. “Belinya tidak ada orang tahu, nanti melepasnya juga tidak terasa,” kata pengagum investor saham nomor satu dunia, Warren Bu?et ini. Pilihan menjadi investor inilah yang membuat Kheng Hong selalu membeli saham dengan harga mu rah dan menjual dengan harga sangat tinggi.
Contoh yang sering di ungkapkannya saat membeli saham PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI) pada 2005 se harga Rp250. Setelah dikumpulkan sampai 6 juta lembar saham, enam tahun kemudian (2011) ia menjualnya seharga Rp31.500. Artinya, labanya 12.500% Pernah jadi pegawai Dalam kehidupan Kheng Hong, peribahasa di atas juga bukanlah sekadar slogan, melainkan juga cerminan dari perjalanan hidup. Terlahir sebagai anak sulung dari tiga bersaudara, kehidupan masa kecilnya terhitung sederhana. Ayahnya yang perantauan dari Kalimantan Barat cuma pegawai kecil. Rumah mereka di daerah pecinan di Kebon Jeruk II, Jakarta Pusat, luasnya hanya sekitar 40 m2. Sering kebanjiran pula, karena posisinya lebih rendah dari jalan raya.
Lulus SMA, ia bekerja di sebuah bank swasta nasional sembari ber-kuliah malam. Pekerjaan per tama nya sebagai karyawan bagian tata usaha yang menjalani tugas apapun, termasuk disuruh-suruh memfotokopi. Bekerja dalam posisi staf biasa, tentu bisa dibayangkan berapa ga ji Kheng Hong saat itu. Namun hidup-nya hemat. Sebagian uangnya disimpan di bank. Awalnya dalam deposito. Baru pada usia 30 tahun, ia mulai tertarik berinvestasi di saham. Setelah tujuh tahun berinvestasi saham, pada 1996, Kheng Hong memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaan dan menjadi investor penuh.
Tak ada pekerjaan lain selain berinvestasi. Dan semua itu bisa di la kukannya dimanapun, termasuk sambil liburan di ujung dunia. Benar-benar sebuah kehidupan yang menarik. Setiap orang memang bisa berinvestasi. Hanya saja, pesan Kheng Hong, kalau mau berbisnis saham kuncinya kita harus mengerti apa yang kita beli. Jangan, “beli kucing dalam karung” alias berinvestasi tapi cuma ikut-ikutan orang atau dasarnya cuma rumor. “Banyak orang yang rugi di saham karena ikut-ikutan,” tutur ayah dari dua putra ini. “Nanti kalau sudah rugi, mereka akan bilang ke semua orang kalau saham itu berbahaya.” ‘Kan,bisa berabe jadinya.
- Fungsi Handycam Vs Kamera, Pilih yang Mana ? - December 16, 2024
- Kamera DSLR Canon dengan Wifi | SLR Termurah Fitur Lengkap - December 16, 2024
- Kamera Saku Layar Putar Murah Berkualitas Resolusi 4K Untuk Vlog & Selfie - December 15, 2024