Review Harga Mobil Sport Terbaik di Indonesia Mercedes Benz
- Mercedes-AMG GT R , Harga 5 Milyar
Ada angin segar, bagi Anda yang berencana membeli car Mercedes-Benz Distribution dalam waktu dekat. PT sportsIndonesia siap meluncurkan sportscar paling bertenaga dari keluarga AMG GT, yaitu Mercedes-AMG GT R. Sungguh sebuah godaan berat bukan? Pihak Mercedes-AMG mengaku bahwa AMG GT R dikembangkan khusus di sirkuit Nurburgring, Jerman. Sirkuit itu punya julukan “Green Hell”, karena dipenuhi pepohonan dan deretan tikungan tajam yang berbahaya. Untuk mengingatkan hal tersebut, AMG GT R punya warna spesial bernama AMG Green Hell Magno. Jika Anda ingin membeli mobil ini, warna hijau spesial ini rasanya jadi pilihan terbaik.
Soal desain, Mercedes-AMG GT R masih mirip-mirip dengan keluarga AMG GT yang lain. Dimensi kap mesin panjang, dengan buritan pendek, jadi ciri khasnya. Khusus di AMG GT R, spoiler besar di belakang sudah jadi standar. Interiornya paduan sporti dan elegan. Kesan sporti muncul dari penggunaan bucket seat. Apalagi terdapat dua lubang di bangku tersebut, yang jadi indikasi bisa dipasang seat belt empat titik. Sementara kesan elegan hadir pada head unit besar, dan panel warna piano black di konsol tengah. AMG GT R menggunakan mesin 3.982 cc V8 turbo. Unitnya memang sama dengan keluarga AMG GT atau beberapa model Mercedes-AMG yang lain. Tapi karena ia versi ?agship, raihan tenaganya paling digdaya. Mesin AMG GT R mampu menghasilkan tenaga sebesar 585 dk, atau 63 dk lebih besar dari AMG GT S. Klaim akselerasi 0-100 km/jam, tuntas hanya dalam tempo 3,6 detik saja. Penyaluran tenaga menggunakan transmisi otomatis dual-clutch 7 percepatan. Karena ia ‘lahir’ di sirkuit, kemampuan handling-nya pasti juga jadi fokus utama. Untuk mendapatkan kesenangan berkendara, MercedesAMG GT R menggunakan penggerak roda belakang. Hal yang spesial adalah, AMG GT R punya ftur four wheel steering atau yang dinamakan AMG Rear-Axle Steering
- Mazda MX-5, Harga 700 Jutaan
PPT Eurokars Motor Indonesia (EMI) akan menghadirkan roadster Mazda MX-5 sof-top pada akhir tahun ini. Seperti pendahulunya, mobil sport Mazda ini bakal menyuguhkan kesenangan berkendara. Baik itu ketajaman maupun kelincahan dalam bermanuver. Mesin yang bakal dinikmati konsumen Indonesia adalah 4 silinder 2.000 cc bertenaga 160 dk atau 1.500 cc dengan tenaga 131 dk. Saat kami mencoba mobil ini di Jepang, mesin SKYACTIV berkapasitas persis 1.496 cc itu memang tidak memiliki tenaga berlimpah. Tak ada sensasi menghentak meski pedal gas diinjak penuh. Namun, dengan torsi 150 Nm yang sudah muncul sejak 4.800 rpm, MX-5 tetap terasa gesit.
Oh ya, rasio gigi 6-speed yang rapat pun turut menyempurnakan transfer daya ke roda sehingga MX-5 terasa selalu responsif di semua rentang kecepatan. Handling, ini salah satu hal terbaik di MX-5, luar biasa presisi. Salah satu kebaikan SKYACTIV adalah menghasilkan konstruksi sasis-bodi mobil yang ringan dan ekstra rigid. “Diet” itu misalnya, dengan membuat bobot fender samping jadi 3,46 kg. Lebih enteng dari sebelumnya yang mencapai 6,74 kg. Begitu juga aplikasi atap sof top manual bukan elektris demi meringankan bobot. Secara keseluruhan bobot MX-5 ini ialah 990 kg, yang artinya lebih ringan 100 kg dari versi terdahulu. Yup, MX-5 kini menjelma sebagai mobil sport modern juga didukung berbagai ftur terkini dan khas Mazda. Sebut saja hadirnya sistem konektivitas MZD Connect dengan navigasi satelit. Mobil ini juga punya Lane Departure Warning, keyless smart key dengan tombol start.
