Daftar Mobil Sedan Mewah Terbaru dan Terbaik di Indonesia
- Mercedes-AMG E 43
Tidak hanya meluncurkan versi coupé tribution PT Mercedes-Benz Indonesia juga mluncurkan versi performa tinggi dari E-Class. Agustus ini, mereka siap meluncurkan E Class dari keluarga Mercedes-AMG 43. Kami sempat bertemu langsung dengan sosoknya, saat menghadiri acara Mercedes-Benz Driving Experience di Malaysia, Mei 2017 lalu. Kesan pertama kami saat melihatnya adalah, desainnya yang ‘santun’. Tidak ada aura ‘vulgar’, untuk sebuah mobil MercedesAMG. Kesan elegan, masih sangat kuat terpancar. Namun, lain soal saat Anda buka kap mesinnya. Di sana tersimpan unit 2.996 cc V6 bertenaga 401 dk. Klaim akselerasi 0-100 diklaim tuntas dalam 4,6 detik. Indikasi bakal dijualnya Mercedes-AMG E 43 sebenarnya sudah kami duga. Hal itu tak lain dengan adanya harga mobil ini di price list resmi Mercedes-Benz. Di sana tertulis angka Rp 1,849 miliar (off the road) untuk harga jualnya
- Mercedes-Benz E 350 e
PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia rasanya tergoda untuk ikut meramaikan pasar mobil plug-in hybrid di Indonesia. Meski belum mau banyak bicara soal kapan diluncurkan, mereka sudah membawa Mercedes-Benz E 350 e pada ajang GIIAS 2017. Tampilan fsiknya memang tak ubahnya dengan versi E-Class saloon lainnya. Kecuali dari lubang pengisian daya listrik yang berada di bawah lampu belakang. Mesinnya pakai unit 1.991 cc 4 silinder bertenaga 211 dk. Karena hybrid, mesin ditandemkan dengan motor listrik bertenaga 88 dk, sehingga mesin E 350 e punya system output sebesar 286 dk. Mobil ini diklaim bisa berjalan lebih kurang 33 km, hanya mengandalkan motor listriknya saja. Sedangkan akselerasi 0-100 km/ jam, diklaim bisa selesai dalam 6,2 detik
- Mercedes-Benz E 300 Coupé
PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia, rasanya tak puas jika hanya meluncurkan E 300 AMG dan E 250 di tahun ini. Buktinya, mereka siap meluncurkan E Class terbaru versi dua pintu. Agustus tahun ini, mereka siap meluncurkan E 300 Coupé untuk melengkapi portfolio Medium Luxury Sedan berlogo bintang ini. Anda pasti langsung sadar bahwa ia versi coupé. Hal itu disebabkan karena lengkungan bodi setelah pilar B yang begitu tajam. Kesimpulannya? Jelas lebih indah dan eksotis dari E Class Saloon. Namun, apakah ada dampak buruk dari penggunaan dua pintunya? Tentu ada. Contohnya adalah akses masuk ke bangku belakang.
Geser bangku depan, jelas lebih merepotkan dibanding buka pintu belakang. Khusus penumpang perempuan yang menggunakan rok, masuk ke kabin belakang E 300 Coupé mungkin bisa jadi hal yang kurang menyenangkan. Akomodasi di bangku baris belakang E 300 Coupé sebenarnya cukup baik.Legroomtak perlu diragukan. Sedangkan headroom harus diakui, tidak lebih baik dari versi saloon-nya. Untuk desain dasbor, E 300 Coupé akan sama dengan E-Class lainnya. Tampilan dua monitor besar, mendominasi area dasbor. Satu monitor untuk head unit, satu lainnya untuk instrument cluster. Tersedia tiga pilihan tema untuk tampilaninstrument cluster, ada Classic, Progressive, dan Sport. Keren! Untuk mesin, versi coupé-nya juga menggunakan unit yang sama dengan E 300 AMG. Mesin 1.991 cc 4 silinder turbo, mampu memompa tenaga sebesar 245 dk dan torsi 370 Nm. Tenaga buas itu, disalurkan ke roda belakang melalui transmisi 9 percepatan. Oh ya, untuk memudahkan parkir sedan berbodi bongsor ini, tersedia ftur Mercedes-Benz Parking Pilot.
