Otomotif

Sejarah Jenis Cara Kerja dan Penyebab Klakson Mobil Rusak

Follow Kami di Google News Gan!!!

Sejarah Jenis Cara Kerja dan Penyebab Klakson Mobil Rusak

Tes Kekerasan Klakson Standar, Sumber Interaksi Antar Mobil

Rasanya aneh membayangkan mobil modern saat ini tanpa perangkat klakson. Ia adalah perantara bagi kita agar tidak kesulitan untuk berinteraksi dengan pengguna jalan lainnya Klakson bukanlah bunyi-bunyian nyaring tanpa makna. Ia merupakan komponen mutlak yang wajib melekat pada kendaraan bermotor termasuk mobil. Hal ini tertuang jelas di Pasal 70 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan Bermotor dan Pengemudi. Klakson dikategorikan sebagai komponen pendukung yang merupakan bagian dari konstruksi kendaraan bermotor.

Sama halnya dengan kaca spion, bumper, penghapus kaca (wiper), sabuk pengaman, atau alat pengukur kecepatan untuk kendaraan yang memiliki kemampuan kecepatan 40 km/jam atau lebih pada jalan datar. Kami sendiri tidak bisa membayangkan mengendarai mobil di Jakarta, tanpa aplikasi klakson yang berfungsi baik. Berbagai gangguan di jalan, seperti kendaraan umum yang berhenti mendadak di pinggir jalan. Hingga pejalan kaki yang menyeberang seenaknya kerap mengharuskan kita untuk membunyikan klakson. Hal inilah yang mendasari kami melakukan pengetesan klakson di mobil standar.

Tujuannya sederhana ialah untuk mengetahui karakteristik, dan seberapa kuat bunyi yang dihasilkan dari klakson mobil dalam satuan desibel (Db). Ada 12 mobil APM yang kami libatkan dalam pengetesan kali ini. Dari kedua belasnya, kami memang hanya memilih satu model dari tiap brand. Hal ini terkait kecenderungan APM memilih model klakson yang sama untuk setiap model yang digunakannya. Hal lainnya tentu saja ulasan mengenai klakson secara secara komprehensif.

Mulai dari sejarah, jenis klakson, aturan tingkat kekerasan klakson, posisi penempatan klakson dan usia pakai klakson kami ulas lebih mendalam. Intinya klakson ibarat mulut mobil. Ia menjadi sarana berkomunikasi antara pengemudi kendaraan yang satu dengan yang lainnya. Termasuk dengan pedestrian. Meski sebaiknya tidak digunakan untuk memancing emosi pengendara mobil lain. Klakson menjadi fitur tambahan penunjang keselamatan dan keamanan saat melaju di jalan.

Sejarah Klakson

Sebelum terciptanya klakson seperti sekarang. Para pengemudi mobil menggunakan isyarat berupa bendera merah untuk memberi tanda kepada orang atau pengemudi lain. Tapi karena dianggap tidak efektif, diciptakanlah peranti penghasil suara untuk isyarat tanda tersebut. Tidak ada sejarah pasti, kapan mulai dibuat klakson. Pada awalnya, klakson dioperasikan manual dengan cara memencet sejenis bola karet untuk menghasilkan aliran udara. Aliran udara ini mengalir menuju diafragma hingga menghasilkan suara. Kemudian pada 1908, seorang bernama Miller Reese Hutchinson mulai menciptakan peranti penghasil suara dari tenaga listrik. Miller mematenkan desainnya pada 1908 dan memberi nama produknya, Klaxon. Klakson paling umum saat ini adalah model elektro-mekanik berbentuk piringan.

Disebut elektro-mekanik, karena kerjanya menggabungkan arus listrik dan daya gerak mekanik untuk menghasilkan suara. Secara umum, komponen klakson terdiri dari kumparan dan diafragma dari lempengan besi berbentuk lengkungan. Saat Anda menekan tombol klakson, arus listrik mengalir menuju kumparan dan menciptakan medan elektromagnetik. Medan elektromagnetik inilah yang membuat diafragma berbahan besi ini bergetar dan menghasilkan suara nyaring. Secara umum ada dua model klakson yang lazim digunakan pada mobil penumpang. Pertama adalah model piringan (discs), kemudian model keong (snail horn/trumpet horn). Suara yang dihasilkan klakson piringan cenderung memiliki nada tinggi. Sedangkan corong yang berfungsi sebagai tabung amplifier pada snail horn, membuat nada yang dihasilkan cenderung rendah. Ternyata pemilihan jenis klakson tidaklah sederhana.