- Mercedes-AMG GT S
Setelah kemunculan perdana Mercedes-AMG GT S di Indonesia pada bulan September 2015 silam, baru di bulan Maret 2016 inilah kami mendapatkan kesempatan menguji secara langsung “adik” dari mega-supercar SLS AMG ini di Jakarta. Sebenarnya, meskipun menjadi produk kedua asli hasil rakitan para insinyur divisi AMG di pabrik Affalterbach, Jerman, GT S memiliki karakter yang jauh berbeda dibandingkan SLS. Ketika SLS tampil begitu megah dan gagah sebagai supercar grand-tourer berkat tampilan eksterior berpintu gullwing khas ikon klasik 300 SL, GT S justru berpostur sedikit lebih kompak, memiliki pintu konvensional, dan berharga lebih murah dibandingkan sang kakak. Ya, GT S masih mewarisi bentuk SLS; dengan bonet luar biasa panjang dan kompartemen kabin yang memuat dua penumpang di dalamnya dengan ruang bagasi di buritan belakang. Tetapi di balik semua itu, GT S memiliki keunikan tersendirinya. Mobil Sedan Mewah Porche dengan Panoramic Roof
Keunikan tersebut utamanya datang dari mesin teranyar murni buatan AMG, yaitu 4,0 liter (3.982cc) biturbo V8. Masih berasas “One Man One Engine”. Mesin ini memiliki kapasitas lebih kecil sekaligus tenaga lebih rendah daripada SLS AMG, namun dengan konfigurasi yang meski berada di depan kabin, namun ditempatkan lebih ke tengah sasis, sehingga manufaktur cenderung menyebutnya sebagai “front midengined” pada sasis Spaceframe aluminiumnya. Mesin berkode M178 ini mendapatkan sebutan “hot within the V”, karena dua unit turbocharger-nya ditempatkan di antara konfigurasi “V” delapan silindernya demi mengoptimalkan respon, sekaligus menjaga ukuran mesin lebih kompak. Dengan racikan mesin 6,2 liter naturally-aspirated terakhir mencapai 622 hp pada model SLS AMG Black Series, GT S “hanya” mendapatkan tenaga lebih kecil, 510 hp, dari mesin yang berkapasitas lebih kompak pula, sehingga Mercedes-AMG seolah-olah ingin kembali menekankan bahwa mobil ini bukan suksesor secara langsung dari SLS (karena keberlanjutan yang tidak sinkron dengan peningkatan).
Cukup disayangkan kami belum pernah menguji secara langsung model SLS di Indonesia. Mercedes-AMG GT S justru menjadi pembuka babak baru divisi AMG di segmen sportscar. Model yang hadir di Indonesia adalah model GT S bertenaga 510 hp, bukan model GT bertenaga 460 hp. Karakter pasar Indonesia yang selalu menginginkan model teratas membuat Mercedes-Benz Indonesia menghadirkan satu tipe saja terlebih dahulu. Meski mendapatkan nama “GT” atau grand-tourer, karakter asli GT S sebenarnya adalah sportscar sejati. Bobot kendaraan yang mencapai 1,6 ton dan penampilan yang masih terhitung megah dan lebar dibandingkan para rivalnya, seperti Porsche 911 Carrera ataupun Jaguar F-Type Coupe, sedikit mengompromikan nyali untuk meliuk-liukkan mobil ini ketika baru pertama kali menyentuhnya.