Mesin: 1.991 cc 4 silinder turbo
Tenaga maksimum: 245 dk/5.500 rpm
Torsi maksimum: 370 Nm/ 1.400-4.000 rpm
Transmisi: Otomatis 9 percepatan/RWD
P x L x T: 4.846 x 2.065 x 1.431 mm
Wheelbase: 2.873 mm
Ground clearance: N/A
Ukuran ban: 245/40 R19 (depan) &
275/35 R19 (belakang)
Bobot: 1.685 kg
Kapasitas tangki: 66 liter
0-100 km/jam: 6,4 detik (klaim)
Konsumsi BBM dalam kota/tol: 13,4/20,3 km/l (klaim)
Harga: Rp 1,450 miliaran
- Aston Martin Rapide S dan Maserati Quattroporte GTS
Kendaraan yang menemani kami di tengah labilnya cuaca adalah dua sedan empat pintu penuh karisma dan aura memikat; Aston Martin Rapide S dan Maserati Quattroporte GTS. Kami menyebutnya sebagai sedan empat pintu, karena pertama, Rapide S, betapapun sektor samping dan belakangnya begitu mirip seperti model DB9 Coupe, namun dimensinya melar hingga lebih dari lima meter dan memiliki tambahan dua pintu bagi penumpang di baris belakangnya. Kedua, nama “Quattroporte”, yang sudah memasuki model generasi keenam sejak kemunculan pertamakalinya di tahun 1963 silam, merupakan terjemahan bahasa Italia “empat-pintu”. Maserati Empat pintu, jika boleh disebut demikian.
Kami telah mencoba Maserati Quattroporte GTS dan juga Aston Martin Rapide S di jalanan publik beberapa waktu silam, dan keduanya berhasil menjalani tugas utamanya sebagai mobil untuk empat penumpang. Meskipun harus diakui bahwa Aston sepertinya bersusah payah untuk memenuhi ekspektasi tersebut.Quattroporte yangberdimensi lebih bongsor dan memiliki jarak sumbu roda lebih dari tiga meter membuatnya unggul begitu jauh dalam urusan kenyamanan di baris belakangnya. Ketika Quattroporte generasi teranyar ini diluncurkan di North American International Auto Show tahun 2013, Maserati memosisikan Quattroporte di kelas full-size sedan bersumbu roda panjang demi memenuhi permintaan pasar segmen tersebut yang sedang berkembang pesatdiChina, sekaligus memberikan ruang bagi Ghibli di kelas bawahnya. Akses, ruang kaki, kenyamanan jok, serta keleluasaan baris kedua Maserati membuat Rapide S bertekuk lutut dengan mudahnya. Dibandingkan dengan Maserati yang tampil dengan bodi layaknya sedan, bentuk coupe beratap rendah dan landai milik Aston Martin jelas menjadi penghalang dalam menyediakan kenyamanan maupun kemudahan akses bagi penumpang belakangnya.