Menurut Victor Rangel, salah satu engineer di Ford Motor Company, suara klakson juga mencitrakan jenis mobilnya. Klakson jenis snail dengan nada rendah terdengar lebih merdu dan cocok dipergunakan pada line-up mobil-mobil kelas menengah-atas. Ia mencontohkan, berdasarkan riset, konsumen di Amerika Serikat menginginkan suara klakson Ford Fiesta terdengar lebih merdu seperti Ford Fusion yang menggunakan klakson model snail. Hal itu terjadi karena secara psikologis, konsumen Ford Fiesta ingin terlihat sama bergengsinya dengan pengemudi Ford Fusion yang harga jualnya lebih mahal.

Baca Juga  Mobil ini Ga Cocok untuk Taxi Online

Jenis dan Klasifikasi Klakson

Seperti sudah disinggung di atas, dalam dunia otomotif ada dua jenis klakson yang umum digunakan oleh para produsen mobil. Keduanya ialah klakson keong dan piringan. Klasifikasi klakson model keong mempunyai dimensi cukup besar dengan bentuk mirip seperti rumah keong atau siput. Sedangkan klakson piringan umumnya berbentuk bulat seperti dua piring menyatu. Lantas apa perbedaan kedua klakson ini?

Klakson Piringan

Klakson piringan tidak menggunakan corong resonansi untuk menghantarkan suara. Jenis klakson ini menggunakan plat resonansi. Dalam sistem klakson piringan ini terdapat banyak komponen seperti plat resonansi, membran, jangkar, magnet listrik, pegas, kontak pemutus, baut pengikat, baut penyetel kontak, mur penyetel kontak dan kondensator.

Klakson Keong

Perbedaan klakson model keong dengan piringan hanya pada corong resonansi serta suara yang dihasilkan. Meski bentuknya cenderung lebih besar dari piringan, komponen klakson model ini justru lebih sedikit dan beberapa komponen sama seperti model piringan. Komponen yang ada pada klakson keong ialah plat dudukan magnet listrik, membran, magnet listrik, jangkar, mur pengikat, kontak pemutus, kondensator, baut penyetel kontak dan corong resonansi. Hasil suara dari sistem klakson keong akan terdengar lebih menyebar. Berbeda dengan klakson model piringan suara yang dihasilkan terdengar lurus ke depan dan lebih jauh. Adapun panjang corong resonansi pada model keong ini harus disesuaikan dengan frekuensi yang biasanya lebih rendah dari model piringan.

 

Aturan Tingkat Kekerasan Klakson Di Indonesia

Penggunaan klakson masih menjadi hal yang bebas bagi pengendara mobil di Indonesia. Klakson dibunyikan untuk memberi pertanda kepada pengguna jalan yang lain. Yang menjadi masalah adalah tingkat kekerasan yang dihasilkan oleh klakson itu berbeda- beda. Memang klakson harus bersuara dan mampu mengganggu perhatian siapa pun yang mendengarkan. Tapi ketika klakson memiliki tingkat kekerasan yang berlebih tentu saja menjadi gangguan bagi pengguna jalan sehingga berpotensi menimbulkan efek lain. Menurut Pitra Setiawan, Kasubbag Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 dibahas mengenai regulasi volume kekerasan suara klakson, tak boleh melebihi batas tingkat kekerasan hingga 118 dB. Aturan itu tentu menjadi acuan produsen mobil dan aftermarket saat menghadirkan produk klakson di Indonesia. Cukup patuhi peraturan tingkat kekerasan klakson agar tidak lebih dari 118 dB.

Baca Juga : Begini Cara Mengendarai Mobil AGS atau AMT

Posisi Penempatan Klakson

Awalnya, posisi klakson di mobil tidak punya lokasi yang pasti. Ada yang ditempatkan dekat spion, ataupun di dekat pilar A. Hal itu terjadi karena untuk memudahkan pengemudi memencet bola karet pada klakson secara manual. Tapi kini, dengan hadirnya klakson elektro-mekanik, posisi penempatan klakson menjadi lebih fleksibel. Secara umum, kini klakson berlokasi di balik gril. Jenis mobil tidak menentukan lokasi klaksonnya secara spesifik. Engineer hanya perlu mencari ruang kosong dengan corong klakson mengarah lurus ke depan tanpa hambatan.

Mobil dengan komponen intercooler, radiator, dan kondensor AC bertumpuk, mengharuskan penempatan klakson yang sedikit bergeser ke samping atau berada di depan radiator. Contoh lain adalah posisi klakson Mazda2 SKYACTIV. Karena terbatasnya ruang kosong berkat posisi kondensor, radiator, dan exhaust manifold berkonfigurasi 4-2-1, posisi klakson snail milik Mazda2 berada di depan radiator sebelah kanan depan (FR-RH). Hal lain yang perlu diperhatikan dalam posisi penempatan klakson adalah letak plat nomor. Klakson Mitsubishi Pajero Sport terlihat berada di posisi yang lebih rendah untuk menghindari bentroknya corong klakson dengan plat nomor. Hal ini penting, karena jika terhalang plat nomor, gelombang suara yang dihasilkan klakson jadi tidak maksimal terdengar.

