Mobil Terbaru Harga 100 Jutaan Terbaik
Gebrakan di segmen kendaraan murah atau Low Cost Green Car (LCGC) di Indonesia oleh Grup Astra lagi-lagi membuahkan hasil yang signifikan. Duet saudara kembar antara Toyota Calya dan Daihatsu Sigra ini kembali mengulang kesuksesan kakaknya Avanza dan Xenia yang sempat menguncang dunia otomotif nasional pada medio tahun 2003 silam. Terbukti baru satu bulan sejak mobil ini diluncurkan secara resmi di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2016 lalu, PT Toyota Astra Motor (TAM) sudah berhasil membukukan penjualan yang fantastis hingga 17.300 unit, dua kali lipat lebih dari target penjualan yang cuma 8.000 unit per bulan.
Menurut survei, masyarakat Indonesia masih lebih menyukai MPV dengan interior luas untuk semua keluarga. Konsep kehadiran Calya juga tidak terlepas dari hasil survei ini yaitu, kendaraan yang mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Pengembangan Calya adalah untuk menghadirkan kendaraan roda empat dengan harga terjangkau namun lengkap dengan fiturfitur canggih dan memenuhi hasrat emosional keluarga Indonesia untuk memiliki mobil MPV sebagai kendaraan roda pertama mereka. Setelah sebelumnya kami sempat menguji Daihatsu Sigra, kini giliran TAM yang mengajak media nasional untuk menguji langsung performa dan fitur-fitur milik Toyota Calya dalam event bertajuk “Media Test Drive Astra Toyota Calya - Wonderful Journey”. Sebagai mobil MPV tujuh penumpang terbaru yang mampu menyedot perhatian masyarakat Indonesia, apa benar Astra Toyota Calya ini tergolong andal dalam melibas berbagai kondisi jalan di Indonesia? Mengambil jalur BandungGarut, dalam test drive ini TAM mengajak awak media untuk merasakan sendiri Toyota Calya melahap Tanjakan Nagreg yang sudah ternama.
Toyota Calya menjadi primadona baru di kelas LCGC dan diprediksi akan langsung menjadi mobil sejuta umat berikutnya
Ada dua tipe yang disodorkan oleh TAM kepada awak media yaitu tipe G dengan pilihan transmisi manual dan otomatis. Sekilas tak ada beda antara dua tipe ‘mobil murah’ ini antara transmisi manual dan otomatis kecuali tuas transmisinya saja.Sebagai informasi Calya tipe G adalah tipe yang tertinggi di atas tipe E dengan harga Rp 138 juta (MT) dan Rp 150 juta (AT). Desain tampilan luar Calya terlihat cukup ‘wah’ untuk sebuah LCGC, terlihat dari kisikisi depan tampak stylish dan muka dengan lampu depan berbentuk heksagonal. Trapesium grille dan T-Shape di depan mengadopsi milik Avanza veloz. Sementara di belakang, lampu berbentuk L-bentuk terbalik memberikan kesan lebih mewah dan eksklusif seperti milik Innova. Ditopang dimensi yang memenuhi persyaratan sebagai mobil MPV, dengan panjang 4.070 mm, lebar 1.655 mm dan tinggi 1.600 mm, konstruksi bodi monokok menawarkan ruang yang lebih lega untuk interior. Masuk ke dalam kabin, kesan mobil murah terasa saat Anda memegang material dashboard yang terbuat dari plastik keras. Yang mengejutkan adalah mobil ini memiliki kekedapan yang cukup baik di kabinnya, berkat bantalan karet yang melekat pada bodi dan bingkai pintu.
Suara yang yang datang dari luar kabin, termasuk suara mesin, berhasil diredam cukup efektif, menciptakan suasana kabin yang nyaman. Di balik kemudi tersaji panel instrumen lengkap dengan multi information display (MID) yang terintegrasi pada panel meter di balik kemudi. Sama seperti sang kakak di LCGC, Toyota Agya, mobil ini juga tersedia lambang Eco yang mengajak pengemudi untuk berperilaku santun saat berkendara, sehingga menghasilkan efisiensi konsumsi bahan bakar yang optimal. Informasi lain, seperti odometer, posisi transmisi, trip A, B, dan rata-rata konsumsi bahan bakar menjadi fitur standar. Sayangnya lingkar kemudi tidak bisa Anda atur posisinya. Jok depan memiliki head rest yang menyatu dengan sandaran sehingga jika tinggi Anda melebihi 175 cm kepala Anda tidak akan nyaman bersandar di depan. Sepertinya, kondisi lelah bisa muncul ketika sudah menempuh jarak jauh. Posisi duduk terasa pas jika tidak mau dibilang sempit, terutama bagi penumpang depan karena posisi kaki sedikit terhalang dengan adanya kontrol AC dan transmisi yang berada di tengah dashboard tepatnya di bawah head unit. Fitur hiburan juga sudah sangat memadai terutama di tipe G, karena sudah mengandalkan head unit double din dengan fitur bluetooth yang mampu menampung hingga 2 smartphone sekaligus.