Pintu ‘swan wing’ memang menghadirkan aura unik dan berbeda, sayangnya hanya itulah yang membuat Aston menarik bagi penumpang baris kedua—sebelum mengalami klaustrofobia di dalam kabin. Joknya begitu tegak, ruang kaki dan kepala begitu sempit, konsol tengah membatasi ruang gerak, dan visibilitas ke depan terblokir jok depan yang besar. Kami sulit untuk menyukai berada di baris kedua Aston, kalau boleh jujur. Begitupun dengan kenyamanan saat menikmati perjalanan. Berada di dalam Maserati, Anda akan merasakan ketenangan dan kenyamanan berbalut suara knalpot menggeram berat hasil kinerja mesin V8 twin-turbo di balik bonetnya. Sementara di Aston Martin, deruman mesin V12 naturally-aspirated dan suara knalpotnya menjadi satu-satunya penghibur selama menikmati bantingan suspensi keras dalam posisi duduk yang tak bisa dibilang nyaman. Padahal sebenarnya, karakter kedua mobil ini lebih dari sekedar sedan pemuas penumpang baris kedua saja. Kedua mobil bahkan sepertinya lebih pantas dideskripsikan sebagai “sportscar mewah yang menjelma sebagai sedan empat pintu”. Lintasan sirkuit yang basah dan dua mobil dengan tenaga di atas 500 hp? Hal yang cukup memancing adrenalin sekaligus resiko, bukan? Maka kami pun berpindah ke baris depan, dan duduk manis di balik lingkar kemudinya.
Superior Forté
Kami sadar betul, bahwa selain tampilan keduanya yang sedikit menipu dari karakter aslinya, perbedaan gaya berkendara di lintasan sirkuit dan jalanan publik di perkotaan akan menghadirkan kesan berbeda bagi siapapun yang berada di balik kemudinya. Ini adalah pertama kalinya kami membawa Rapide S ke lintasan sirkuit, sementara Quattroporte GTS sudah pernah kami uji coba di lokasi yang sama persis satu tahun silam—di mana kami begitu terpesona dan mengalami adiksi berlebihan terhadap suara khas Maserati saat melaju kencang. Namun kami berada dalam keterkejutan luar biasa kali ini. Rentang waktu satu tahun telah kami anggap bisa menyegarkan kembali ekspektasi kami terhadap Quattroporte dan semua keajaiban yang dimilikinya.
Namun Aston Martin ternyata memberikan kejutan jauh lebih besar dan menggelegar. Mesin AM29 V12 berkapasitas 5.935 cc di balik bonet panjang dengan tampilan muka grille lebih segar sekaligus lebih tegas pasca facelift di tahun 2014 tersebut menyuguhkan apa yang selalu menjadi poin keunggulan utama dari mesin berkategori “freebreathing” naturally-aspirated; suara mekanikal mesin lebih murni, lebih lantang, dan lebih menggetarkan hati saat mendekati putaran teratas 8.000 rpm.
Ketika disejajarkan dengan Maserati, raungan V12 dengan mudah menenggelamkan deruman V8 twin-turbo berkapasitas 3.799 cc tersebut. Maserati V8 tak ayal masih bersuara begitu merdu, namun kalah oleh “tonjokan” 12-silinder racikan Gaydon, Inggris. Ketika cuaca masih hujan deras dan memancing resiko memiliki rasio lebih besar dibandingkan memancing adrenalin, kami memutuskan untuk menikmati berada di jok depannya sembari melaju di kecepatan rendah mengelilingi sirkuit. Di titik ini, kami begitu memahami perbedaan karakteristik Inggris dan juga Italia. Kabin Aston Martin Rapide S, meski sudah mulai terlihat uzurmengingat umurnya, tetap terlihat mewah dan berkelas. Panel-panel, tombol, jahitan, lapisan kulit, serta speaker Bang & Olufsen yang muncul ketika audio dinyalakan menjadi penanda bahwa uang yang dikeluarkan demi membeli mobil ini mengalir ke hal-hal yang tepat berada di jarak pandang mata Anda. Meski dengan lingkar kemudi three-spokes sederhana, kesan superior masih begitu jelas terpampang pada Rapide S Jok sports-seat dengan quilted-leather secara mengejutkan terasa lebih nyaman daripada jok di baris belakang, dan sistem navigasi terbarunya muncul dalam layar pop-up.
