Otomotif

Review Spesifikasi Harga Honda PCX Electrik 2019

Follow Kami di Google News Gan!!!

Review Spesifikasi Harga Honda PCX Electrik 2019

Setelah dipamerkan di Indonesia Motorcycle Show (IMOS) 2018, akhirnya PT. Astra Honda Motor (AHM) meluncurkan PCX Electric Kamis (31/1) di hotel Holiday Inn, Kemayoran, Jakpus. Namun motor yang dirakit lokal ini belum dijual untuk umum, hanya disewakan pada perusahaan bertarif Rp 2 juta per bulan. Mengapa begitu? Karena kalau dijual harganya masih sangat mahal, lantaran biaya produksi yang tinggi. “Paling mahal itu baterai, motor listrik dan power control unit,” terang Toshiyuki Inuma, President Director PT. AHM yang berbisik ke kami kalau dijual angkanya bisa Rp 100 jutaan! Wow! Tapi untungnya AHM memberi kesempatan kepada media untuk mencicipi sensasi mengendarai skutik listrik ini di area parkir JIExpo Kemayoran. Seperti apa rasanya? Baca yuk!

Desain

Bentuk bodi PCX Electric identik dengan PCX 150 maupun yang Hybrid. Yang membedakan adalah PCX Electric hanya ada warna Pearl Glare White dengan aksen biru di beberapa titik, sebagai ciri kendaraan electric. Aksen birunya ada di lampu utama sebagai pemisah dengan DRL nya dan di bodi samping dekat kaki pengendara. Emblem PCX juga berwarna biru lengkap, dengan emblem Electric di sayap depan. Pembeda lainnya yang paling mencolok adalah pelek belakang remnya teromol, serta menggunakan swing arm. Dan tanpa sepatbor belakang, gantinya mud guard yang menempel di swing arm atau disebut hugger.

Fitur & Teknologi

Kita awali dari kunci, seperti varian lain PCX Electric juga dibekali smart key system yang juga berfungsi sebagai anti-theft dan answer back system. Geser ke spidometer, bentuk sama tapi isinya beda. Ada penunjuk kecepatan besar di paling atas, di bawahnya ada kapasitas aki dalam bentuk bar, tepatnya ada 10 bar, dan di kirinya ada jam. Paling bawah ada odometer yang bisa diganti menjadi trip meter dengan menekan tombol set di sisi kiri. Di kanan bawah ada juga kapasitas aki yang ditunjukkan dalam persen, yang jika tombol select ditekan maka angkanya akan menunjukkan kapasitas baterai depan (FR), lalu kapasitas baterai belakang (RR). PCX Electric ini memang pakai 2 baterai. Jika kontak baru diputar ke on, tampil juga indikator bertuliskan “push start” diikuti logo starter yang terus berkedip. Jadi meskipun tidak pakai mesin bakar, tapi motor ini tetap butuh starter untuk faktor keamanan. Caranya menyalakan sesuai perintah, tekan tombol starter yang menyatu dengan cut off, dengan diiringi menarik tuas rem belakang layaknya skutik umumnya. Maka setelah itu muncul bunyi “beep” dan keluar tulisan “ready” yang berarti siap jalan. Balik lagi ke info yang disajikan, lainnya ada bermacam indikator seperti high beam, warning light, tingkat kecerahan layar, pembatas daya atau tenaga dalam bentuk kurakura, pengisian, siap dikendarai, ABS, smart key, Mobile Power Pack Battery, peringatan untuk memeriksa baterai, tutup pengecasan terbuka, side stand turun, jok terbuka, dan engine cut off. Untuk akomodasi, di bawah setang kiri tetap ada kompartemen yang cukup dalam lengkap dengan power charger. Di tengah dek yang aslinya sebagai mulut tangki bensin, diganti jadi tempat steker dengan kabel yang cukup panjang jika ingin mengecas baterai secara on board. Cara lainnya dengan off board alias baterai dilepas dan dicas pakai charger khusus. Sementara itu jika membuka jok, maka kapasitas bagasinya menyusut tajam karena termakan oleh dua buah baterai.

Baca Juga  Artikel Teknologi Mobil Masa Depan, Mercedes-Maybach 6

Kapasitas bagasi PCX bermesin bensin 28,8 liter, PCX Hybrid 23,3 liter, dan PCX Electric hanya 6 liter. Menyusut banget ya! Kedua baterai atau yang disebut Honda Mobile Power Pack masing-masing memiliki spesifkasi 50,4 volt 20,8 Ah, beratnya satu buah mencapai 10 kg! Pantas saja bobot PCX Electric ini 144 kg atau lebih berat 12 kilogram dibanding PCX tipe ABS. Kebayang enggak harga baterainya? Bandingkan dengan baterai PCX Hybrid yang jauh lebih kecil saja banderolnya Rp 7 juta. Apalagi ini yang bobotnya 10 kg dan dikemas dengan casing khusus! Janganjangan Rp 20 juta sendiri ya? “Umur pakai baterai tipe Lithium-ion ini tergantung pemakaian konsumen. Berapa lama pemakaian dan bagaimana cara pakainya. Jaminan baterai bertahan selama 2 tahun jika penggunaannya regular,” ujar Makoto Mitsukawa, PCX Electric Development Manager, Honda R&D Center Co., Ltd. Pengecasan on board dapat memakan waktu sekitar 6 jam dan pengecasan secara off board berkisar 4 jam. Jika ingin lebih cepat bisa menukar baterai kosong dengan yang sudah penuh di swap station, yang tersebar di beberapa wilayah di Ibu Kota. “Terdapat 3 lokasi swap station dan 5 lokasi aftersales, semuanya berada di Jakarta,” timpal Thomas Wijaya, Marketing Director, PT AHM.