Selain itu Anda bisa menghubungkan dengan USB, MP3 dan juga CD. Sementara jok di baris kedua memiliki pengaturan sliding dan reclining yang memudahkan dan memberikan ruang lebih sesuai dengan postur penumpang. Fitur paling fungsional pada baris kedua ini, adalah terdapatnya soket pemantik yang biasa digunakan sebagai sumber energi listrik berdaya 12V. Memudahkan penumpang belakang untuk mengisi ulang baterai ponsel atau gadget tanpa kabel panjang menjuntai dari depan. Selain itu adanya fitur baru, air circulator, berfungsi seperti exhaust fan yang menyedot hawa dingin di kabin depan dan mengalirkannya menuju jok baris kedua dan ketiga. Saat duduk di jok baris kedua, fitur ini dioperasikan, geser tuas pengatur kecepatan sampai posisi tengah dan berhasil mengalirkan udara sejuk. Tapi, ketika tuas digeser sampai maksimal, putaran kipas memang lebih cepat dan mampu mendorong hawa AC sampai jok baris ketiga, hanya saja Anda harus berkompromi dengan suara bising dari kipasnya. Sebagai catatan fungsi air circulator ini mungkin tidak akan maksimal pada kondisi cuaca panas terik, tapi pada kondisi cuaca mendung dan sejuk akan sangat terasa seperti fungsi AC double blower. Meskipun masuk dalam kelompok mobil kategori LCGC, Calya yang berada di segmen entry MPV ini dirancang menggunakan engine terbaru dengan sandi 3NR berkapasitas 1.200 cc 4-silinder menggunakan teknologi dual VVTi.
Memang banyak yang bertanya dan menyangsikan apakah mesin 1.2 liter milik Calya sanggup melibas tanjakan yang berat terutama tipe yang bertransmisi otomatis dan ini saya buktikan di jalur Nagrek. Mesin 1.2 liter yang bertenaga 88 hp pada 6.000 rpm dan torsi 107 Nm di 4.200 rpm masih sanggup melibas tanjakan yang cukup berat di lingkar Nagrek, Jawa Barat dengan kondisi mobil berisi empat penumpang dewasa. Memang jika kondisi ingin mendahului di tanjakan lebih baik memainkan posisi gear di 2 atau 3 untuk mendapatkan dorongan tenaga yang lebih baik. Ketika pedal gas diinjak dengan santun atau diurut, tenaga maksimal agak lama diperoleh. Namun, ketika jarum putaran mesin sudah melewati di atas 2.000 rpm, baru terasa tenaganya. Kondisi ini wajar, karena torsi puncak 108 Nm diperoleh pada putaran 4.200 rpm. Jadi, jangan segan-segan bejek pedal gas kalau mau Calya terasa sedikit agresif. Demi menjaga momentum, tuas transmisi harus dipaksa turun ke posisi “3” atau “2”, saat tanjakan panjang, juga ketika mau menyusul kendaraan di depan.
Sekedar catatan, memainkan tuas pada transmisi otomatis lazim dilakukan, untuk menjaga tenaga mobil tetap optimal. Konsekuensinya hanya efisiensi bahan bakar yang pasti berkurang. Pun begitu dengan Calya bertransmisi manual 5-speed, Anda harus selalu sigap untuk memainkan posisi gear saat melesat di tanjakan maupun saat harus menyalip kendaraan di depan Anda. Memang tak bisa dipungkiri rasa jeda antara pijakan pedal hingga tersalurkan ke roda depan, cukup terasa, apalagi dari posisi diam. Tetapi ingat lagi, mobil ini berstatus mobil murah, bermesin 1.2L dengan spesifikasi mengangkut hingga tujuh orang penumpang, jadi bisa dibilang untuk sebuah MPV kategori tenaga milik Calya ini cukup lumayan. Memasuki wilayah Kamojang, Garut, kondisi jalan mulai menyempit, di mana jalan hanya muat menampung dua mobil saja. Sajian jalan ini juga membuat Calya berhasil membuktikan kelincahannya di jalan kecil. Paduan wheelbase 2.525 mm dan ground clearance 180 mm, menjadikan Toyota Calya siap menjelajah berbagai kondisi jalan raya mengikuti keunggulan pendahulunya. Namun sayang suspensi Calya terbilang agak keras dan meski sudah dilengkapi dengan stabilizer di as roda belakang, perasaan limbung masih terasa saat bermanuver. Di sini Anda juga harus berkompromi dengan jalan yang berlubang, jangan paksakan Calya menghajar lubang lebih baik hindari jika Anda tak mau penumpang protes karena bantingan suspensi yang keras.
Ternyata setingan suspensi yang keras itu disengaja agar Calya mendapatkan kestabilan dan keseimbangan saat melesat di kecepatan tinggi terutama di jalan tol. Hal ini terbukti saat melibas tol Purbaleunyi, saat diajak melesat hingga 120 kpj pun terasa stabil tanpa ada gejala limbung, terlebih dengan fitur Electric Power Steering (EPS) sehingga pengendaliannya saat di jalan tol lingkar kemudi terasa berat menyesuaikan dengan kecepatan mobil, dan menjadi ringan saat parkir. Urusan fitur biasanya sangat minim di produk LCGC, namun Toyota Calya tergolong lengkap karena dilengkapi fitur keselamatan immobilizer, sealtbelt dengan Pretensioner and Force untuk 7 penumpang, dual SRS Airbag, Driver Seatbelt Reminder, Parkir Sensor, serta piranti rem ABS. Di sinilah arti makna dari Calya yang berasal dari bahasa Sansekerta berarti ‘sempurna’, karena Toyota Calya berhasil menghadirkan dengan fitur yang lengkap namun harga jual tetap kompetitif. Bisa dibilang Toyota Calya ini adalah sebuah produk sempurna di segmennya. Utamanya bagi masyarakat yang menginginkan mobil pertama dengan kapasitas 7 penumpang tanpa harus terbebani dengan biaya kepemilikan mobil.
- Modifikasi Mobil Honda Brio untuk Balap - December 5, 2024
- Rekomendasi Dash Cam Mobil Terbaik - December 5, 2024
- Modifikasi Mobil Toyota Kijang Innova untuk Offroad - December 5, 2024