Tentu ketika di lintasan sirkuit ini, navigasi tersebut tak terlalu dibutuhkan. Maserati, di tengah hujan deras, justru tampil lebih superior dalam menenangkan pengemudi dan penumpang di dalamnya. Kesenyapannya sedikit lebih baik dibandingkan Aston. Dasbornya juga lebih “bersih” dan sederhana dibandingkan Aston berkat penggunaan sistem infotainment layar sentuh—meski tampilan grafis dan responnya membuat kami mengerinyitkan dahi dan memutuskan untuk mematikan layar tersebut. Instrumen rev-counter dan speedometer berwarna biru berlogo trisula menjadi pemuas visual mata kami saat mengelilingi sirkuit yang perlahan-lahan mulai sedikit mengering dan matahari mulai nampak kembali.
Dimulai dengan proses akselerasi dan juga deselerasi, kedua sportscar empat pintu ini langsung meninggalkan jubah “dombanya” dan menunjukkan sisi buas sekaligus berototnya. Kami mengaktifkan mode Sport pada Rapide S dan Quattroporte GTS, dan kami pun mulai memutuskan untuk bersenang-senang. Benar, bahwa sebagai mobil sport empat pintu, Rapide dan Quattroporte tak bisa menyembunyikan massa bobotnya yang besar. Secara visual, Anda mungkin langsung menebak bahwa Aston yang berukuran lebih kompak dan lebih rendah daripada Maserati akan memiliki bobot lebih ringan, namun nyatanya tidak. Bobot Rapide S berada di angka 1.990 kg, atau 90 kg lebih berat daripada Quattroporte GTS. Diisi dengan satu pengemudi, maka Rapide sudah melebihi angka skala dua ton saat melaju.
Namun angka klaim kecepatan tertinggi Aston lebih kencang 20 kpj daripada Maserati yang hanya mampu menembus 307 kpj. Utamanya, bentuk aerodinamis Rapide S dan tinggi mobil hanya 1.360 mm (melawan 1.481 mm milik Maserati), berkontribusi terhadap capaian angka tersebut. Uniknya, kami menemukan hal unik saat menguji keduanya secara langsung. Tidak, kami tidak memiliki lintasan cukup panjang untuk menembus 300 kpj, karena kami hanya mampu membawa keduanya “mentok” di kecepatan 190 kpj sebelum melakukan pengereman keras demi menghindari barrier ujung tikungan sirkuit. Aston Martin Rapide S dengan mesin V12-nya menghimpun tenaga sebesar 560 hp dan torsi 630 Nm, sementara Maserati Quattroporte GTS memiliki 530 hp dan torsi maksimum lebih besar, 650 Nm, dan berkat penggunaan turbocharger, sudah hadir mulai dari putaran 2.000 rpm dibandingkan Rapide S yang baru memuncak di putaran 5.500 rpm. Uniknya, kedua mobil menggunakan transmisi otomatis 8-percepatan yang sama racikan ZF.
Tetapi urusan sensasi, keduanya memiliki kekhasannya masing-masing. Kami menyangka bahwa Aston akan lebih lamban saat berakselerasi daripada Maserati, ternyata tidak demikian. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Aston mampu menembus 100 kpj dalam posisi diam dalam 5,09 detik, sementara Maserati tertinggal 0,3 detik. Pada tahap ini, superioritas traksi dan kesigapan penyaluran tenaga mesin naturally-aspirated jauh lebih unggul daripada mesin twin-turbo. Aston Martin seolaholah mengeksplorasi lebih banyak antara kombinasi dua rasio gigi pertama dengan powerband mesinnya. Mesin 12-silinder seperti diperas habis hingga batas putaran tertingginya demi melecutkan laju mobil dengan perpindahan antar rasio minim jeda dan cukup halus. Sementara Maserati, dalam mode Sport sekali pun, memberikan karakteristik yang berbeda. Mobil ini seperti melakukan auto short-shift di rasio gigi pertama, dan langsung berpindah ke gigi kedua demi mengombinasikan torsi besar dan tenaganya lebih optimal dan lebih selaras saat berakselerasi.