Posisi Tombol Klakson di Setir

Seluruh mobil baru umumnya menempatkan posisi tombol klakson di tengah setir. Penempatan tersebut ternyata bukan tanpa alasan tapi demi keselamatan dan kenyamanan ketika mengemudi. Ya, dengan posisi tombol klakson di tengah maka ketika setir diputar untuk berbelok atau putar arah tidak berubah tempatnya. Sehingga saat Anda mengemudi tetap bisa menekan tombol klakson dengan mudah tanpa repot mencari. Sebaliknya, bila tombol klakson di palang setir maka ada potensi posisi tombol berpindah. Sebagai contoh bila tombol klakson berada di kanan-kiri palang setir lalu Anda berbelok maka palang setir ikut berputar dan posisi tombol menjadi di atas atau bawah.

Baca Juga  Mobil Hybrid Terbaik yang Paling Irit BBM

Posisi selain di tengah tentu tidak memadai untuk keadaan darurat. Pengemudi membutuhkan waktu sepersekian detik untuk mencari dan menekan tombol klakson. Fatalnya kendaraan lain menjadi tidak mengetahui keberadaan Anda bila telat menekan tombol klakson. Memang ada mobil yang meletakkan posisi klakson selain di kedua tempat tadi. Ferrari misalnya. engineer-nya meletakkan tombol klason tepat di batang setir di atas area palang setir di sisi kanan dan kiri. Hal itu agar jari pengemudi tidak perlu berpindah tempat terlalu jauh untuk menjangkau tombol klakson.. Sehingga tidak membuat bingung pengguna ketika harus mencari tombol klakson maupun pada kondisi darurat dengan kedua tangan harus tetap menggenggam erat batang setir.

Usia Pakai Klakson

Tidak ada patokan pasti mengenai usia pakai klakson. Sebab setiap penggunaan klakson di setiap mobil itu berbeda-beda. Mungkin bila Anda sering menekan tombol klakson, akan cepat aus. “Soal keawetan klakson tidak ada patokan, tergantung kualitas barangnya,” ujar Marco dari workshop Autovision & Ikano di MGK Kemayoran, Jakarta Pusat. Bahkan kebanyakan orang di Indonesia mengganti klakson bukan karena rusak. Melainkan karena kurang suka dengan suara klakson standar yang cenderung lebih kecil. “Biasanya karena ingin suara yang lebih bervariasi dan lebih keras,” paparnya.

Penyebab Kerusakan Klakson

Komponen klakson tidak berdiri sendiri, ia didukung oleh komponen lainnya untuk bisa menghasilkan suara. Oleh sebab itu ketika berbicara faktor kerusakan klakson, tidak hanya komponen penghasil suara itu saja yang harus disinggung. Untuk kerusakan klakson biasanya disebabkan oleh usia pakai dan karat yang hinggap di kutub pemberi arus listrik. Dalam waktu lama besi dapat bereaksi dengan udara, hasil reaksi itulah yang menyebabkan timbulnya karat.

Jika karat sudah hinggap tentu saja bisa menghambat aliran listrik yang harusnya mengalir lancar. Karena tidak ada arus listrik, klakson tidak menghasilkan suara. Aki yang menjadi sumber arus listrik dari klakson juga memberikan dampak berfungsinya klakson. Salah satu indikasinya adalah jika tegangan sudah mulai menurun bisa menyebabkan bunyi klakson berubah menjadi kecil. Anda juga perlu memperhatikan kabel-kabel yang menancap pada klakson, terdapat 2 kabel (kabel massa dan listrik). Jika salah satu di antara kedua kabel tersebut lepas maka klakson tidak akan berbunyi.

Bagaimana Cara Kerja Klakson?

Pada dasarnya, klakson dibagi menjadi dua. Pertama klakson elektrik dan juga klakson udara. Cara kerjanya berbeda. Kalau klakson listrik membutuhkan elektromagnetik untuk menghasilkan suara sementara klakson udara butuh kompresor untuk meniupkan terompet. Mari kita bahas satu persatu cara kerja klakson tersebut.