Kabarnya swap station akan ada di Stasiun Gambir, AHASS Wahana Gunung Sahari dan AHASS 001 Dewi Sartika. Sebagai penggerak, PCX Electric dibekali motor listrik di sisi kiri, tapi tidak langsung berada di pelek. Posisinya mirip puli sekunder skutik yang pakai CVT, yang penyaluran tenaga ke roda dilewatkan rasio. “Karena kalau tanpa rasio beban baterai dan dinamo lebih besar. Motor listrik bisa cepat rusak,” ujar Reza Rezdie, Technical Service Division, PT AHM. Dengan posisi motor di bawah lantas aman jika kena air atau genangan? “Masih bisa dilewati kok, batas tinggi genangan air yang bisa dilewati 30 cm atau sejajar dengan motor listriknya. Kalau lewat dari itu nanti ada warning light nyala di spidometernya,” tambah Reza. Fitur lainnya PCX Electric sudah menggunakan ftur ABS 1 channel atau hanya di roda depannya saja, yang dibekali kaliper 2 piston. Sedangkan rem belakangnya justru menggunakan teromol

Baca Juga  Spesifikasi Harga Mobil ESEMKA BIMA , Yang Nyinyir Jokowi Mau Beli Ga nih ?

RIDING POSITION & HANDLING

Meski sekilas terlihat tidak ada beda di area pengendara, ternyata joknya 4 mm lebih rendah dibanding PCX 150 dan Hybrid. PCX Electric ini tinggi joknya hanya 760 mm, beda tipis tapi terasa kaki jadi lebih menapak. Selain itu, busa joknya juga lebih datar dan posisi untuk pembonceng lebih mundur. Ini membuat kaki pengendara bisa lebih lurus atau selonjoran. Selebihnya sama saja. Perbedaan signifkan lainnya tentu efek dari bobot yang lebih berat 12 kg. Untuk berdiri diam pun menahan PCX Electric lebih berat dibanding PCX bensin. Karena bobot yang lebih berat pula, maka ketika berbelok patah pengendara perlu mengontrol motor ini lebih kuat. Apalagi wheelbase PCX Electric lebih panjang 67 mm dibanding PCX biasa, sehingga untuk meliuk patah perlu ancang-ancang lebih keluar karena radius putarnya jadi sedikit lebar. Sayangnya area tes yang disediakan tidak dilengkapi obstacle simulasi polisi tidur untuk merasakan kedua suspensinya. Namun jika dimainkan, suspensi belakangnya terasa sedikit lebih empuk dibanding PCX biasa, atau mungkin karena bobot yang ditopang lebih berat dan sudut lebih miring membuatnya jadi lebih empuk nih. Feeling pengereman depan tidak ada beda, master rem tetap terasa empuk dan dapat mengurangi laju dengan baik. Rem belakangnya meskipun teromol tapi tetap pakem, lagipula motor ini kecepatannya tidak secepat motor bermesin. Jadi cukup lahhh…

PERFORMA

Motor listrik yang disematkan memang cuma mampu menyemburkan tenaga maksimum 5,6 dk di 5.500 rpm, tapi lihat torsinya yang gahar dan instan, 18 Nm di 500 rpm! Khas motor listrik yang punya torsi besar di rpm rendah. “Untuk mendapatkan performa optimal, mengadopsi struktur Interior Permanent Magnet (IPM). Kecepatan maksimumnya 65 km/jam. Jika berkendara konstan 40 km/jam, dapat menempuh jarak 69 km,” urai Makoto san. Lanjut jajal saja deh! Begitu kontak on, lanjut tarik tuas rem belakang dan memencet tombol starter, maka akan ada bunyi beep dan muncul lambang ready dan muncul bulatan di spidometer bagian bawah, yang ternyata lambang motor listrik. Kemudian jika gas dibuka, maka muncul lambang anak panah dari deretan bar baterai ke arah bulatan, tentu saja artinya tegangan 96 volt dari baterai ditransfer ke motor listrik, sehingga roda belakang berputar. Dorongan awalnya memang cukup kuat, tapi karena memiliki gigi rasio sehingga penyalurannya tidak terlalu mengagetkan, terasa smooth namun terus berisi. Naiknya putaran mesin juga dibarengi sayup-sayup suara ‘ngiing’ khas motor listrik, dan juga tak ada getaran. Area tesnya memang terbatas, kami hanya mampu mendapatkan top speed 57 km/jam. “Tenaga yang dihasilkan serta top speed tidak akan berkurang meskipun kapasitas baterai berkurang. Ketika di bawah 0% pun motor masih bisa melaju, tapi indikator kura-kura akan menyala yang artinya power ke listrik dikurangi. Pada kondisi itu kecepatan hanya bisa 20 km/jam,” jelas Reza Rezdie yang ditemui saat test ride PCX Electric. Andai bisa dapat unit tesnya pasti seru nih!

Baca Juga  Perkembangan Otomotif di Indonesia
Tech.id Media ( Aldy )
Latest posts by Tech.id Media ( Aldy ) (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Hy Guys

Tolong Matikan Adblock Ya. Situs ini biaya operasionalnya dari Iklan. Mohon di mengerti ^^