Sebagai catatan, karena lintasan yang tidak benar-benar kering, kami sengaja membiarkan kontrol traksi tetap aktif demi menghindari wheelspin dari dua mobil berpenggerak roda belakang ini. Aston berkesan lebih kalem dan santun dalam menyalurkan tenaganya dari posisi diam, sementara Maserati hadirkan agresivitas berkat kedipan indikator kontrol traksi dan getaran dari roda belakang yang berjuang melawan kontrol komputer demi mencari grip di aspal. Terus menuju kecepatan 190 kpj, Aston masih lebih unggul daripada Maserati, namun dengan nuansa yang kalah mendebarkan. Selesai menuntaskan dua rasio gigi, mesinnya seperti kelelahan memberikan hantaman yang setara di gigi tiga. Geraman 12-silinder masih begitu adiktif untuk terus didengarkan, walaupun hempasan akselerasi Aston dan putaran mesinnya lebih lamban untuk naik daripada di gigi satu dan dua. Akselerasi 0-150 kpj, Aston masih lebih cepat daripada Quattroporte GTS, dengan catatan 9,62 detik melawan 10,03 detik. Sementara 0-190 kpj, Aston mencatat 14,57 detik, atau lebih cepat 0,66 detik daripada sang trisula Italia. Quattroporte unggul dalam hal kualitatif berkat dorongan dua turbocharger dan torsinya yang terus konsisten di setiap rasionya. Dibandingkan Aston yang berfokus di putaran atas, gabungan rentang torsi dan tenaga Maserati menghadirkan nuansa lebih superior saat diuji berbasis indera manusia. Ditambah lagi, meski menggunakan transmisi yang sama, Quattroporte GTS memindahkan rasio giginya seperti karakteristik transmisi berkopling ganda; sedikit lebih cepat dan sedikit lebih sporty berkat letupan dan ‘tendangan’ di setiap perpindahannya. Lebih lanjut, dikarenakan kabin yang lebih senyap dan bodi lebih bongsor, di laju yang sama Maserati terasa lebih mendebarkan dan mengejutkan ketika mengintip speedometer-nya. Berbeda ceritanya ketika kami langsung melakukan deselerasi keras dari 180-0 kpj. Kali ini, Quattroporte lebih unggul meski dari sisi ban dan cakram rem masih kalah dari Aston Martin.
Pedal rem Quattroporte dengan segala bantuan fitur keselamatan aktifnya terasa ringan dibandingkan Rapide S yang berat dan tegas menjepit cakram 400 mm di depan dan 360 mm di belakangnya, atau 20 mm lebih besar di depan dan 10 mm lebih besar. Kedua mobil sama-sama menggunakan cakram dari bahan iron-cast alih-alih carbon-ceramic demi memudahkannya bekerja secara optimal ketika digunakan di kecepatan rendah saat di perkotaan. Maserati berhasil mencatat deselerasi dari 180-0 kpj dalam waktu 5,59 detik, atau 0,13 detik lebih cepat.
Mungkin dari kacamata awam, angka 0,13 detik benar-benar tak memberikan perbedaan banyak, namun dari sisi jarak pengereman, selisih waktu tersebut menciptakan perbedaan jarak pengereman lebih pendek 15 keunikan desain dan aura karismatiknya. Bentuknya yang bisa dikatakan sebagai “DB9 estate” akan lebih mudah lekat diingatan seseorang daripada bentuk sedan empat-pintu konvensional lainnya. Aston Martin dan Maserati begitu jempolan dalam menghadirkan pilihan yang akan memaksa sisi rasionalitas berjuang kerasmeter daripada Aston, di angka 139,01 meter. Sementara deselerasi 100-0 kpj, dengan catatan waktu 2,86 detik untuk Rapide S dan 2,69 detik untuk Quattroporte GTS, selisih jaraknya hanya berbeda 1,6 meter saja. Dari akselerasi dan deselerasi, kami mulai menimbang-nimbang kehebatan keduanya di tikungan. Dan pujian teratas kami ditujukan kepada mobil yang berbobot lebih besar; Aston Martin. Mungkin sedikit membingungkan, namun kami begitu salut dengan keseimbangan suspensi, sasis, dan dekapan ban Bridgestone Potenza S001 berukuran 245 di depan dan 295 di belakang yang membalut velg berukuran 20-incinya. Pada pengaturan Sport, bantingan suspensinya yang keras berhasil menahan gravitasi ayunan bodinya saat melibas tikungan demi tikungan.
