Pengaruh Suasana Hati Terhadap Produktifitas Pekerjaan
Suasana hati dipercaya mampu mempengaruhi kualitas pekerjaan. Sejumlah orang berusaha mendapatkan suasana hati yang baik, demi bisa bekerja dengan baik. Tapi penelitian baru-baru ini menemukan bahwa suasana hati yang buruk juga dapat membantu seseorang menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Penelitian yang dilakukan oleh Tara McAuley dan Martyn S. Gabel, profesor psikologi di University of Waterloo, seperti dilansir Science Daily, pada awal Juli lalu itu menemukan bahwa suasana hati yang buruk dapat membantu fungsi eksekutif seseorang. Fungsi itu mencakup kemampuan dalam memusatkan perhatian, memprioritaskan tugas, dan mengatur waktu dengan baik. Studi yang sama menemukan suasana hati yang baik memiliki efek negatif terhadap hal-hal itu dalam beberapa kasus. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 95 orang yang masingmasing diberi sembilan tugas dan kuesioner berbeda untuk diselesaikan. Hal itu dimaksudkan untuk mengukur interaksi suasana hati, reaksi emosional, serta berbagai memori kerja dan tantangan analitik. Tara dan Martyn mengeksplorasi apakah reaksi emosional mempengaruhi keterampilan berpikir, yang dibutuhkan untuk menavigasi tekanan dari hari ke hari. Reaksi emosional mengacu pada sensitivitas, intensitas, dan durasi tanggapan emosional yang terkait dengan suasana hati. “Hasilnya menunjukkan bahwa ada sejumlah orang yang memiliki suasana hati buruk dapat mengasah jenis keterampilan berpikir yang penting dalam kehidupan seharihari,” kata Martyn kepada Science Daily. Orang-orang yang memiliki respons emosional yang cepat dan intens bekerja lebih baik pada tugas-tugas eksekutif ketika mengalami suasana hati yang buruk.
Sedangkan individu yang memiliki respons emosional yang lamban menunjukkan efek sebaliknya, menjalankan fungsi eksekutif yang lebih buruk ketika mengalami suasana hati yang buruk. Hasil itu mendukung pandangan bahwa suasana hati yang buruk dapat membantu sejumlah keterampilan eksekutif, tapi hanya untuk orang yang lebih reaktif secara emosional. “Kami tahu reaksi emosional berbeda dari orang ke orang mulai dari usia dini. Perbedaan individu ini memiliki implikasi untuk kesehatan mental di kemudian hari,” ujarnya. Psikolog Tri Swasono Hadi mengatakan, secara fungsional, tidak ada pembagian antara suasana hati yang baik dan suasana hati buruk. Ia menuturkan, semua perasaan seperti senang, sedih, dan marah memiliki fungsi masing-masing. “Bad mood itu lebih ke kondisi emosi tidak menyenangkan saja,” kata dia kepada Tempo, Selasa lalu. Suasana hati yang buruk atau memiliki kesan negatif, kata Tri, juga bisa memberikan manfaat pada pekerjaan seseorang. Ia mencontohkan orang yang marah atau sedih lebih bisa memusatkan perhatiannya. Ia juga lebih susah dibohongi dibanding mereka yang sedang senang. Tapi, kata dia, hal itu berlaku pada mereka yang sedih dan marah dalam kadar yang tidak berlebihan. Menurut Tri, perasaan takut, cemas, dan sedih dapat meningkatkan daya ingat serta konsentrasi dan motivasi seseorang. Ia menjelaskan, orang yang berada dalam keadaan tertekan akan lebih fokus dan memiliki daya juang yang meningkat karena tubuhnya menjadi lebih siaga dari keadaan normal.
Namun semua perasaan itu harus dalam kadar yang tidak berlebihan. Tri mengungkapkan keadaan berlebihan adalah keadaan yang sudah mengganggu fungsi kehidupan seharihari, seperti enggan makan dan enggan keluar rumah. Juga sudah mengganggu fungsi sosialnya, seperti menjadi agresif kepada orang lain. Tri membeberkan cara bagaimana mengelola suasana hati agar bisa tetap produktif dalam bekerja. Cara pertama adalah belajar menerima perasaan, apa pun yang sedang dirasakan. Jika sedang merasakan suasana hati yang buruk, hal itu harus bisa diterima sebagai sebuah kondisi yang menjadi bagian dalam hidup. “Dampaknya bisa jadi netral, tidak negatif,” ucapnya. Cara kedua adalah memiliki keseimbangan dalam hidup. Tri mengatakan perasaan hati seseorang memiliki ketergantungan pada kondisi kesehatan fisiknya, sehingga seseorang yang memiliki aktivitas fisik cenderung bisa mengendalikan suasana hatinya dengan baik. Selain aktivitas fisik seperti berolahraga, pola makan dan tidur yang terjaga cukup memberikan pengaruh terhadap pengendalian suasana hati. Hal itu juga bisa ditambahkan oleh hubungan sosial yang baik dengan orang lain dan aktivitas hiburan yang dirasakan oleh seseorang. Hal terakhir yang juga bisa membantu seseorang mengendalikan suasana hatinya adalah memiliki seseorang untuk menjadi tempat berkeluh kesah ketika mendapatkan masalah. Tri memandang orang itu tidak perlu memberi nasihat. Bisa menjadi pendengar yang baik saja sudah membantu orang lain yang sedang tertimpa masalah
- Cara Kerja dan Penerapan Printer 3 Dimensi di Sektor Manufaktur - December 7, 2024
- Begini Perkembangan Sistem Transportasi di Masa Depan - December 7, 2024
- Inilah Khasiat dan Kandungan Temulawak Menurut Para Ahli - December 6, 2024