Klakson Elektrik

Klakson jenis elektrik biasanya digunakan pada mobil-mobil standar yang beredar di Indonesia. Klakson jenis ini juga terbagi atas dua tipe. Pertama klakson piringan dan juga keong. Disebut klakson keong karena resonator pada klakson tersebut berbentuk melingkar seperti keong. Sebenarnya kedua klakson ini memiliki cara kerja yang serupa. Dalam rangkaian klakson itu terdiri dari kumparan koil, membran atau piringan besi serta resonator.

Cara kerjanya, ketika tombol klakson ditekan, arus listrik diteruskan menuju kumparan koil sehingga menghasilkan medan magnet. Gaya tarik magnet yang secara simultan itulah yang akhirnya menarik dan melepas membran atau piringan sehingga menghasilkan suara. Pada tipe klakson piringan, piringan besi yang bergetar langsung menghasilkan suara. Sementara pada klason keong, membran yang bergetar akibat gaya tarik menarik magnet diteruskan melalui resonator sehingga menghasilkan suara yang lebih kencang.

Klakson Udara

Cara kerja klakson udara justru lebih sederhana lagi. Tapi tipe ini jarang ditemui pada mobil-mobil penumpang keluaran pabrikan. Tapi beberapa pabrikan aftermarket seperti Hella, Fiamm atau Stebel menjual klakson jenis ini. Klakson udara membutuhkan kompresor untuk menghasilkan udara. Lalu udara tersebut diteruskan menuju terompet melalui slang untuk menghasilkan suara. Akhir-akhir ini, klakson udara bahkan banyak dibuatkan variasi suara sehingga lebih menarik untuk didengar. Seperti fenomena “Om Telolet Om” yang barubaru ini bergulir.

Baca Juga  Apa Saja yang Harus di Rawat di Mobil Transmisi Otomatis

Metode Pengetasan

Untuk mengetahui seberapa keras bunyi yang dihasilkan klakson standar pada mobil-mobil yang dipasarkan di Indonesia, kami pun melakukan studi sederhana. Kami membuat tim untuk menyambangi beberapa showroom mobil baru untuk mengambil data. Namun dari sekian banyak model pada satu merek mobil, kecenderungannya adalah tiap brand mobil menggunakan satu jenis klakson untuk semua model. Jadi kami pun mengambil dari salah satu model saja. Untuk pengukuran tingkat kekerasan suara klakson itu kami menggunakan alat ukur berupa Multi Environment Meter untuk seluruh model yang kami data.

Pada setiap pengetesan bunyi klakson di tiap-tiap mobil, alat itu kami kalibrasi dulu. Walau pengukuran dilakukan untuk suara terkeras, tapi kami tetap melakukannya di ruangan yang terbebas dari suara luar. Pengukuran suara klakson yang pertama ialah dengan jarak dekat yakni sekitar 1 cm dari klakson. Sementara data kedua ialah pengukuran keras suara klakson dengan jarak dekat sekitar 1 meter dan sejajar dengan posisi klakson. Hasilnya, Tingkat keras bunyi klakson dari beberapa mobil yang kami tes masih di bawah 118 dB. Artinya masih sesuai aturan yang berlaku di Indonesia.

Untuk jenis klakson piringan, Mitsubishi Pajero Sport menjadi mobil dengan suara klakson terkeras yakni mencapai 120,9 dB diukur dari posisi dekat sumber suara (1,2 cm). Sedangkan pengukuran suara dengan posisi 1 meter dari letak klakson, Toyota Fortuner menjadi yang terkeras yang meraih 109,9 dB. Mazda2 SKYACTIV adalah mobil dengan suara klakson terlemah yakni 110,1 dB saat diukur dari posisi dekat sumber suara. Pada posisi 1 meter dari letak klakson, Suzuki Ertiga menjadi yang terlemah dengan 101,4 dB. - Untuk jenis klakson keong, Jaguar FPace adalah kontestan dengan suara terkeras yakni 115,7 dB ketika diukur dari posisi dekat sumber suara.

Lalu pada posisi pengukuran 1 meter dari letak klakson, Audi A4 menjadi yang terkeras dengan 107,4 dB. Sementara BMW 320i adalah mobil dengan suara klakson terlemah yakni 108,9 dB diukur dari posisi dekat sumber suara. Untuk pengukuran pada posisi 1 meter dari letak klakson, Peugeot 3008 menjadi yang terlemah dengan 101,7 dB. Dari pengetesan kami terlihat model klakson piringan mampu mengeluarkan suara lebih keras dibanding mobil dengan klakson keong. Sebagai perbandingan, klakson udara aftermarket mampu menghasilkan suara hingga 135 dB.

Tech.id Media ( Aldy )
Latest posts by Tech.id Media ( Aldy ) (see all)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Hy Guys

Tolong Matikan Adblock Ya. Situs ini biaya operasionalnya dari Iklan. Mohon di mengerti ^^