Ditambah lagi, bobot berat kemudi hidrolik konvensional menjadi resep pembangkit adrenalin serta kepercayaan diri dalam menempatkan moncong mobil, dan bahkan bisa membuat lupa diri bahwa ini adalah mobil empat-pintu yang berdimensi cukup panjang. Para insinyur dan teknisi di Gaydon harus diberi penghargaan tertinggi dalam meracik keseluruhan sasis Rapide S ini. Maserati sayangnya belum sehebat Aston. Dimensinya yang lebih tinggi dengan jarak sumbu roda lebih panjang dipastikan tak akan memberikan kelincahan bermanuver layaknya Rapide S. Body roll masih terasa dan membuat pengemudi lebih awas saat menikung. Ban Pirelli P Zero-nya yang luar biasa tipis juga seperti berjuang keras melawan understeer. Sasisnya seperti lebih ditujukan untuk melesat cepat di jalur lurus dibandingkan meliukliuk. Kemudi elektrik menjadi kekalahan terbesarnya dari Aston Martin saat berada di sirkuit. Sistem ini akan jauh lebih superior ketika di perkotaan maupun saat bermanuver parkir, namun di sirkuit, lingkar kemudinya terasa kelu, terlalu ringan, dan tak memberikan feedback sebaik kemudi hidrolik Rapide S.
Pilihan Berbasis Karisma
Secara singkat, kami menyukai Maserati Quattroporte GTS ketika berada di perkotaan, dan Aston Martin Rapide S ketika berada di lintasan sirkuit. Namun untuk memisahkannya sesederhana itu tidak akan menghadirkan keadilan bagi kedua mobil. Ya, Quattroporte GTS, dengan tampilan generasi keenam yang lebih megah, mewah, dan elegan memiliki rasio daya tarik sama besar untuk dinikmati, baik di balik lingkar kemudi maupun di kursi belakangnya.
Kesan kuat dan berwibawa juga akan muncul ketika Anda tiba bersama Maserati; lihat saja tiga ventilasi udara khasnya di fender roda depan, aksen krom, dan velg masif berukuran 21-incinya (yang anehnya terlihat berukuran biasa saja karena besarnya dimensi mobil). Tak lupa, deruman khas dari knalpotnya juga menjadi poin utama yang sulit untuk dilewatkan. Sementara Rapide S, menjadi pilihan bagi para “gentlemen racer” yang ingin menikmati raungan, geraman, dan tenaga mesin V12 naturally-aspirated bersama tiga orang penumpang di dalamnya. Kehebatan pengendalian dan kemantapan berkendara menjadi suguhan utama Aston Martin, dan itulah yang selalu menjadi kehebatan mereka: pencipta mobil-mobil Grand Tourer (GT) paling ikonik. Sulit untuk tidak menyukai Aston Martin, terlebih lagi dengan melawan hasrat dan suara hati. Keduanya memiliki faktor “X” untuk disukai dan dikagumi. Namun bagi kami, yang mengutamakan sensasi kesenangan berkendara lebih dari hal-hal lainnya, Rapide S berada di urutan teratas pilihan kami.
- Yandex Korea Terbaru 2018 Indoxxi - November 21, 2024
- yandex com bokeh video full apk 2019 - November 21, 2024
- yandex bokeh mean in japan apk - November 21, 2024