Lalu bagaimana dengan karakternya saat menyusuri jalanan Jakarta dengan kekhasan lalu lintasnya? Percayalah, kami mendapatkan keterkejutan betapa GT S memiliki kapabilitas yang sulit untuk tidak dikagumi. Saat menyusuri jalanan dengan lalu lintas yang mengalir namun cukup ramai, torsi luar biasa besarnya, 650 Nm, yang sudah hadir di putaran rendah 1.750-4.000 rpm sangat membantu mobil untuk meluncur tanpa susah payah di kecepatan konstan 80-100 kpj. Transmisi AMG Speedshift 7-Speed Sports pun, dengan konfigurasi mode berkendara di pilihan “Comfort” berpindah halus, dan suara knalpot yang santun. Mode Comfort ini pula yang membuat kami begitu terkesan. Ya, AMG GT S memiliki lima pilihan mode berkendara, yaitu Individual, Comfort, Sport, Sport+, dan RACE, dengan huruf kapital demi menekankan lebih dalam lagi bahwa mobil ini mampu untuk menghadirkan kesenangan di lintasan sirkuit. Namun saat kami mengujinya di jalanan publik Jakarta, mode Comfort ini seolah-olah menjadi pilihan terbaik menurut kami. Mode Individual mungkin bisa lebih memuaskan hasrat setiap individu pemilik GT S berkat kebebasan memilih pengaturan mesin, suspensi, kemudi, girboks, flapexhaust, dan kontrol traksi serta kontrol stabilitas, namun pengaturan mode Comfort lebih sesuai ketika Anda menggunakan GT S sehari-hari di jalanan Jakarta. Pada pengaturan tersebut, kami cukup terkesima bahwa sportscar bermesin V8 twin-turbo berkekuatan 510 hp memiliki Coasting Function dan teknologi Auto Start/Stop demi menghemat konsumsi bahan bakar. Setelah berputar-putar di jalanan kota
Sensasi mendebarkan AMG GT S saat melesat datang dari gemuruh V8-nya
Jakarta kombinasi antara jalanan bebas hambatan dan jalan raya sejauh 249 km dengan kecepatan rata-rata 29 kpj, kami mendapatkan konsumsi bahan bakar di layar MID-nya mencapai 5,85 kpl. Meski tidak bisa dibilang hemat, patut diingat bahwa angka tersebut juga diikuti dengan nyamannya bantingan suspensi, ringannya kemudi, perpindahan gigi yang halus, serta respon tenaga yang linear sehingga Anda sama sekali tak menyangka sedang bersama “monster” yang mampu menembus 310 kpj di kecepatan puncaknya. Interior yang memberikan nuansa sporty berkat penggunaan panel matte-carbon di konsol tengah dan ventilasi AC berpadu dengan kemewahan material silver di sekeliling tombol-tombol beragam fungsinya. Tak lupa, material Alcantara pada jok, lingkar kemudi AMG, dan panel atap menambah rasa eksklusif.
Hal yang sedikit kami sayangkan adalah penempatan lever transmisi yang justru lebih kecil dan diletakkan lebih ke belakang dibandingkan touch-controller layar infotainment dengan grafis jempolan. Pada mobil sportscar, pengoperasian lever transmisi dipastikan akan menjadi poin lebih utama dibandingkan mengutak-atik media hiburan di mobil—beruntungnya sistem audio GT S cukup mumpuni. Eksterior yang garang sekaligus indah, dan panjangnya bonet pada visibilitas ke depan seakan memanggil hasrat untuk memindahkan mode ke Sport, Sport+, ataupun RACE. Ketiga mode tersebut memiliki perbedaan yang walaupun sedikit, terasa begitu siginifkan. Utamanya datang dari respon mesin yang langsung meningkatkan putaran, serta damper adaptif AMG Ride Control denga n suspensi double-wishbone di keempat ujungnya menjadi lebih sensitif dan keras.
Sport Exhaust yang semakin lantang bergemuruh juga memancing adrenalin untuk menginjak pedal akselerator dalam-dalam. Lecutan tenaga yang diikuti gemuruh putaran mesin hingga redline 7.000 rpm begitu meracuni naluri dan pikiran. Suara berat nan maskulin dari kinerja delapan silinder di depan dan raungan knalpot di belakang sangat sedap untuk dinikmati berulang-ulang. Transmisi AMG Speedshift 7-Speed Sport juga berpindah begitu cepat sekaligus memberikan tonjokan torsi saat melakukan “upshift”, dan menciptakan letupan-letupan penuh karisma. Kecepatan dibangun oleh GT S dengan linear, namun dengan grafik menanjak tajam. Mercedes-AMG GT S begitu cepat, dan respon pedal akseleratornya di ketiga mode tersebut (terutama pada mode RACE), tak menunjukkan kehadiran turbo-lag sama sekali. Mobil ini begitu siap untuk dilecutkan dari putaran bawah hingga 7.000 rpm dengan ‘powerband’ yang merata, sehingga Anda akan tercengang akan besarnya “otot” yang tersimpan di balik moncongnya. Kami sempat menembus 240 kpj tanpa susah payah, dan pada kecepatan itu GT S seperti masih ingin berakselerasi lagi. Konsentrasi cukup dibutuhkan karena level percepatannya cukup hiperaktif saat dua turbocharger-nya beroperasi pada skala penuh. Pengujian akselerasi sempat kami lakukan, namun sayangnya lintasan tidak benarbenar kering sehingga fitur Launch Control khas AMG tak bisa berfungsi maksimal.
Toh dengan gejala wheelspin yang tak terelakkan, GT S masih mampu mencatat 4,6 detik dari 0-100 kpj, atau 0,8 detik lebih lamban dibandingkan klaim pabrikan. Selisih tersebut mungkin cukup besar untuk sekelas mobil sportscar, namun sensasi yang dihadirkannya jauh mengungguli dari sekedar angka statistik. Saat melaju cepat, spoiler “aerofoil” elektronik di buritan akan muncul demi menambah stabilitas. Ban Michelin Pilot Super Sport berukuran 265 di depan dan 295 di belakang turut menjaga traksi roda dengan jalanan, namun terkadang sering kalah dengan torsi dan tenaganya saat permukaan jalanan tak cukup bersahabat. Sistem ESP akan mengintervensi (ketika diaktifkan), dan mobil akan dengan mudah menurut kembali kepada input pengemudi. Rem dengan kaliper berwarna merah menjadi penanda bahwa ini adalah peranti standar AMG Composite Brake yang lebih cocok untuk penggunaan sehari-hari di perkotaan.
Rem ini memberikan daya deselerasi luar biasa, dan respon pedal responsif dengan bobot pas—tak terlalu keras ataupun terlalu lunak. Hadir pula opsi rem AMG Carbon Ceramic dengan sepuhan kaliper berwarna oranye jika pemilik GT S lebih sering membawa mobilnya ke lintasan sirkuit. Meskipun berukuran cukup masif, GT S pada mode Sport dan Sport+ memiliki kegesitan yang membuai daya pikir Anda sebelumnya. Body-roll begitu minim dan moncong mobil terasa agresif menuju titik tikungan demi tikungan. Kemudinya memberikan bobot cukup berat di mode RACE, namun pada Sport dan Sport+ masih terasa terlalu ringan dan kurang memberikan respon sehingga membuat pengemudi cukup waspada terhadap kesensitifan lingkar kemudi berbalut Alcantara tersebut (yang anehnya terasa begitu licin dibandingkan mengigit saat digenggam). Toh walaupun begitu, ringannya kontrol pengendalian GT S menjadi kegembiraan bagi para pecintanya di Indonesia; Anda tak perlu meregang otot terlalu banyak untuk mengoperasikannya, namun kesigapan mesin V8 biturbo selalu berada dalam kendali Anda. Kombinasi kedua karakter tersebut membuatnya seperti muscle-car old-school di zaman modern, dan kami tak melihat alasan untuk menolak karisma dan pesonanya tersebut.
- Fungsi Handycam Vs Kamera, Pilih yang Mana ? - December 16, 2024
- Kamera DSLR Canon dengan Wifi | SLR Termurah Fitur Lengkap - December 16, 2024
- Kamera Saku Layar Putar Murah Berkualitas Resolusi 4K Untuk Vlog & Selfie - December 15, 2024